BAB I
PENDAHULUAN
1.1. TUJUAN
Peta Tranchis adalah gambaran dari bumi yang direpretasikan dengan sistem proyeksi dengan skala tertentu. Kemudian merangkai titik-titik dilapangan dan mengetahui elevasi, maka dapat dibuat garis kontur suatu lokasi.
Gambar situasi adalah sesungguhnya ini merupakan peta-peta yang secara langsung sangat penting bagi bangunan-bangunan, apakah selaku petunjuk lokasi, maupun untuk mendapatkan perihal persis dimana akan didirikan suatu bangunan.
1.2. DEFENISI PETA
Peta adalah proyeksi bumi ke dalam sebuah bidang rata ( kertas ) yang disertai skala / perbandingan, misal 1 : 100.000 ( 1 cm pada kertas = 1 km pada bumi ), yang berisi gambaran permukaan bumi berupa daratan, lautan gunung, danau, dan lain-lain.
1.3. KEGUNAAN PETA
Kegunaan peta sangat banyak dan beraneka ragam, dilihat dari kegunaannya untuk merencanakan lebih lanjut dan melaksanakan pekerjaan teknis berupa gedung, jalan raya, jalan kereta api, jembatan, dan lain-lain.
Skala dipilih dan disesuaikan dengan besar kecilnya pekerjaan yang dilakukan menurut maksud dan kegunaan peta, misalnya :
1. Peta jalan raya untuk keperluan tourism.
2. Peta sungai untuk keperluan pelayaran.
3. Peta geologi untuk menyatakan keadaan geologis suatu daerah.
Sehingga, keberadaan peta sangatlah diperlukan didalam suatu perencanaan dan pelaksanaan suatu pekerjaan teknis.
1.4. ALAT UKUR THEODOLITE, RAMBU UKUR, DAN STATIP
1.4.1. Alat Ukur Theodolite
Sudut-sudut mendatar dan tegak diukur dengan alat pengukur sudut yang dinamakan Theodolite, adapun bagian-bagiannya adalah :
1. Sekrup ABC sebagai pengunci pesawat.
2. Nivo kotak sebagai pedoman apakah dalam keadaan imbang.
3. Nivo tabung fungsinya sama dengan nivo kotak.
4. Sekrup pengunci arah horizontal untuk mengunci agar tidak bergerak horizontal.
5. Sekrup pengunci arah vertical untuk mengunci agar tidak bergerak vertikal.
6. Kaca penerangan untuk penerangan.
7. Kompas untuk penunjuk arah utara.
8. Piringan pembacaan sudut horizontal.
9. Lensa penentu sudut horizontal dan vertical.
10. Lensa objektif.
1.4.2. Statip
Statif ( kaki tiga ) dibuat dari kayu yang kering dan dicat kuning dihubungkan dengan alat-alat sambungan besi. Kegunaan dari statip ini yaitu sebagai penyangga atau kaki pesawat.
1.4.3. Rambu Ukur
Rambu ukur sangatlah diperlukan dalam pengukuran tanah, sebab rambu ukur berfungsi sebagai obyek bidikan pada titik yang ditentukan, sehingga kita dapat mengetahui besarnya nilai Benang Atas, Benang Tengah, dan Benang Bawah dari pembacaan rambu ukur tersebut. Kemudian dari data yang diperoleh tersebut kita dapat melakukan analisa data yang diperoleh dari rambu ukur tersebut.
BAB II
DASAR TEORI
2.1. PETA TRANCHIS DAN GAMBAR SITUASI
Seperti yang telah disebutkan dalam Bab Pendahuluan, bahwa pengukuran mengenai letak ( posisi ), elevasi ( ketinggian ), dan konfigurasi dari areal tanah memerlukan beberapa penunjang yang diantaranya adalah keberadaan peta dan perlengkapan pengukuran yang lengkap.
Data yang diperoleh dari pekerjaan pengukuran tersebut, kemudian dilukiskan pada suatu peta yang sering dikenal dengan peta topografi. Menurut Davis dan Foote adalah menggambarkan simbol-simbol yang spesifik mengenai konfigurasi atau relief tanah yang dipetakan dan keadaan alami atau buatan, seperti saluran sungai dan lain-lain.
Sedangkan menurut Ayres dan Scoates adalah peta yang menggambarkan sifat permukaan tanah yang dilengkapi garis-garis kontur yang berbeda-beda ekemennya dan berbagai keadaan yang terdapat pada areal tanah tersebut dengan menggunakan symbol tertentu.
Didalam pembuatan peta, pengukuran titik-titik detail untuk penggambaran peta haruslah berdasarkan pada posisi yang tetap baik arah horizontal maupun vertikal. Dengan demikian, penggambaran untuk pembuatan peta setidaknya kita harus menguasai teori-teori sebagai berikut :
1. Teori tetang poligon tertutup.
2. Teori tetang pembuatan titik detail.
3. Teori tentang pengukuran jarak dan beda tinggi secara optis.
4. Teori tentang penggambaran peta.
2.1.1. POLIGON TERTUTUP
Suatu bentuk pengukuran dimana pengukuran ini dilakukan seterusnya dari titik-titik yang kita tentukan dan akhirnya titik-titik tersebut merupakan suatu daerah pemetaan. Dan pengukuran ini dilakukan searah jarum jam.
Untuk pengukuran poligon ini kita harus mempunyai beberapa titik-titik kedudukan sebagai awal pedoman untuk pengukuran selanjutnya. Juga diperlukan sebuah titik sebagai acuan Bench Mark ( BM ), bilamana tidak ada titik BM pada lokasi yang kita ukur, dapat kita mengambil sembarang benda untuk kita jadikan BM, dengan catatan benda tersebut tidak berubah kedudukannya.
2.1.2. GARIS KONTUR
Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang elevasinya sama. Garis kontur memberikan informasi tentang daerah peta dan tidak menyembunyikan rincian-rincian peta lainnya yang penting. Garis-garis kontur juga memperlihatkan elevasi dan konfigurasi permukaan tanah. Elevasi titik-titik yang tidak terletak diatas garis kontur bias dicari dengan inter polasi antara dua garis kontur yang terletak pada kedua titik tersebut.
Garis kontur mulai dan berakhir pada tepi peta, atau menutup pada dirinya sendiri. Garis kontur yang menutup dirinya sendiri akan diperlihatkan oleh serangkaian garis kontur yang membentuk lingkaran diatas peta. Mereka menunjukkan sebuah depresi atau sebuah bukit. Sebuah bukit dapat diidentifikasikan dengan elevasi yang bertambah. Dalam sebuah depresi, garis kontur tertutup paling dalam akan terletek pada elevasi terendah. Pada garis kontur terendah, tanda arsiran yang menuju lubang tersebut akan terlihat.ini memastikan bahwa anda melihat sebuah lubang depresi karena tidak ada tanda arsiran yang digunakan pada bukit.
Garis kontur yang berjarak sama sepanjang garis yang tegak lurus terhadap kontur tersebut menunjukkan kelandaian ang tetap. Kontur yang lurus, sejajar, berjarak sama menunjukkan timbunana atau galian buatan manusia. Untuk memudahkan timbunana atau galian sebuah peta topografi, setiap garis kontur ke lima dibuat lebih tebal. Garis ini disebut kontur indeks. Kalau interfal kontur adalah 1 ft, garis-garis kontur yang elevasinya kelipatan 5 ft diperlihatkan dengan garis tebal.Kalau interfalnya 10 ft, kontur mempunyai elevasi kelipatan 50 ft.
Beberapa aturan-aturan dasar untuk menggambar garis kontur adalah sebagai berikut :
Garis kontur tidak pernah berakhir atau berpotongan.
Garis-garis kontur harus memiliki kenaikan elevasi sama.
Garis kontur tidak bercabang menjadi dua kontur dengan elevasi sama.
Garis kontur harus tegak lurus terhadap jurusan kelandaian maksimum.
Garis kontur yang tidak teratur menunjukkan daerah yang tidak rata.
2.1.3. METODE LAPANGAN YANG DIPAKAI
Faktor-faktor yang mempengaruhi metode lapangan dalam pembuatan peta topografi adalah :
− Skala peta.
− Interfal kontur.
− Kondisi alamiah tanah.
− Jenis proyek.
− Peralataan yang tersedia.
Dalam praktikum ini, kami mengunakan metode radiasi dimana radiasi adalah titik traverse yang diliputi oleh Theodolite. Sudut diukur ke titik yang dikehendaki, lalu jarak ke titik tersebut diukur dengan pita ukur. Pojok bangunan maupun obyek lainnya buatan manusia harus dicantumkan. Panjang, lebar dan proyeksi yang merupakan data penting diukur serta digambar didalam buku lapangan.
2.1.4. KOREKSI KESALAHAN YANG TERJADI
Koreksi kesalahan sangatlah diperlukan dalam analisa data, sebab data yang dianalisa tersebut memerlukan ketelitian. Beberapa hal yang perlu dikoreksi dalam analisa data yaitu:
1. Kontrol tidak terkoreksi.
2. Jarak titik kontrol terlalu besar.
3. Titik-titik kontrol tidak dipilih.
4. Pemilihan titik-titik untuk penggambaran kontur tidak baik.
5. Kontur yang diambil tidak cukup.
6. Kontur horizontal dan vertikal tidak cukup.
2.2. PENENTUAN TITIK IKAT DAN TITIK DETAIL
Dalam penggambaran polygon titik-titik kontrol,metode-metode yang dipakai untuk meletakkan posisi detail pada peta tergantung pada prosedur yang dipakai untuk menentukan lokasinya, dan bentuk dimana data itu berada. Bila catatan lapangan adalah sudut dan jarak, pusat batas dan titik-titik penting diatas dimana pekerjaan konstruksi sudah terjadi tergantung padanya, digambar dengan metode koordinat. Sedang untuk jarak digambar dengan skala dari puncak, untuk menggambar detail jelasnya tentang cara-cara membuat detail dengan busur.
2.3. PENGUKURAN JARAK DAN BEDA TINGGI SECARA OPTIS
Pengukuran dilakukan secara langsung dengan menggunakan pita ukur untuk titik-titik yang dekat dengan pesawat atau titik-titik yang posisinya akan dicari dengan teliti dan dikontrol dengan pengukuran menggunakan pesawat Theodolite untuk mendapatkan jarak optis dan hasilnya digunakan sebagai pembanding.Untuk mendapatkan jarak optis, pesawat ditempatkan pada titik utama yang telah ditentukan, kemudian dicatat tinggi pesawat. Arahkan teropong pada pembacaan baak kemudian dicatat ( BA, BT, BB ).
Pada pengukuran titik tinggi, beda tinggi, maupun jarak pada umumnya dilakukan secara optis.
GAMBAR PENGUKURAN DENGAN SUDUT MIRING ( α ) POSITIF
GAMBAR PENGUKURAN DENGAN SUDUT MIRING( α ) NEGATIF
a) Menentukan Sudut Dalam ( β )
1) β 1 = αAF - αAB
2) β2 = αBA - αBC
3) β3 = αCB - αCD
4) β4 = αDC - αDE
5) β5 = αED - αEF
6) β6 = αFE - αEA +
∑ β
b) Koreksi Sudut Untuk Poligon Tertutup ( f α )
f α = ( n – 2 ) 180 + ∑ β
Dimana ; n = jumlah titik yang dibidik
∑ β = jumlah sudut
c) Koreksi Masing-masing Sudut
f α / n
d) Perhitungan Jarak ( D )
D = 100 ( BA – BB ) Cos2 α
Dimana ; α = 270°– pembacaan vertical
– P erhitungan Azimuth ( φ )
φAB = misal A ( Awal )
φBC = φAB + ( 180 – β2 )
φCD = φBC + ( 180 – β3 )
φDE = φCD + ( 180 – β4 )
φEF = φDE + ( 180 – β5 )
φFA = φEF + ( 180 – β6 )
Chek : φAB = φFA + ( 180 – β1 )
e) Menghitung Panjang Proyeksi Sisi Poligon Pada Sumbu-X
Fx = di . Sin φ
f) Menghitung Panjang Proyeksi Sisi Poligon Pada Sumbu-Y
Fy = di . Cos φ
g) Beda Tinggi ( ΔH )
ΔH = TP + – BT
Dimana, TP = tinggi pesawat ; BB = benang bawah
BA = benang atas ; BT = benang tengah
2.4. PENYAJIAN PETA
2.4.1. Menggambar Titik Poligon
Sebelum titik poligon digambar diatas kertas, terlebih dahulu harus diperiksa apakah kesalahan yang terjadi telah memenuhi syarat. Apabila ternyata kesalahan terlalu besar, maka kita berusaha untuk melokalisir kesalahan tersebut. Menggambar titik-titik poligon pada kertas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
1) Dengan koordinat
2) Dengan cara grafis
Pada penggambaran titik poligon dengan cara koordinat akan menghasilkan posisi yang lebih teliti dibandingkan cara grafis.
2.4.2. Menggambar Titik Detail
Penggambaran titik detail dapat dilakukan dengan menggunakan busur derajat dan mistar skala. Pusat diletakkan pada titik tempat pesawat dan skala busur diarahkan ke sumbu-O pada sumbu-Y ( Utara ), sudut yang sudah dibaca berupa azimuth, maka bacaan ke titik poligon harus disesuaikan dengan sudut pada busur derajat.
Sedangkan titik-titik detail yang lainnya dapat digambar sesuai dengan pembacaan sudut horizontal dan jaraknya.
2.4.3. Menggambar Garis Tinggi
Garis tinggi adalah garis yang menghubungkan titik yang sama elevasinya. Dari garis kontur ini kita dapat membayangkan keadaan medan yang sebenarnya. Besarnya kontur interval tergantung dari skala peta, kelanmdaian, atau menurut kebutuhan.
Untuk menggambarkan garis kontur harus dicari dulu titik-titik yang elevasinya sama. Untuk itu perlu diadakan interpolasi dari titik-titik yang tersedia dengan menggunakan perbandingan jarak.
2.4.4. Skala Peta
Pemilihan skala untuk sebuah peta pada ukuran proyek, presisi yang dikehendaki dan kegunaannya peta tersebut didesain. Skala peta diberikan menurut tiga cara yaitu :
1) Bentuk pecahan atau perbandingan, seperti 1 / 2000 atau 1 : 2000
2) Persamaan, seperti 1 inc = 200 ft.
3) Grafik.
Skala peta diklasifikasikan sebagai besar, sedang, ataupun kecil. Sebuah skala besar 1 inc = 100 ft ( 1 : 200 ) atau lebih besar. Sebuah skala sedang misalnya : 1 inc = 100 ft sampai 1000 ft ( 1 : 200 ) sampai ( 1 : 12000 ). Sebuah skala kecil misalnya : 1 inc = 100 ft ( 1 : 12000 ) atau lebih kecil. Dalam penggambaran garis kontur nanti kami mengunakan skala 1 : sesuai perhitungan.
2.4.5. Finishing
Ketelitian peta topografi ditentukan dari tujuan penggunaan peta, skala peta, peralatan yang digunakan dalam pembuatan peta. Disamping hal-hal tersebut, peta harus dilengkapi hal-hal berikut, yang merupakan finishing dari pembuatan antara lain :
1) Panah tanda petunjuk arah utara.
2) Skala peta, areal peta.
3) Keterangan, macam peta, kegunaan peta.
4) Keterangan areal yang dipetakan.
5) Interval kontur yang digunakan.
6) Tanggal, bulan, tahun pembuatan peta.
7) Nama pemeta ( pelaksana ).
Bila hal tersebut diatas sudah dilakukan, maka peta sudah siap digunakan sesuai keperluan.
BAB III
JALANNYA PRATIKUM
3.1. PEKERJAAN PENDAHULUAN
3.1.1. Penentuan Titik Bench Mark
Hal yang pertama kali dilakukan adalah melakukan survei lapangan untuk melihat dari batas-batas lokasi yang akan dipetakan. Barulah akan ditentukan titik yang berfungsi sebagai titik tetap atau Bench Mark ( BM ). Karena pada waktu praktikum tidak ada Bench Mark, maka kami menggunakan BM palsu yang kami tempatkan pada lapangan parkir depan gedung A.
3.1.2. Membuat Patok Titik Ikat
Setelah ditentukan titik Bench Mark nya, kemudian ditentukan jumlah titik utamanya sebanyak 6 buah titik, dan dilakukan pengukuran secara manual dengan mengunakan baak ukur pada titik-titik utama yaitu titik A, B, C, D, E, F, yang mana keenam titik utama tersebut ditandai dengan cat pilox untuk menghindari kelupaan.
3.2. PELAKSANAAN PENGUKURAN
1) Menentukan titik detail utama, titik BM, dan titik detail tambahan.
2) Mendirikan statip tepat diatas patok dititik detail utama dengan cara meluruskan unting-unting jatuh tepat diatas patok.
3) Menempatkan Theodolite diatas statip, lalu kait dengan baut dimana salah seorang di statip bagian atas dan seorang lagi di Theodolite bagian bawah sampai kencang.
4) Sebelum kita melakukan segala penyetelan, segala pengunci horizontal dan vertikal pada Theodolite harus bebas semua.
5) Menyetel nivo bawah ( nivo bulat ) yaitu menempatkan gelembung yang ada di nivo bulat agar tepat di tengah-tengah lingkaran, dengan cara memutar sekrup penyetel A, B, C dengan cara memutar sekrup dengan arah berlawanan sehingga gelembung terletak tepat di lingkaran.
6) Menyetel nivo atas ( nivo tabung ) yaitu menempatkan gelembung nivo yang ada di nivo tabung agar tepat di tengah-tengah tanda dengan jalan memutar salah satu sekrup penyetel nivo tabung sampai gelembung jatuh tepat di tengah-tengah tanda. Dengan catatan bahwa gelembung di nivo bulat tidak boleh berpindah tempat ( keluar dari lingkaran ). Jadi kedua gelembung nivo harus tepat di tengah-tengah.
7) Mengenolkan detik yang ada di teropong pada lensa sebelah kanan dengan memutar sekrup penyetel menit detik yang terletak pada sebelah kanan teropong.
8) Memutar lempeng yang terletak pada bagian bawah Theodolite yang bertujuan untuk mengenolkan horizontalnya. Sambil memutar lempeng kita melihat teropong pada lensa sebelah kanan, apakah sudah horizontal atau belum. Apabila sudah horizontal lalu putar pengunci horizontal dengan cara memutar searah jarum jam. Penguncinya terletak diatas lempeng, maka horizontal sudah terkunci.
9) Mengutarakan kompas dengan melihat kompas yang ada dibagian atas pesawat. Bila garis putih sudah tepat atau masuk tanda, maka pesawat sudah menghadap utara. Kemudian dikunci dengan pengunci arah utara, dengan cara memutar searah jarum jam. Penguncinya terletak di bawah lempeng, maka arah utara sudah terkunci.
10) Menyetel pesawat agar membentuk sudut 270° terhadap sudut vertikal dengan cara menaik turunkan teropong sambil melihat pada lensa sebelah kanan, apakah sudah 270° atau belum. Apabila sudah tepat 270° lalu kunci dengan pengunci vertikal, dengan cara memutar searah jarum jam. Pengunci terletak disamping teropong, maka arah vertikal sudah terkunci.
11) Menempatkan baak atau rambu ukur pada titik detail tambahan, titk BM, dan kedelapan titik yang mengapit.
12) Membuka kunci horizontal, untuk memutar pesawat sampai baak kelihatan pada lensa. Setelah terlihat lalu kunci kembali pengunci horizontal.
13) Membaca BA, BT, BB pada baak dengan melihat pada teropong lensa sebelah kiri, apabila pembacaan kurang jelas, kita harus memutar penyetel diagfragma lensa sampai baak bias terbaca dengan jelas.
14) Membaca sudut vertikal dengan melihat pada teropong lensa sebelah kanan,. Dengan cara memuter penyetel menit, detik sampai derajat jatuh tepat pada tengah-tengah diantara dua garis, lalu membaca besar sudut menit, detik sampai derajat.
15) Membaca sudut horizontal dengan melihat pada teropong lensa sebelah kanan. Dengan cara memutar penyetel menit, detik sampai derajat jatuh tepat pada tengah-tengah diantara dua garis, lalu membaca besar sudut menit, detik pada arah horizontal.
16) Setelah selesai di titik detail utama A, kemudian memindahkan pesawat ke titik detail B, begitu seterusnya untuk titik detail utama C, D, E, F.
17) Melakukan hal yang sama pada nomor 2 sampai pada dengan nomor 10 untuk penyetelan alat.
Catatan :
Disetiap titik detail utama selalu dilakukan pekerjaan nomor 2 sampai dengan nomor 10 untuk penyetelan alat dan sebelum membidik baak.
Memutar pesawat selalu searah jarum jam, agar tidak kesalahan pembacaan pada sudut horizontal.
Pada waktu pembidikan ( pembacaan baak ), pengunci yang terbuka hanyalah pengunci horizontalnya saja.
Apabila pada pembacaan sudut horizontal maupun vertikal, dimana derajatnya tidak jatuh di tengah-tengah ( pembacaan sudut yang dibaca terlebih adalah sudut vertikal baru sudut horizontal ). Maka pembacaan sudut vertikal diputar pengunci vertikal pada penggerak halus sampai derajat vertikal tepat ditengah-tengah, kemudian dibaca. Dan untuk pembacaan sudut horizontal diputar pengunci horizontal pada penggerak halus sampai derajat horizontal tepat ditengah-tengah, kemudian dibaca besarnya derajat, menit, dan detik.
3.3. PENYELESAIAN LAPORAN SEMENTARA
Setelah pratikum selesai dilakukan dimana data-data ukur sudah dibukukan ke dalam buku ukur, maka barulah dapat dilakukan penyelesaian buku ukur yaitu perhitungan sementara dari data yang ada untuk dilakukan pengecekan kembali, apakah data yang kita peroleh dari hasil pengukuran sesuai dengan keadaan dilokasi.
BAB IV
PERHITUNGAN DAN ANALISIS DATA
4.1. TABEL HASIL PENGUKURAN DILAPANGAN
Titik/Tinggi Pesawat Titik Yang Dibidik Pembacaan Benang Sudut Horisontal Sudut Vertikal Keterangan
Titik Ikat Titik Detail Atas Tengah Bawah
A
( 1,468) BM 1,537 1,500 1,466 27756’50” 90
B 1,511 1,435 1,365 32204’55” 90
F 1,481 1,396 1,307 7007’10” 90
1 1,512 1,475 1,439 35341’10” 90
2 1,463 1,437 1,410 1013’30” 90
3 1,522 1,494 1,462 3924’10” 90
4 1,467 1,455 1,420 7708’50” 90
5 1,431 1,388 1,345 16426’30” 90
6 1,435 1,418 1,372 20117’05” 90
7 1,534 1,499 1,464 22332’30” 90
8 1,602 1,570 1,536 25238’30” 90
B
( 1,380) C 1,516 1,421 1,325 35652’10” 90
A 1,420 1,342 1,251 13429’30” 90
1 1,478 1,441 1,402 1300’50” 90
2 1,420 1,391 1,360 4452’25” 90
3 1,435 1,408 1,378 7224’50” 90
4 1,471 1,436 1,402 9119’30” 90
5 1,362 1,323 1,291 11751’20” 90
6 1,340 1,300 1,265 13743’30” 90
7 1,364 1,331 1,296 17428’30” 90
8 1,204 1,168 1,129 22735’50” 90
C
( 1,452 ) D 1,352 1,291 1,222 21801’00” 90
B 1,240 1,145 1,050 33901’40” 90
1 1,413 1,441 1,342 11831’10” 90
2 1,436 1,391 1,378 15430’10” 90
3 1,432 1,408 1,374 19142’50” 90
4 1,429 1,436 1,367 21402’50” 90
5 1,409 1,323 1,348 23212’30” 90
6 1,395 1,300 1,341 25741’50” 90
7 1,417 1,331 1,369 27635’50” 90
8 1,308 1,168 1,260 34013’30” 90
D
( 1,495 ) E 1,571 1,499 1,430 15444’50” 90
C 1,540 1,473 1,404 27930’30” 90
1 1,459 1,433 1,405 9658’10” 90
2 1,445 1,413 1,379 12822’30” 90
3 1,453 1,420 1,385 14728’50" 90
4 1,499 1,464 1,425 16553’50” 90
5 1,443 1,410 1,375 19017’10” 90
6 1,525 1,488 1,452 21222’30” 90
7 1,502 1,470 1,450 23448’10” 90
8 1,532 1,475 1,443 25605’30 90
E
( 1,450) F 1,357 1,292 1,225 32623’30” 90
D 1,427 1,355 1,285 32905’50” 90
1 1,358 1,312 1,268 34059’30” 90
2 1,340 1,296 1,255 35953’10” 90
3 1,335 1,290 1,248 15415’40” 90
4 1,355 1,312 1,281 3422’10” 90
5 1,353 1,311 1,270 4916’10” 90
6 1,385 1,334 1,292 6336’10” 90
7 1,367 1,325 1,283 7632’10” 90
8 1,364 1,327 1,288 9009’10” 90
F
( 1,465 ) A 1,311 1,195 1,083 0052’30” 90
E 1,480 1,415 1,290 0046’50” 90
1 1,402 1,365 1,325 13626’30” 90
2 1,432 1,389 1,348 3209’30” 90
3 1,519 1,475 1,400 6906’30” 90
4 1,532 1,485 1,448 9617’10” 90
5 1,599 1,562 1,525 12051’10” 90
6 1,592 1,554 1,513 14146’30” 90
7 1,576 1,539 1,502 15918’50” 90
8 1,327 1,294 1,261 17448’50” 90
a) Perhitungan Sudut Dalam ( :
A = AF + ( 360° - AB )
= 70°07’10” + (360° - 332°04’55” ) = 98°02’15”
B = A + ( 360° - C )
= 134°29’30" + (360° - 356°52’10” ) = 137°37’30”
C = CB - CD
= 339°01’40” – 218°01’00” = 121°00’40”
D = DC - DE
= 185°30’30” - 154°44’50” = 30°45’40”
E = ED - EF ¬¬
= 329º 05’50” - 326°23’30” = 02°42’20”
F = FE + ( 360° - FA )
= 00°46’50” + (360°- 00°52’30” ) = 359°54’20” +
= 750°02’45”
Syarat rataan sudut =
=
Koreksi sudut dalam =
= 750º02’45” – 720º
Rataan tiap sudut = 30º02’45”
=
= 5º00’28”
− Perhitungan Sudut dalam terkoreksi :
’A = 98°02’15” - 5°02’28” = 92°59’47”
’B = 137°37’30” - 5°02’28” = 132°35’02”
’C = 121°00’40” - 5°02’28” = 115°58’12”
’D = 30°45’40” - 5°02’28” = 25°43’12”
’E = 02°42’20” - 5°02’28” = -2°20’08”
’F = 359°54’20” - 5°02’28” = 354°51’52” +
’ = 720°00’00”
b) Perhitungan Azimuth Terkoreksi :
'AB =322°04’55”
'BC = 322°04’55” − 180° – 132°35’02” = 9°29’53”
'CD = 9°29’53” + 180° – 115°58’12” = 73°31’41”
'DE = 73°31’41” + 180° – 25°43’12” = 227º48’29”
'EF = 227°48’29” − 180° – (-2°20’08”) = 50°08’37”
'FA = 50°08’37” + 180° – 354°51’52” = −124°43’15” +
− Kontrol Azimuth
AB = ’FA - 180° – ’A
322°04’55” = 236°15’25” + 180° – 92°59’47”
322°04’55” = 322°04’55” ( cocok )
c) Mencari Jarak Optis
Rumus : d=
Titik A
dA-BM = (1.537–1.466 ).100 .cos² . (270° - 90º) = 7.1 m
dA – B = (1.511–1.365 ).100 .cos² . (270° - 90º) = 14.6 m
dA – F = (1.481–1.307 ).100 .cos² . (270° - 90º) = 17.4 m
dA – 1 = (1.512–1.439 ).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.3 m
dA – 2 = (1.463–1.410 ).100 .cos² . (270º - 90º) = 5.3 m
dA – 3 = (1.522–1.462 ).100 .cos² . (270º - 90º) = 6.0 m
dA – 4 = (1.467–1.420 ).100 .cos² . (270º - 90º) = 4.7 m
dA – 5 = (1.431–1.345 ).100 .cos² . (270º - 90º) = 8.6 m
dA – 6 = (1.435–1.372 ).100 .cos² . (270º - 90º) = 6.3 m
dA – 7 = (1.534–1.464 ).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.0 m
dA – 8 = (1.602–1.536 ).100 .cos² . (270º - 90º) = 6.6 m
Titik B
dB – C = (1.516– 1.325).100 .cos² . (270° - 90º) = 19.1 m
dB – A = (1.420– 1.251).100 .cos² . (270° - 90º) = 16.9 m
dB – 1 = (1.478– 1.402).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.6 m
dB – 2 = (1.420– 1.360).100 .cos² . (270º - 90º) = 6.0 m
dB – 3 = (1.435– 1.378).100 .cos² . (270º - 90º) = 5.7 m
dB – 4 = (1.471– 1.402).100 .cos² . (270º - 90º) = 6.9 m
dB – 5 = (1.362– 1.291).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.1 m
dB – 6 = (1.340– 1.265).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.5 m
dB – 7 = (1.364– 1.296).100 .cos² . (270º - 90º) = 6.8 m
dB – 8 = (1.204– 1.129).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.5 m
Titik C
dC – D = (1.325 – 1.222).100 .cos² . (270° - 90º) = 10.3 m
dC – B = (1.240 – 1.050).100 .cos² . (270° - 90º) = 19.0 m
dC – 1 = (1.413 – 1.342).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.1 m
dC – 2 = (1.436 – 1.378).100 .cos² . (270º - 90º) = 5.8 m
dC – 3 = (1.432 – 1.374).100 .cos² . (270º - 90º) = 5.8 m
dC – 4 = (1.429 – 1.367).100 .cos² . (270º - 90º) = 6.2 m
dC – 5 = (1.409 – 1.348).100 .cos² . (270º - 90º) = 6.1 m
dC – 6 = (1.395 – 1.341).100 .cos² . (270º - 90º) = 5.4 m
dC – 7 = (1.417 – 1.369).100 .cos² . (270º - 90º) = 4.8 m
dC – 8 = (1.308 – 1.260).100 .cos² . (270º - 90º) = 4.8 m
Titik D
dD – E = (1.571 – 1.430).100 .cos² . (270° - 90º) = 14.1 m
dD – C = (1.540 – 1.404).100 .cos² . (270° - 90º) = 13.6 m
dD – 1 = (1.459 – 1.405).100 .cos² . (270º - 90º) = 5.4 m
dD – 2 = (1.445 – 1.379).100 .cos² . (270º - 90º) = 6.6 m
dD – 3 = (1.453 – 1.385).100 .cos² . (270º - 90º) = 6.8 m
dD – 4 = (1.499 – 1.425).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.4 m
dD – 5 = (1.443 – 1.375).100 .cos² . (270º - 90º) = 6.8 m
dD – 6 = (1.525 – 1.452).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.3 m
dD – 7 = (1.502 – 1.450).100 .cos² . (270º - 90º) = 5.2 m
dD – 8 = (1.532 – 1.475).100 .cos² . (270º - 90º) = 5.7 m
Titik E
dE – F = (1.357 – 1.225).100 .cos² . (270° - 90º) = 13.2 m
dE – D = (1.427 – 1.285).100 .cos² . (270° - 90º) = 14.2 m
dE – 1 = (1.358 – 1.268).100 .cos² . (270º - 90º) = 9.0 m
dE – 2 = (1.340 – 1.255).100 .cos² . (270º - 90º) = 8.5 m
dE – 3 = (1.335 – 1.248).100 .cos² . (270º - 90º) = 10.7 m
dE – 4 = (1.355 – 1.281).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.4 m
dE – 5 = (1.353 – 1.270).100 .cos² . (270º - 90º) = 8.3 m
dE – 6 = (1.385 – 1.292).100 .cos² . (270º - 90º) = 9.3 m
dE – 7 = (1.367 – 1.283).100 .cos² . (270º - 90º) = 8.4 m
dE – 8 = (1.364 – 1.288).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.6 m
Titik F
dF – A = (1.311 – 1.083).100 .cos² . (270° - 90º) = 22.8 m
dF – E = (1.480 – 1.290).100 .cos² . (270° - 90º) = 19.0 m
dF – 1 = (1.402 – 1.325).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.7 m
dF – 2 = (1.432 – 1.348).100 .cos² . (270º - 90º) = 8.4 m
dF – 3 = (1.519 – 1.400).100 .cos² . (270º - 90º) = 11.9 m
dF – 4 = (1.532 – 1.448).100 .cos² . (270º - 90º) = 8.4 m
dF – 5 = (1.599 – 1.525).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.4 m
dF – 6 = (1.592 – 1.513).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.9 m
dF – 7 = (1.576 – 1.502).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.4 m
dF – 8 = (1.327 – 1.261).100 .cos² . (270º - 90º) = 6.6 m
− d rata-rata titik utama
dAB = 14.6 m
dBC = 19.1 m
dCD = 10.3 m
dDE = 14.1 m
dEF = 13.2 m
dFA = 22.8 m
= 94.1 m
− Mencari X pada titik utama
Rumus :
XΔA – B = dA - B . sin 'A - B
= 14.6 . sin 332°04’55” = −6.836
XΔB – C = dB - C . sin 'B - C
= 19.1 . sin 9°29’53” = −1.043
XΔC – D = dC - D . sin 'C - D
= 10.3 . sin 73°31’41” = +10.219
XΔD – E = dD - E . sin 'D - E
= 14.1 . sin 227°48’29” = +6.015
XΔE – F = dE - F . sin 'E - F
= 13.2 . sin 50°08’37” = –7.306
XΔF – A = dF - A . sin 'F - A
= 22.8 . sin −124°43’15” = +0.348
ΣΔx = +1.397
Koreksi
Kesalahan (fx) = -Σd.sin
= −1.397
Rumus : X’ = Δx ± fx .(d ∕ Σd)
X’A – B = −6.836 – 1.398. (14.6 / 94.1) = −7.053
X’B – C = −1.043 – 1.398. (19.1 / 94.1) = −1.327
X’C – D = +10.219 – 1.398. (10.3 / 94.1) = +10.066
X’D – E = +6.015 – 1.398. (14.1 / 94.1) = +5.825
X’E – F = –7.306 – 1.398. (13.2 / 94.1) = –7.502
X’F – A = +0.348 – 1.398. (22.8 / 94.1) = –0.009 +
= 0,000
– Ko’ordinat titik utama X
XBM = +10.000
XA = +10.000 - 7,032 = +2,968
XB = +2.968 - 7.053 = -4.085
XC = -4.085 - 1.327 = -5.412
XD = -5.412 + 10.066 = +4.654
XE = +4.654 + 5.825 = +10.479
XF = +10.479 - 7.502 = +2.977
XA = +2.977 - 0.009 = +2.968
− Mencari Y pada titik utama
Rumus :
ΔYA – B = dA - B . cos 'A - B
= 14,6 . cos 322°04’55” = +11,518
ΔYB – C = dB - C . cos 'B - C
= 19,1 . cos 9°29’33” = +5.415
ΔYC – D = dC - D . cos 'C - D
= 10,3 . cos 73°31’41” = +2.920
ΔYD – E = dD - E . cos 'D - E
= 14,1 . cos 227°48’29” = -9.471
ΔYE – F = dE - F . cos 'E - F
= 13,2 . cos 50°08’37” = +8.459
ΔYF – A = dF - A . cos 'F - A
= 22,8 . cos −124°43’15” = -12.986
ΣΔy = +5.855
Koreksi
Kesalahan (fy) = -Σ d Cos = - 5.855
Rumus : Y’ =Δy ± fy . (d /Σd)
Y’A – B = +11,158 – 5.855.(14,60 / 94,10) = +4.243
Y’B – C = +5.415 – 5.855 . (19,10 / 94,10) = -0.089
Y’C – D = +2.920 – 5.855 . (10,30 / 94,10) = -0.321
Y’D – E = -9.471 – 5.855 .(14,10 / 94,10) = ¬-2.296
Y’E – F = +8.459 – 5.855. (13,20 / 94,10) = +3.028
Y’F – A = -12.986 – 5.855. (22,80 / 94,10) = -4.565 +
= 0,000
– Ko’ordinat titik utama Y
YBM = +10,000
YA = +10,000 + 0.982 = 10.982
YB = +14.243 + 4.243 = +15.225
YC = +15.225 – 0.089 = +15.136
YD = +15.136 – 0.321 = +14.815
YE = +14.815 – 2,296 = +12.519
YF = +12.519 + 3.028 = +15.547
YA = +15.547 – 4.565 = +10.982
TABEL HASIL PERHITUNGAN TITIK UTAMA KO’ORDINAT BM (10.10)
TITIK X Y X Y
BM +10,00 +10,00
-7.032 +0.982
A +2.968 +10.982
-7053 +4.243
B -4.085 +15.225
-1.327 -0.089
C -5.412 +15.136
+10.066 -0.321
D +4.654 +14.815
+5.825 -2.296
E +10.479 +12.519
-7.502 +3.028
F +2.977 +15.547
-0.009 -4.565
A +2.968 +10.582
d) Perhitungan Titik Detail
− Titik A
dA-1 = 7.3 m
dA-2 = 5.3 m
dA-3 = 6.0 m
dA-4 = 4.7 m
dA-5 = 8.6 m
dA-6 = 6.3 m
dA-7 = 7.0 m
dA-8 = 6.6 m
= 51.8 m
− Mencari ΔX Pada Titik Detail
Δx = d .sin α
XA – 1 = 7.3 . sin 353º41’10” = –0.803
XA – 2 = 5.3 . sin 10º13’30” = +0.941
XA – 3 = 6.0 . sin 39º24’10” = +3.809
XA – 4 = 4.7 . sin 77º08’50” = +4.582
XA – 5 = 8.6 . sin 164º26’30” = +2.307
XA – 6 = 6.3 . sin 201º17’05” = –2.287
XA – 7 = 7.0 . sin 223º32’30” = –4.822
XA – 8 = 6.6 . sin 252º38’30” = –6.299
ΣΔX = –2.572
Koreksi
Kesalahan (fx) = -Σd.sin = 2.572
Rumus : X’ = Δx ± fx .(d ∕ Σd)
X’A – 1 = -0.803 + 2.572 . (7.3 / 51.8) = −0.440
X’A – 2 = +0.941 + 2.572 . (5.3 / 51.8) = +1.204
X’A – 3 = +3.809 + 2.572 . (6.0 / 51.8) = +4.107
X’A – 4 = +4.582 + 2.572 . (4.7 / 51.8) = +4.815
X’A – 5 = +2.307 + 2.572 . (8.6 / 51.8) = +2.734
X’A – 6 = -2.287 + 2.572 . (6.3 / 51.8) = −1.974
X’A – 7 = -4.822 + 2.572 . (7.0 / 51.8) = –4.474
X’A – 8 = -6.299 + 2.572 . (6.6 / 51.8) = –5.971 +
= 0,000
– Ko’ordinat Titik Detail XA
XA = +2.968
XA – 1 = +2.968 − 0.440 = +2.528
XA – 2 = +2.968 + 1.204 = +4.172
XA – 3 = +2.968 + 4.107 = +7.075
XA – 4 = +2.968 + 4.815 = +7.783
XA – 5 = +2.968 + 2.734 = +5.702
XA – 6 = +2.968 − 1.974 = +0.994
XA – 7 = +2.968 – 4.474 = −1.506
XA – 8 = +2.968 – 5.751 = −2.783
− Mencari ΔY Pada Titik Detail
ΔY = d cos α
YA – 1 = 7.3. cos 353º41’10” = +7.256
YA – 2 = 5.3 . cos 10º13’30” = +5.216
YA – 3 = 6.0 . cos 39º24’10” = +4.636
YA – 4 = 4.7 . cos 77º08’50” = +1.045
YA – 5 = 8.6 . cos 164º26’30” = –8.285
YA – 6 = 6.3 . cos 201º17’05” = –5.870
YA – 7 = 7.0 . cos 223º32’30” = –5.074
YA – 8 = 6.6 . cos 252º38’30” = –1.969
ΣΔY = –3.045
Koreksi
Kesalahan (fy) = -Σd.cos =3.045
Rumus : Y’ = ΔY ± fy .(d ∕ Σd)
Y’A – 1 = +7.256 + 3.045 . (7.30 / 51.8) = +7.685
Y’A – 2 = +5.216 + 3.045 . (5.30 / 51.8) = +5.527
Y’A – 3 = +4.636 + 3.045 . (6.00 / 51.8) = +4.989
Y’A – 4 = +1.045 + 3.045. (4.70 / 51.8) = +1.321
Y’A – 5 = -8.285 + 3.045 . (8.60 / 51.8) = -7.779
Y’A – 6 = -5.870 + 3.045 . (6.30/ 51.8) = -5.500
Y’A – 7 = -5.074 + 3.045 . (7.00 / 51.8) = -4.662
Y’A – 8 = -1.969 + 3.045 . (6.60 / 51.8) = -1.581 +
= 0,000
– Ko’ordinat Titik Detaill YA
YA = +10.582
YA – 1 = +10.582 + 7.685 = +18.267
YA – 2 = +10.582 + 5.527 = +16.109
YA – 3 = +10.582 + 4.989 = +15.571
YA – 4 = +10.582 + 1.321 = +11.903
YA – 5 = +10.582 – 7.779 = +2.803
YA – 6 = +10.582 – 5.500 = +5.082
YA – 7 = +10.582 – 4.662 = +5.920
YA – 8 = +10.582 + 1.581 = +12.163
− Titik B
dB-1 = 7,6 m
dB-2 = 6,0 m
dB-3 = 5,7 m
dB-4 = 6,9 m
dB-5 = 7,1 m
dB-6 = 7,5 m
dB-7 = 6,8 m
dB-8 = 7,5 m
= 55,1 m
Mencari ΔX Pada Titik Detail
Δx = d .sin α
XB – 1 = 7,6 . sin 13º00’50” = +1,711
XB – 2 = 6,0 . sin 44º52’25” = +4,233
XB – 3 = 5,7 . sin 72º24’50” = +5,434
XB – 4 = 6,9 . sin 91º19’30” = +6,898
XB – 5 = 7,1 . sin 117º51’20” = +6,277
XB – 6 = 7,5 . sin 137º43’30” = +5,045
XB – 7 = 6,8 . sin 174º28’30” = +0,655
XB – 8 = 7,5 . sin 227º35’50” = –5,538
ΣΔX = 24,715
Koreksi
Kesalahan (fx) = -Σd.sin = -24.715
Rumus : X’ = Δx ± fx .(d ∕ Σd)
X’B – 1 = 1,711 - 24,715 . (7,6 / 55,1) = −1.697
X’B – 2 = 4,233 - 24,715 . (6,0 / 55,1) = +1.542
X’B – 3 = 5,434 - 24,715 . (5,7 / 55,1) = +2.877
X’B – 4 = 6,898 - 24,715 . (6,9 / 55,1) = +3.803
X’B – 5 = 6,277 - 24,715 . (7,1 / 55,1) = +3.092
X’B – 6 = 5,045 - 24,715 . (7,5 / 55,1) = +1.681
X’B – 7 = 0,655 - 24,715 . (6,8 / 55,1) = −2.395
X’B – 8 = –5,538 - 24,715 . (7,5 / 55,1) = −8.902 +
= 0,000
– Ko’ordinat Titik Detail XB
XB = -4.085
XB– 1 = -4.085 − 1.697 = −5.782
XB– 2 = -4.085 + 1.542 = −2.543
XB– 3 = -4.085 + 2.877 = −1.208
XB– 4 = -4.085 + 3.803 = −0.282
XB– 5 = -4.085 + 3.092 = −0.993
XB– 6 = -4.085 + 1.681 = −2.404
XB– 7 = -4.085 – 2.395 = −6.480
XB– 8 = -4.085 – 8.902 = −12.987
− Mencari ΔY Pada Titik Detail
ΔY = d .cos α
YB – 1 = 7,6. cos 13º00’50” = 7,405
YB– 2 = 6,0. cos 44º52’25” = 4,252
YB – 3 = 5,7. Cos 72º24’50” = 1,722
YB – 4 = 6,9. cos 91º19’30” = -0,196
YB – 5 = 7,1. cos 117º51’20” = -3,317
YB – 6 = 7,5. cos 137º43’30” = -5,549
YB – 7 = 6,8. cos 174º28’30” = -6,768
YB – 8 = 7,5. cos 227º35’50” = -5,058
ΣΔY = -7,509
Koreksi
Kesalahan (fy) = -Σd.cos = +7.509
Rumus : Y’ = ΔY ± fy .(d ∕ Σd)
Y’B – 1 = -7,405 + 7,509. (7,6 / 55,1) = −6.369
Y’B – 2 = 4,252 + 7,509. (6,0 / 55,1) = +5.029
Y’B – 3 = -1,722 + 7,509. (5,7 / 55,1) = −0,945
Y’B – 4 = -0,196 + 7,509. (6,9 / 55,1) = +0,744
Y’B – 5 = -3,317 + 7,509. (7,1 / 55,1) = +2.349
Y’B – 6 = -5,549 + 7,509. (7,5 / 55,1) = −4.527
Y’B – 7 = -6,768 + 7,509. (6,8 / 55,1) = −5.841
Y’B – 8 = -5,058 + 7,509. (7,5 / 55,1) = −4.035
= 0,000
– Ko’ordinat Titik Detaill YB
YB = +15.225
YB– 1 = +15.225 − 6.369 = +8.856
YB – 2 = +15.225 + 5.029 = +20.254
YB – 3 = +15.225 – 0.945 = +14.280
YB – 4 = +15.225 + 0.744 = +15.969
YB – 5 = +15.225 + 2.349 = +17.574
YB – 6 = +15.225 – 4.527 = +10.698
YB – 7 = +15.225 − 5.841 = +9.384
YB– 8 = +15.225 − 4.035 = +11.190
− Titik C
dC-1 = 7,1 m
dC-2 = 5,8 m
dC-3 = 5,8 m
dC-4 = 6,2 m
dC-5 = 6,1 m
dC-6 = 5,4 m
dC-7 = 4,8 m
dC-8 = 4,8 m
= 46 m
− Mencari ΔX Pada Titik Detail
Δx = d .sin α
XC – 1 = 7,1 . sin 11831’10” = 6,238
XC – 2 = 5,8 . sin 15430’10” = 2,497
XC – 3 = 5,8 . sin 19142’50” = -1,178
XC – 4 = 6,2 . sin 21402’50” = -3,471
XC – 5 = 6,1 . sin 23212’30” = -4,820
XC – 6 = 5,4 . sin 25741’50” = -5,276
XC – 7 = 4,8 . sin 27635’50” = -4,768
XC – 8 = 4,8 . sin 34013’30” = -1,624
ΣΔX = -12,402
Koreksi
Kesalahan (fx) = -Σd.sin = +12.402
Rumus : Y’ = ΔY ± fy .(d ∕ Σd)
X’C – 1 = 6,238 + 12,402. (7,1 / 46) = +8.152
X’C – 2 = 2,497 + 12,402. (5,8 / 46) = +4.061
X’C – 3 = -1,178 + 12,402. (5,8 / 46) = +0.386
X’C – 4 = -3,471 + 12,402. (6,2 / 46) = −1.799
X’C – 5 = -4,820 + 12,402. (6,1 / 46) = −3.175
X’C – 6 = -5,276 + 12,402. (5,4 / 46) = −3.820
X’C – 7 = -4,768 + 12,402 .(4,8 / 46) = −3.474
X’C – 8 = -1,624 + 12,402. (4,8 / 46) = −0.329
= 0,000
– Ko’ordinat Titik Detail XC
XC = −5.412
XC– 1 = −5.412 + 8.152 = +2.740
XC– 2 = −5.412 + 4.061 = −1.351
XC– 3 = −5.412 + 0.386 = −5.026
XC– 4 = −5.412 − 1.799 = −7.211
XC– 5 = −5.412 − 3.175 = −8.587
XC– 6 = −5.412 – 3.820 = −9.232
XC– 7 = −5.412 − 3.474 = −8.886
XC– 8 = −5.412 − 0.329 = −5.741
− Mencari ΔY Pada Titik Detail
ΔY = d .cos α
YC – 1 = 7,1 . cos 11831’10” = -3,391
YC – 2 = 5,8 . cos 15430’10” = -5,235
YC – 3 = 5,8 . cos 19142’50” = -5,679
YC – 4 = 6,2 . cos 21402’50” = -5,137
YC – 5 = 6,1 . cos 23212’30” = -3,738
YC – 6 = 5,4 . cos 25741’50” = -1,151
YC – 7 = 4,8 . cos 27635’50” = 0,551
YC – 8 = 4,8 . cos 34013’30” = 4,517
ΣΔY = –19,263
Koreksi
Kesalahan (fy) = -Σd.cos = 19,263
Rumus : Y’ = ΔY ± fy .(d ∕ Σd)
Y’C – 1 = -3,391 + 19,263. (7,1 / 46) = −0.418
Y’C – 2 = -5,235 + 19,263. (5,8 / 46) = −2.806
Y’C – 3 = -5,679 + 19,263. (5,8 / 46) = −3.250
Y’C – 4 = -5,137 + 19,263. (6,2 / 46) = −2.541
Y’C – 5 = -3,738 + 19,263. (6,1 / 46) = −1.183
Y’C – 6 = -1,151 + 19,263. (5,4 / 46) = +1.110
Y’C – 7 = 0,551 + 19,263. (4,8 / 46) = +2.561
Y’C – 8 = 4,517 + 19,263. (4,8 / 46) = +6.527
= 0,000
– Ko’ordinat Titik Detaill YC
YC = +15.136
YC – 1 = +15.136 − 0.418 = +14.718
YC – 2 = +15.136 − 2.806 = +12.330
YC – 3 = +15.136 – 3.250 = +11.886
YC – 4 = +15.136 − 2.541 = +12.595
YC – 5 = +15.136 – 1.183 = +13.593
YC – 6 = +15.136 + 1.110 = +16.246
YC – 7 = +15.136 + 2.561 = +17.697
YC– 8 = +15.136 + 6.527 = +21.663
− Titik D
dD-1 = 5.4 m
dD-2 = 6.6 m
dD-3 = 6.8 m
dD-4 = 7.4 m
dD-5 = 6.8 m
dD-6 = 7.3 m
dD-7 = 5.2 m
dD-8 = 5.7 m
= 51,2 m
− Mencari ΔX Pada Titik Detail
Δx = d .sin α
XD – 1 = 5.4. sin 9658’10” = 5,360
XD – 2 = 6.6. sin 12822’30” = 5,174
XD – 3 = 6.8. sin 14728’50" = 3,656
XD – 4 = 7.4. sin 16553’50” = 1,803
XD – 5 = 6.8. sin 19017’10” = -1,214
XD – 6 = 7.3. sin 21222’30” = -3,909
XD – 7 = 5.2. sin 23448’10” = -4,249
XD – 8 = 5.7. sin 25605’30” = -5,533
ΣΔX = 1,088
Koreksi
Kesalahan (fx) = -Σd.sin = - 1.088
Rumus : X’ = Δx ± fx .(d ∕ Σd)
X’D – 1 = 5,360 – 1,088. (5.4/ 51,2) = 5.245
X’D – 2 = 5,174 – 1,088. (6.6/ 51,2) = 5.034
X’D – 3 = 3,656 – 1,088. (6.8/ 51,2) = 3.511
X’D – 4 = 1,803 – 1,088. (7.4/ 51,2) = 1.646
X’D – 5 = -1,214 – 1,088. (6.8/ 51,2) = -1.358
X’D – 6 = -3,909 – 1,088. (7.3/ 51,2) = -4.064
X’D – 7 = -4,249 – 1,088. (5.2/ 51,2) = -4.359
X’D – 8 = -5,533 – 1,088. (5.7/ 51,2) = -5.654
= 0,000
– Ko’ordinat Titik Detail XD
XD = +4.654
XD– 1 = +4.654 + 5.245 = +9.899
XD– 2 = +4.654 + 5.034 = +9.688
XD– 3 = +4.654 + 3.511 = +8.165
XD– 4 = +4.654 + 1.646 = +6.300
XD– 5 = +4.654 – 1.358 = +3.296
XD– 6 = +4.654 – 4.064 = +0.590
XD– 7 = +4.654 – 4.359 = +0.295
XD– 8 = +4.654 – 5.654 = +1.000
− Mencari ΔY Pada Titik Detail
ΔY = d .cos α
YD – 1 = 5.4. cos 9658’10” = -0,655
YD – 2 = 6.6. cos 12822’30” = -4,097
YD – 3 = 6.8. cos 14728’50" = -5,734
YD – 4 = 7.4. cos 16553’50” = -7,177
YD – 5 = 6.8. cos 19017’10” = -6,691
YD – 6 = 7.3. cos 21222’30” = -6,165
YD – 7 = 5.2. cos 23448’10” = -2,997
YD – 8 = 5.7. cos 25605’30” = -1,370
ΣΔY = -34,886
Koreksi
Kesalahan (fy) = -Σd.cos = +34.886
Rumus : Y’ = ΔY ± fy .(d ∕ Σd)
Y’D – 1 = -0,655 + 34,886. (5.4/ 51,2) = 4.334
Y’D – 2 = -4,097 + 34,886. (6.6/ 51,2) = 0.400
Y’D – 3 = -5,734 + 34,886. (6.8/ 51,2) = −1.101
Y’D – 4 = -7,177 + 34,886. (7.4/ 51,2) = −2.135
Y’D – 5 = -6,691 + 34,886. (6.8/ 51,2) = −2.058
Y’D – 6 = -6,165 + 34,886. (7.3/ 51,2) = −1.191
Y’D – 7 = -2,997 + 34,886. (5.2/ 51,2) = 0.546
Y’D – 8 = -1,370 + 34,886. (5.7/ 51,2) = 2.514
= 0,000
– Ko’ordinat Titik Detail YD
YD = +14.815
YD– 1 = +14.815 + 4.334 = +19.149
YD– 2 = +14.815 + 0.400 = +15.215
YD– 3 = +14.815 − 1.101 = +13.714
YD– 4 = +14.815 – 2.135 = +12.680
YD– 5 = +14.815 – 2.058 = +12.757
YD– 6 = +14.815 – 1.191 = +13.624
YD– 7 = +14.815 + 0.546 = +15.361
YD– 8 = +14.815 + 2.514 = +17.329
− Titik E
dE-1 = 9.0 m
dE-2 = 8.5 m
dE-3 = 10.7 m
dE-4 = 7.4 m
dE-5 = 8.3 m
dE-6 = 9.3 m
dE-7 = 8.4 m
dE-8 = 7.6 m
= 69.2 m
− Mencari ΔX Pada Titik Detail
Δx = d .sin α
XE – 1 = 9.0 . sin 340º59’30” = −2.931
XE – 2 = 8.5 . sin 359º53’10” = −0.017
XE – 3 = 10.7 . sin 154º15’10” = +4.648
XE – 4 = 7.4 . sin 34º22’10” = +4.177
XE – 5 = 8.3 . sin 49º16’10” = +6.289
XE – 6 = 9.3 . sin 63º36’10” = +8.330
XE – 7 = 8.4 . sin 76º32’10” = +8.169
XE – 8 = 7.6 . sin 90º09’10” = +7.600
ΣΔX = +36.265
Koreksi
Kesalahan (fx) = -Σd.sin = – 36.265
Rumus : X’ = Δx ± fx .(d ∕ Σd)
X’E – 1 = -2.931 – 36.265 . (9.0 / 69.2) = −7.647
X’E – 2 = -0.017 – 36.265 . (8.5 / 69.2) = −4.471
X’E – 3 = +4.648 – 36.265 . (10.7 / 69.2) = −0.959
X’E – 4 = +4.177 – 36.265 . (7.4 / 69.2) = +0.299
X’E – 5 = +6.289 – 36.265 . (8.3 / 69.2) = +1.939
X’E – 6 = +8.330 – 36.265 . (9.3 / 69.2) = +3.456
X’E – 7 = +8.169 – 36.265 . (8.4 / 69.2) = +3.767
X’E – 8 = +7.600 – 36.265 . ( 7.6 / 69.2) = +3.617
= 0,000
– Ko’ordinat Titik Detail XE
XE = +10.479
XE– 1 = +10.479 − 7.647 = +2.832
XE– 2 = +10.479 − 4.471 = +6.008
XE– 3 = +10.479 − 0.959 = +9.520
XE– 4 = +10.479 + 0.299 = +10.778
XE– 5 = +10.479 + 1.939 = +12.418
XE– 6 = +10.479 + 3.456 = +13.935
XE– 7 = +10.479 + 3.767 = +14.246
XE– 8 = +10.479 + 3.617 = +14.096
− Mencari Δy Pada Titik Detail
ΔY = d .cos α
YE – 1 = 9.0 . cos 340º59’30” = +8.509
YE – 2 = 8.5 . cos 359º53’10” = +8.500
YE – 3 = 10.7 . cos 154º15’10” = –9,638
YE – 4 = 7.4 . cos 34º22’10” = +6.108
YE – 5 = 8.3 . cos 49º16’10” = +5.416
YE – 6 = 9.3 . cos 63º36’10” = +4.134
YE – 7 = 8.4 . cos 76º32’10” = +1.956
YE – 8 = 7.6 . cos 90º09’10” = −0.020
ΣΔY = +24.965
Koreksi
Kesalahan (fy) = -Σd.cos = −24.965
Rumus : Y’ = ΔY ± fy .(d ∕ Σd)
Y’E – 1 = +8.509 – 24.965 . (9.0 / 69.2) = +5.262
Y’E – 2 = +8.500 – 24.965 . (8.5 / 69.2) = +5.433
Y’E – 3 = –9.638 – 24.965 . (10.7 / 69.2) = – 13.498
Y’E – 4 = +6.108 – 24.965 . (7.4 / 69.2) = +3.438
Y’E – 5 = +5.416 – 24.965 . (8.3 / 69.2) = +2.422
Y’E – 6 = +4.134 – 24.965 . (9.3 / 69.2) = +0.779
Y’E – 7 = +1.956 – 24.965 . (8.4 / 69.2) = −1.074
Y’E – 8 = −0.020 – 24.965 . (7.6 / 69.2) = −2.762
= 0,000
– Ko’ordinat Titik Detail YE
YE = +12.519
YE– 1 = +12.519 + 5.262 = +17.781
YE– 2 = +12.519 + 5.433 = +17.952
YE– 3 = +12.519 – 13.498 = –0.979
YE– 4 = +12.519 + 3.438 = +15.957
YE– 5 = +12.519 + 2.422 = +14.941
YE– 6 = +12.519 + 0.779 = +13.298
YE– 7 = +12.519 − 1.074 = +11.445
YE– 8 = +12.519 − 2.762 = +9.757
− Titik F
dF-1 = 7.7 m
dF-2 = 8.4 m
dF-3 = 11.9 m
dF-4 = 8.4 m
dF-5 = 7.4 m
dF-6 = 7.9 m
dF-7 = 7.4 m
dF-8 = 6.6 m
= 65.7 m
− Mencari ΔX Pada Titik Detail
Δx = d .sin α
XF – 1 = 7.7 . sin 136º26’30” = +5.306
XF – 2 = 8.4 . sin 32º09’30” = +4.471
XF – 3 = 11.9 . sin 69º06’30” = +11.118
XF – 4 = 8.4 . sin 96º17’10” = +8.349
XF – 5 = 7.4 . sin 120º51’10” = +6.353
XF – 6 = 7.9 . sin 141º46’30” = +4.888
XF – 7 = 7.4 . sin 159º18’50” = +2.614
XF – 8 = 6.6 . sin 174º48’50” = +0.596
ΣΔX = +43.695
Koreksi
Kesalahan (fx) = -Σd.sin = –43.695
Rumus : X’ = Δx ± fx .(d ∕ Σd)
X’F – 1 = +5.306 – 43.695 . (7.7 / 65.7) = +0.185
X’F – 2 = +4.471 – 43.695 . (8.4 / 65.7) = −1.115
X’F – 3 = +11.118 – 43.695 . (11.9/ 65.7) = +3.204
X’F – 4 = +8.349 – 43.695 . (8.4/ 65.7) = +2.762
X’F – 5 = +6.353 – 43.695 . (7.4/ 65.7) = +1.431
X’F – 6 = +4.888 – 43.695 . (7.9/ 65.7) = −0.366
X’F – 7 = +2.614 – 43.695 . (7.4/ 65.7) = −2.307
X’F – 8 = +0.596 – 43.695 . (6.6/ 65.7) = −3.793
= 0,000
– Ko’ordinat Titik Detail XF
XF = +2.977
XF– 1 = +2.977 + 0.185 = +2.792
XF– 2 = +2.977 − 1.115 = +1.862
XF– 3 = +2.977 + 3.204 = +6.181
XF– 4 = +2.977 + 2.762 = +5.739
XF– 5 = +2.977 + 1.431 = +4.408
XF– 6 = +2.977 – 0.366 = +2.611
XF– 7 = +2.977 – 2.307 = +0.670
XF– 8 = +2.977 – 3.793 = – 0,816
− Mencari ΔY Pada Titik Detail
ΔY = d .cos α
YF – 1 = 7.7 . cos 136º26’30” = −5.580
YF – 2 = 8.4 . cos 32º09’30” = +7,111
YF – 3 = 11.9 . cos 69º06’30” = +4.243
YF – 4 = 8.4 . cos 96º17’10” = –0.920
YF – 5 = 7.4 . cos 120º51’10” = –3.795
YF – 6 = 7.9 . cos 141º46’30” = –6.206
YF – 7 = 7.4 . cos 159º18’50” = −6.923
YF – 8 = 6.6 . cos 174º48’50” = −6.573
ΣΔX = –18.643
Koreksi
Kesalahan (fy) = -Σd. cos = 18.643
Rumus : Y’ = ΔY ± fy .(d ∕ Σd)
Y’F – 1 = −5.580 + 18.643 . (7.7 / 65.7) = −3.395
Y’F – 2 = +7.111 + 18.643 . (8.4 / 65.7) = +9.494
Y’F – 3 = +4.243 + 18.643 . (11.9 / 65.7) = +7.620
Y’F – 4 = –0.920 + 18.643 . (8.4 / 65.7) = +1.463
Y’F – 5 = –3.795 + 18.643 . (7.4 / 65.7) = –1.695
Y’F – 6 = –6.206 + 18.643 . (7.9 / 65.7) = –3.964
Y’F – 7 = −6.923 + 18.643 . (7.4 / 65.7) = −4.823
Y’F – 8 = –6.573 + 18.643 . (6.6 / 65.7) = −4.700
= 0,000
– Ko’ordinat Titik Detail YF
YF = +15.547
YF– 1 = +15.547 − 3.395 = +12.152
YF– 2 = +15.547 + 9.494 = +25.041
YF– 3 = +15.547 + 7.620 = +23.167
YF– 4 = +15.547 + 1.463 = +14.084
YF– 5 = +15.547 – 1.695 = +13.852
YF– 6 = +15.547 – 3.964 = +11.583
YF– 7 = +15.547 – 4.823 = +10.724
YF– 8 = +15.547 – 4.700 = +10.847
Polygon Detail X Y koordinat koordinat
X Y
A
1 +4,152 +13,010 +42,545 +28,864
2 +15,998 +17,649 +54,391 +33,503
3 +43,199 +9,347 +81,592 +25,201
4 +16,500 -24,512 +54,893 -8,658
5 -1,827 -29,275 +36,566 -13,421
6 -31,912 -9,435 +6,481 +6,419
7 -33,402 +14,95 +4,991 +30,759
8 -12,708 +8,3111 +25,685 +24,165
Polygon Detail X Y koordinat koordinat
X Y
B
1 +10,282 +34,369 +71,682 +28,864
2 +10,859 +22,695 +72,259 +33,503
3 +8,216 -12,105 +69,616 +25,201
4 +17,104 -45,606 +78,504 -8,658
5 -5,332 -25,289 +56,068 -13,421
6 -13,723 -18,488 +47,677 +6,419
7 -22,948 +11,012 +38,452 +30,759
8 -4,458 +33,412 +56,942 + 24,165
C
1 +1,096 +18,715 +64,482 -32,753
2 +11,753 +15,133 +75,139 -36,335
3 + 24,895 -2,787 +88,281 -54,255
4 +16,872 -15,297 +80258 -66,765
5 -0,974 -21,262 +62,412 -72,730
6 -18,012 -9,898 +45,374 -61,366
7 -17,625 +1,421 +45,761 -50,047
8 -18,005 +13,975 +45,381 -37,497
D
1 +10,339 +18,729 +58,66 -43,565
2 +17,159 +6,095 +65,483 -56,199
3 +18,855 -8,3223 +67,179 -70,617
4 +13,185 -24,492 +61,509 -86,786
5 -5,606 -19,716 +42,718 -82,012
6 -17,970 -10,557 +30,354 -72,851
7 -28,99 +20,409 +20,225 -41,885
8 -70863 +17,855 +40,461 -44,439
Polygon Detail X Y koordinat koordinat
X Y
E
1 +8,285 +20,351 +30,263 -39,007
2 +13,778 +10,809 +35,756 -48,349
3 +19,041 -11,055 +41,019 -70,413
4 +10,205 -16,066 +32,183 -75,424
5 -5,218 -25,139 +16,76 -84,497
6 -14,150 -12,119 +7,828 -71,477
7 -17,907 +7,337 +4,071 -52,021
8 -14,034 +25,882 +7,944 -33,476
F
1 +4,838 +16,391 +15,788 +1,712
2 +17,662 +7,321 +28,612 -7,308
3 +15,551 -6,198 +26,501 -20,827
4 +9,785 -13,656 +20,735 -28,285
5 -6,815 -19,247 +4,135 -33,876
6 -12,606 -14,229 -1,656 -28,858
7 -17,936 +8,028 -6,986 -6,601
8 -10,479 +21,640 -0,471 +7,011
4.2. PERHITUNGAN BEDA TINGGI DAN ELEVASI
a) Perhitungan Beda Tinggi
Titik Utama
X = (BA-BB).50 sin2 ( -270)+TP-BT
HA - B = (1,511 – 1,365).50.Sin2 (90° – 270°)+1.57-1.435
= +1,472
HB - A = (1.420 – 1.251).50.Sin2 (90° – 270°)+1.380-1.342
= +1.378
HB - C = (1.516 – 1.325).50.Sin2 (90° – 270°)+1.380-1.421
= +1,563
HC - B = (1.240 – 1.050).50.Sin2 (90° – 270°)+1.452-1.145
= +0.959
HC - D = (1.352 – 1.222).50.Sin2 (90° – 270°)+1.452-1.291
= +1.180
HD - C = (1.540 – 1.404).50.Sin2 (90° – 270°)+1.495-1.473
= +1.530
HD - E = (1.571 – 1.430).50.Sin2 (90° – 270°)+1.495-1.499
= +1.581
HE - D = (1.427 – 1.285).50.Sin2 (90° – 270°)+1.450-1.355
= +1.212
HE - F = (1.357 – 1.255).50.Sin2 (90° – 270°)+1.450-1.292
= + 1.184
HF - E = (1.480 – 1.290).50.Sin2 (90° – 270°)+1.465-1.415
= +1.424
HF - A = (1.311 – 1.083).50.Sin2 (90° – 270°)+1.465-1.195
= +0.801
HA - F = (1,481 – 1.307).50.Sin2 (90° – 270°)+1.487-1.396
= +1.377
− H rata-rata
HA-B = = 1.4250
HB-C = = 1.4705
HC-D = = 1.0695
HD-E = = 1.5555
HE-F = = 1.1980
HF-A = = 1.0890
H = 7.8075
− Kontrol H
H = 1.3012
− Beda Tinggi Terkoreksi
HA-BM = 1.587
HA-B = 1.4250 – 1.3012 = 0,1237
HB-C = 1.4705 – 1.3012 = 0,1693
HC-D = 1.0695 – 1.3012 = – 0,2317
HD-E = 1.5555 – 1.3012 = 0.2543
HE-F = 1.1980 – 1.3012 = −0.1032
HF-A = 1.0890 – 1.3012 = −0.2122 +
H = 0
Titik detail A
HA-1 = ( 1,512 – 1,439 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,468 - 1,475 = − 0,007
HA-2 = ( 1,463 – 1,410 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,468 - 1,437 = 0,031
HA-3 = ( 1,522 – 1.462 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,468 - 1,494 = − 0,026
HA-4 = ( 1.467 – 1.420 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,468 - 1.445 = 0,023
HA-5 = ( 1.431 – 1.345 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,468 - 1.388 = 0,080
HA-6 = ( 1.435 – 1.372 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,468 - 1.418 = 0,050
HA-7 = ( 1,534 – 1.464 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,468 - 1,499 = − 0,031
HA-8 = ( 1,602 – 1,536 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,468 - 1,570 = − 0,102
Titik detail B
HB-1 = ( 1,478 – 1,402 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,380 - 1,441 = − 0,061
HB-2 = ( 1,420 – 1,360 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,380 - 1,391 = − 0,011
HB-3 = ( 1,435 – 1,378 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,380 - 1,408 = − 0,028
HB-4 = ( 1,471 – 1,402 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,380 - 1,436 = − 0,056
HB-5 = ( 1,362 – 1,291 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,380 - 1,323 = 0,057
HB-6 = ( 1,340 – 1,265 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,380 - 1,300 = 0,080
HB-7 = ( 1,364 – 1,296 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,380 - 1,331 = 0,049
HB-8 = ( 1,204 – 1,129 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,380 - 1,168 = 0,212
Titik detail C
HC-1 = ( 1,413 – 1,342 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,452 - 1,379 = 0,073
HC-2 = ( 1,436 – 1,378 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,452 - 1,408 = 0,044
HC-3 = ( 1,432 – 1,374 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,452 - 1,402 = 0,047
HC-4 = ( 1,429 – 1,367 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,452 - 1,398 = 0,054
HC-5 = ( 1,409 – 1,348 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,452 - 1,379 = 0,073
HC-6 = ( 1,395 – 1,341 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,452 - 1,369 = 0,083
HC-7 = ( 1,417 – 1,369 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,452 - 1,392 = 0,060
HC-8 = ( 1,308 – 1,260 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,452 - 1,286 = 0,166
Titik detail D
HD-1 = ( 1,459 – 1,405 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,495 - 1,433 = 0,062
HD-2 = ( 1,445 – 1,379 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,495 - 1,413 = 0,082
HD-3 = ( 1,453 – 1,385 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,495 - 1,420 = 0,075
HD-4 = ( 1,499 – 1,425 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,495 - 1,464 = 0,031
HD-5 = ( 1,443 – 1,375 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,495 - 1,410 = 0,085
HD-6 = ( 1,525 – 1,452 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,495 - 1,488 = 0,007
HD-7 = ( 1,505 – 1,450 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,495 - 1,470 = 0,025
HD-8 = ( 1,532 – 1,443 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,495 - 1,475 = 0,020
Titik detail E
HE-1 = ( 1,358 – 1,268 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,450 - 1,312 = 0,138
HE-2 = ( 1,340 – 1,255 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,450 - 1,296 = 0,154
HE-3 = ( 1,335 – 1,248 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,450 - 1,290 = 0,160
HE-4 = ( 1,355 – 1,281 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,450 - 1,312 = 0,138
HE-5 = ( 1,353 – 1,270 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,450 - 1,311 = 0,139
HE-6 = ( 1,385 – 1,292 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,450 - 1,334 = 0,116
HE-7 = ( 1,367 – 1,283 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,450 - 1,325 = 0,125
HE-8 = ( 1,364 – 1,288 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,450 - 1,327 = 0,123
Titik detail F
HF-1 = ( 1,402 – 1,325 ) 50sin 2( 90º - 270º ) +1,465 - 1,365 = 0,100
HF-2 = ( 1,432 – 1,348 ) 50sin 2( 90º - 270º ) +1,465 - 1,389 = 0,076
HF-3 = ( 1,519 – 1,400 ) 50sin 2( 90º - 270º ) +1,465 - 1,475 = −0,010
HF-4 = ( 1,532 – 1,448 ) 50sin 2( 90º - 270º ) +1,465 - 1,485 = −0,020
HF-5 = ( 2,599 – 1,525 ) 50sin 2( 90º - 270º ) +1,465 – 1,562 = −0,097
HF-6 = ( 1,592 – 1,513 ) 50sin 2( 90º - 270º ) +1,465 - 1,554 = −0,089
HF-7 = ( 1,576 – 1,502 ) 50sin 2( 90º - 270º ) +1,465 - 1,539 = –0,074
HF-8 = ( 1,327 – 1,261 ) 50sin 2( 90º - 270º ) +1,465 - 1,294 = 0,171
TABEL HASIL PERHITUNGAN BEDA TINGGI TITIK DETAIL
Titik HA HB HC HD HE HF
1 − 0,007 − 0,061 + 0,073 + 0,062 + 0,138 + 0,100
2 + 0,031 − 0,011 + 0,044 + 0,082 + 0,154 + 0,076
3 − 0,026 − 0,028 + 0,047 + 0,075 + 0,160 − 0,010
4 + 0,023 − 0,056 + 0,054 + 0,031 + 0,138 − 0,020
5 + 0,080 + 0,057 + 0,073 + 0,085 + 0,139 − 0,097
6 + 0,050 + 0,080 + 0,083 + 0,007 + 0,116 − 0,089
7 − 0,031 + 0,049 + 0,060 + 0,025 + 0,125 – 0,074
8 − 0,102 + 0,212 + 0,166 + 0,020 + 0,123 + 0,171
b) Perhitungan Elevasi
Titik Utama
EBM = +10,000
EB = EA + H’A – B = +8,413 + (0,124) = +8,537
EC = EB + H’B – C = +8,537 + (0,169) = +8,706
ED = EC + H’C – D = +8,706 + (–0,232) = +8,474
EE = ED + H’D – E = +8,474 + (0.254) = +8,728
EF = EE + H’E – F = +8,728 + (−0.103) = +8,625
─ Check : EA = EF + H’F – A = +8,625+ (−0,212) = +8,413 (Cocok)
Titik detail A
8,413 + (− 0,007) = 8,406
8,413 + 0,031 = 8,444
8,413 + (− 0,026) = 8,387
8,413 + 0,023 = 8,436
8,413 + 0,080 = 8,493
8,413 + 0,050 = 8,463
8,413 + (− 0,031) = 8,382
8,413 + (− 0,102) = 8,311
Titik detail B
8,537 + (− 0,061) = 8,476
8,537 + (− 0,011) = 8,526
8,537 + (− 0,028) = 8,509
8,537 + ( − 0,056) = 8,481
8,537 + 0,057 = 8,594
8,537 + 0,080 = 8,617
8,537 + 0,049 = 8,586
8,537 + 0,212 = 8,749
Titik detail C
8,706 + 0,073 = 8,779
8,706 + 0,044 = 8,750
8,706 + 0,047 = 8,753
8,706 + 0,054 = 8,760
8,706 + 0,073 = 8,779
8,706 + 0,083 = 8,789
8,706 + 0,060 = 8,766
8,706 + 0,166 = 8,872
Titik detail D
8,474 + 0,062 = 8,536
8,474 + 0,082 = 8,556
8,474 + 0,075 = 8,549
8,474 + 0,031 = 8,505
8,474 + 0,085 = 8,559
8,474 + 0,007 = 8,481
8,474 + 0,025 = 8,499
8,474 + 0,020 = 8,494
Titik detail E
8,728 + 0,138 = 8,866
8,728 + 0,154 = 8,882
8,728 + 0,160 = 8,888
8,728 + 0,138 = 8,866
8,728 + 0,139 = 8,867
8,728 + 0,116 = 8,844
8,728 + 0,125 = 8,853
8,728 + 0,123 = 8,851
Titik detail F
8,625 + 0,100 = 8,725
8,625 + 0,076 = 8,701
8,625 + (− 0,010) = 8,615
8,625 + (− 0,020) = 8,605
8,625 + (− 0,097) = 8,528
8,625 + (− 0,089) = 8,536
8,625 + (– 0,074) = 8,551
8,625 + 0,171 = 8,796
Tabel Perhitungan Elevasi (H) Titik Detail
Titik HA HB HC HD HE HF
1 8,406 8,476 8,779 8,536 8,866 8,725
2 8,444 8,526 8,750 8,556 8,882 8,701
3 8,387 8,509 8,753 8,549 8,888 8,615
4 8,436 8,481 8,760 8,505 8,866 8,605
5 8,493 8,594 8,779 8,559 8,867 8,528
6 8,463 8,617 8,789 8,481 8,844 8,536
7 8,382 8,586 8,766 8,499 8,853 8,551
8 8,311 8,749 8,872 8,494 8,851 8,796
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Setelah kami melaksanakan praktikum pengukuran Ukur Tanah II ini, maka kami dapat simpulkan sebagai berikut :
1. Pada pengukuran di lapangan ternyata titik yang dibidik memiliki jarak terhadap sumbu X bervariasi dikarenakan jarak antara pesawat dengan titik tersebut berbeda-beda.
2. Dari hasil pengukuran dilokasi yang kami lakukan ternyata memiliki beda tinggi yang tidak terlalu tinggi, sehingga dapat dikatakan permukaan tanah datar.
5.2 SARAN
Dari ketiga jenis pengukuran diatas, kesalahan-kesalahan tersebut seluruhnya dapat dihindari dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Sudut Dalam
Untuk menghindari kesalahn dalam pengukuran sudut dalam sebaiknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Dalam menentukan arah utara, pada setiap titik utama harus benar-benar menunjukkan arah utara dengan melakukan hal tersebut berulang kali.
Rambu ukur harus diletakkan tegak lurus dan tepat pada titik utama yang dibidik.
Uning-unting harus diletakkan tegak lurus tepat pada titik utama.
Teliti dalam pembacaan sudut horisontal.
2. Pengukuran Jarak dan Beda Tinggi
Pada pengukuran jarak dan beda tinggi sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut ini :
Pada saat pengukura dilapangan sebaiknya memperhatikan cuaca, suhu kondisi dan situasi lapangan.
Diusahakan jarak antara titik-titik utama tidak terlalu berbeda jauh.
BAB VI
P E N U T U P
Alat ukur Theodolite sangat penting digunakan dalam bidang pengukuran yaitu untuk menentukan ketinggian permukaan tanah dititik-titik tertentu pada permukaan bumi. Pengukuran Theodolite dilakukan untuk pengukuran memanjang dan melintang. Alat-alat yang melengkapi dalam pengukuran selain Theodolite adalah rambu ukur atau baak ukur, statip, meteran dan payung untuk melindungi Theodolite dari sinar matahari langsung. Prinsip kerja dalam menggunakan alat waterpass ini adalah membuat garis sumbu teropong horizontal. Bagian yang membuat berkedudukan horizontal adalah nivo yang berbentuk sebagai tabung yang berisi cairan dengan gelembung udara didalamnya. Sehingga dengan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam terselesaikannya laporan ini dan semoga laporan ini dapat berguna bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
1. Foote, David dan Kelley,1990 Surveying,Theory and Practice, McGraw Hill Book Company, Amerika.
2. Rais Jacob, 1980, Ilmu Ukur Tanah, Jilid I, Cipta Sari Grafika, Semarang.
3. Rais Jacob, 1980, Ilmu Ukur Tanah, Jilid II, Cipta Sari Grafika, Semarang.
4. Soetoma Wongsotjiro, 1995, Ilmu Ukur Tanah, Swada, Jakarta.
5. Wali Jatun, Djoko dan Wolf, Brinker, 1996, Dasar – dasar Pengukuran Edisi Ketujuh, Erlangga, Jakarta.
Jumat, 08 Januari 2010
Pengukuran Dengan Theodolit
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. TUJUAN
Peta Tranchis adalah gambaran dari bumi yang direpretasikan dengan sistem proyeksi dengan skala tertentu. Kemudian merangkai titik-titik dilapangan dan mengetahui elevasi, maka dapat dibuat garis kontur suatu lokasi.
Gambar situasi adalah sesungguhnya ini merupakan peta-peta yang secara langsung sangat penting bagi bangunan-bangunan, apakah selaku petunjuk lokasi, maupun untuk mendapatkan perihal persis dimana akan didirikan suatu bangunan.
1.2. DEFENISI PETA
Peta adalah proyeksi bumi ke dalam sebuah bidang rata ( kertas ) yang disertai skala / perbandingan, misal 1 : 100.000 ( 1 cm pada kertas = 1 km pada bumi ), yang berisi gambaran permukaan bumi berupa daratan, lautan gunung, danau, dan lain-lain.
1.3. KEGUNAAN PETA
Kegunaan peta sangat banyak dan beraneka ragam, dilihat dari kegunaannya untuk merencanakan lebih lanjut dan melaksanakan pekerjaan teknis berupa gedung, jalan raya, jalan kereta api, jembatan, dan lain-lain.
Skala dipilih dan disesuaikan dengan besar kecilnya pekerjaan yang dilakukan menurut maksud dan kegunaan peta, misalnya :
1. Peta jalan raya untuk keperluan tourism.
2. Peta sungai untuk keperluan pelayaran.
3. Peta geologi untuk menyatakan keadaan geologis suatu daerah.
Sehingga, keberadaan peta sangatlah diperlukan didalam suatu perencanaan dan pelaksanaan suatu pekerjaan teknis.
1.4. ALAT UKUR THEODOLITE, RAMBU UKUR, DAN STATIP
1.4.1. Alat Ukur Theodolite
Sudut-sudut mendatar dan tegak diukur dengan alat pengukur sudut yang dinamakan Theodolite, adapun bagian-bagiannya adalah :
1. Sekrup ABC sebagai pengunci pesawat.
2. Nivo kotak sebagai pedoman apakah dalam keadaan imbang.
3. Nivo tabung fungsinya sama dengan nivo kotak.
4. Sekrup pengunci arah horizontal untuk mengunci agar tidak bergerak horizontal.
5. Sekrup pengunci arah vertical untuk mengunci agar tidak bergerak vertikal.
6. Kaca penerangan untuk penerangan.
7. Kompas untuk penunjuk arah utara.
8. Piringan pembacaan sudut horizontal.
9. Lensa penentu sudut horizontal dan vertical.
10. Lensa objektif.
1.4.2. Statip
Statif ( kaki tiga ) dibuat dari kayu yang kering dan dicat kuning dihubungkan dengan alat-alat sambungan besi. Kegunaan dari statip ini yaitu sebagai penyangga atau kaki pesawat.
1.4.3. Rambu Ukur
Rambu ukur sangatlah diperlukan dalam pengukuran tanah, sebab rambu ukur berfungsi sebagai obyek bidikan pada titik yang ditentukan, sehingga kita dapat mengetahui besarnya nilai Benang Atas, Benang Tengah, dan Benang Bawah dari pembacaan rambu ukur tersebut. Kemudian dari data yang diperoleh tersebut kita dapat melakukan analisa data yang diperoleh dari rambu ukur tersebut.
BAB II
DASAR TEORI
2.1. PETA TRANCHIS DAN GAMBAR SITUASI
Seperti yang telah disebutkan dalam Bab Pendahuluan, bahwa pengukuran mengenai letak ( posisi ), elevasi ( ketinggian ), dan konfigurasi dari areal tanah memerlukan beberapa penunjang yang diantaranya adalah keberadaan peta dan perlengkapan pengukuran yang lengkap.
Data yang diperoleh dari pekerjaan pengukuran tersebut, kemudian dilukiskan pada suatu peta yang sering dikenal dengan peta topografi. Menurut Davis dan Foote adalah menggambarkan simbol-simbol yang spesifik mengenai konfigurasi atau relief tanah yang dipetakan dan keadaan alami atau buatan, seperti saluran sungai dan lain-lain.
Sedangkan menurut Ayres dan Scoates adalah peta yang menggambarkan sifat permukaan tanah yang dilengkapi garis-garis kontur yang berbeda-beda ekemennya dan berbagai keadaan yang terdapat pada areal tanah tersebut dengan menggunakan symbol tertentu.
Didalam pembuatan peta, pengukuran titik-titik detail untuk penggambaran peta haruslah berdasarkan pada posisi yang tetap baik arah horizontal maupun vertikal. Dengan demikian, penggambaran untuk pembuatan peta setidaknya kita harus menguasai teori-teori sebagai berikut :
1. Teori tetang poligon tertutup.
2. Teori tetang pembuatan titik detail.
3. Teori tentang pengukuran jarak dan beda tinggi secara optis.
4. Teori tentang penggambaran peta.
2.1.1. POLIGON TERTUTUP
Suatu bentuk pengukuran dimana pengukuran ini dilakukan seterusnya dari titik-titik yang kita tentukan dan akhirnya titik-titik tersebut merupakan suatu daerah pemetaan. Dan pengukuran ini dilakukan searah jarum jam.
Untuk pengukuran poligon ini kita harus mempunyai beberapa titik-titik kedudukan sebagai awal pedoman untuk pengukuran selanjutnya. Juga diperlukan sebuah titik sebagai acuan Bench Mark ( BM ), bilamana tidak ada titik BM pada lokasi yang kita ukur, dapat kita mengambil sembarang benda untuk kita jadikan BM, dengan catatan benda tersebut tidak berubah kedudukannya.
2.1.2. GARIS KONTUR
Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang elevasinya sama. Garis kontur memberikan informasi tentang daerah peta dan tidak menyembunyikan rincian-rincian peta lainnya yang penting. Garis-garis kontur juga memperlihatkan elevasi dan konfigurasi permukaan tanah. Elevasi titik-titik yang tidak terletak diatas garis kontur bias dicari dengan inter polasi antara dua garis kontur yang terletak pada kedua titik tersebut.
Garis kontur mulai dan berakhir pada tepi peta, atau menutup pada dirinya sendiri. Garis kontur yang menutup dirinya sendiri akan diperlihatkan oleh serangkaian garis kontur yang membentuk lingkaran diatas peta. Mereka menunjukkan sebuah depresi atau sebuah bukit. Sebuah bukit dapat diidentifikasikan dengan elevasi yang bertambah. Dalam sebuah depresi, garis kontur tertutup paling dalam akan terletek pada elevasi terendah. Pada garis kontur terendah, tanda arsiran yang menuju lubang tersebut akan terlihat.ini memastikan bahwa anda melihat sebuah lubang depresi karena tidak ada tanda arsiran yang digunakan pada bukit.
Garis kontur yang berjarak sama sepanjang garis yang tegak lurus terhadap kontur tersebut menunjukkan kelandaian ang tetap. Kontur yang lurus, sejajar, berjarak sama menunjukkan timbunana atau galian buatan manusia. Untuk memudahkan timbunana atau galian sebuah peta topografi, setiap garis kontur ke lima dibuat lebih tebal. Garis ini disebut kontur indeks. Kalau interfal kontur adalah 1 ft, garis-garis kontur yang elevasinya kelipatan 5 ft diperlihatkan dengan garis tebal.Kalau interfalnya 10 ft, kontur mempunyai elevasi kelipatan 50 ft.
Beberapa aturan-aturan dasar untuk menggambar garis kontur adalah sebagai berikut :
Garis kontur tidak pernah berakhir atau berpotongan.
Garis-garis kontur harus memiliki kenaikan elevasi sama.
Garis kontur tidak bercabang menjadi dua kontur dengan elevasi sama.
Garis kontur harus tegak lurus terhadap jurusan kelandaian maksimum.
Garis kontur yang tidak teratur menunjukkan daerah yang tidak rata.
2.1.3. METODE LAPANGAN YANG DIPAKAI
Faktor-faktor yang mempengaruhi metode lapangan dalam pembuatan peta topografi adalah :
− Skala peta.
− Interfal kontur.
− Kondisi alamiah tanah.
− Jenis proyek.
− Peralataan yang tersedia.
Dalam praktikum ini, kami mengunakan metode radiasi dimana radiasi adalah titik traverse yang diliputi oleh Theodolite. Sudut diukur ke titik yang dikehendaki, lalu jarak ke titik tersebut diukur dengan pita ukur. Pojok bangunan maupun obyek lainnya buatan manusia harus dicantumkan. Panjang, lebar dan proyeksi yang merupakan data penting diukur serta digambar didalam buku lapangan.
2.1.4. KOREKSI KESALAHAN YANG TERJADI
Koreksi kesalahan sangatlah diperlukan dalam analisa data, sebab data yang dianalisa tersebut memerlukan ketelitian. Beberapa hal yang perlu dikoreksi dalam analisa data yaitu:
1. Kontrol tidak terkoreksi.
2. Jarak titik kontrol terlalu besar.
3. Titik-titik kontrol tidak dipilih.
4. Pemilihan titik-titik untuk penggambaran kontur tidak baik.
5. Kontur yang diambil tidak cukup.
6. Kontur horizontal dan vertikal tidak cukup.
2.2. PENENTUAN TITIK IKAT DAN TITIK DETAIL
Dalam penggambaran polygon titik-titik kontrol,metode-metode yang dipakai untuk meletakkan posisi detail pada peta tergantung pada prosedur yang dipakai untuk menentukan lokasinya, dan bentuk dimana data itu berada. Bila catatan lapangan adalah sudut dan jarak, pusat batas dan titik-titik penting diatas dimana pekerjaan konstruksi sudah terjadi tergantung padanya, digambar dengan metode koordinat. Sedang untuk jarak digambar dengan skala dari puncak, untuk menggambar detail jelasnya tentang cara-cara membuat detail dengan busur.
2.3. PENGUKURAN JARAK DAN BEDA TINGGI SECARA OPTIS
Pengukuran dilakukan secara langsung dengan menggunakan pita ukur untuk titik-titik yang dekat dengan pesawat atau titik-titik yang posisinya akan dicari dengan teliti dan dikontrol dengan pengukuran menggunakan pesawat Theodolite untuk mendapatkan jarak optis dan hasilnya digunakan sebagai pembanding.Untuk mendapatkan jarak optis, pesawat ditempatkan pada titik utama yang telah ditentukan, kemudian dicatat tinggi pesawat. Arahkan teropong pada pembacaan baak kemudian dicatat ( BA, BT, BB ).
Pada pengukuran titik tinggi, beda tinggi, maupun jarak pada umumnya dilakukan secara optis.
GAMBAR PENGUKURAN DENGAN SUDUT MIRING ( α ) POSITIF
GAMBAR PENGUKURAN DENGAN SUDUT MIRING( α ) NEGATIF
a) Menentukan Sudut Dalam ( β )
1) β 1 = αAF - αAB
2) β2 = αBA - αBC
3) β3 = αCB - αCD
4) β4 = αDC - αDE
5) β5 = αED - αEF
6) β6 = αFE - αEA +
∑ β
b) Koreksi Sudut Untuk Poligon Tertutup ( f α )
f α = ( n – 2 ) 180 + ∑ β
Dimana ; n = jumlah titik yang dibidik
∑ β = jumlah sudut
c) Koreksi Masing-masing Sudut
f α / n
d) Perhitungan Jarak ( D )
D = 100 ( BA – BB ) Cos2 α
Dimana ; α = 270°– pembacaan vertical
– P erhitungan Azimuth ( φ )
φAB = misal A ( Awal )
φBC = φAB + ( 180 – β2 )
φCD = φBC + ( 180 – β3 )
φDE = φCD + ( 180 – β4 )
φEF = φDE + ( 180 – β5 )
φFA = φEF + ( 180 – β6 )
Chek : φAB = φFA + ( 180 – β1 )
e) Menghitung Panjang Proyeksi Sisi Poligon Pada Sumbu-X
Fx = di . Sin φ
f) Menghitung Panjang Proyeksi Sisi Poligon Pada Sumbu-Y
Fy = di . Cos φ
g) Beda Tinggi ( ΔH )
ΔH = TP + – BT
Dimana, TP = tinggi pesawat ; BB = benang bawah
BA = benang atas ; BT = benang tengah
2.4. PENYAJIAN PETA
2.4.1. Menggambar Titik Poligon
Sebelum titik poligon digambar diatas kertas, terlebih dahulu harus diperiksa apakah kesalahan yang terjadi telah memenuhi syarat. Apabila ternyata kesalahan terlalu besar, maka kita berusaha untuk melokalisir kesalahan tersebut. Menggambar titik-titik poligon pada kertas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
1) Dengan koordinat
2) Dengan cara grafis
Pada penggambaran titik poligon dengan cara koordinat akan menghasilkan posisi yang lebih teliti dibandingkan cara grafis.
2.4.2. Menggambar Titik Detail
Penggambaran titik detail dapat dilakukan dengan menggunakan busur derajat dan mistar skala. Pusat diletakkan pada titik tempat pesawat dan skala busur diarahkan ke sumbu-O pada sumbu-Y ( Utara ), sudut yang sudah dibaca berupa azimuth, maka bacaan ke titik poligon harus disesuaikan dengan sudut pada busur derajat.
Sedangkan titik-titik detail yang lainnya dapat digambar sesuai dengan pembacaan sudut horizontal dan jaraknya.
2.4.3. Menggambar Garis Tinggi
Garis tinggi adalah garis yang menghubungkan titik yang sama elevasinya. Dari garis kontur ini kita dapat membayangkan keadaan medan yang sebenarnya. Besarnya kontur interval tergantung dari skala peta, kelanmdaian, atau menurut kebutuhan.
Untuk menggambarkan garis kontur harus dicari dulu titik-titik yang elevasinya sama. Untuk itu perlu diadakan interpolasi dari titik-titik yang tersedia dengan menggunakan perbandingan jarak.
2.4.4. Skala Peta
Pemilihan skala untuk sebuah peta pada ukuran proyek, presisi yang dikehendaki dan kegunaannya peta tersebut didesain. Skala peta diberikan menurut tiga cara yaitu :
1) Bentuk pecahan atau perbandingan, seperti 1 / 2000 atau 1 : 2000
2) Persamaan, seperti 1 inc = 200 ft.
3) Grafik.
Skala peta diklasifikasikan sebagai besar, sedang, ataupun kecil. Sebuah skala besar 1 inc = 100 ft ( 1 : 200 ) atau lebih besar. Sebuah skala sedang misalnya : 1 inc = 100 ft sampai 1000 ft ( 1 : 200 ) sampai ( 1 : 12000 ). Sebuah skala kecil misalnya : 1 inc = 100 ft ( 1 : 12000 ) atau lebih kecil. Dalam penggambaran garis kontur nanti kami mengunakan skala 1 : sesuai perhitungan.
2.4.5. Finishing
Ketelitian peta topografi ditentukan dari tujuan penggunaan peta, skala peta, peralatan yang digunakan dalam pembuatan peta. Disamping hal-hal tersebut, peta harus dilengkapi hal-hal berikut, yang merupakan finishing dari pembuatan antara lain :
1) Panah tanda petunjuk arah utara.
2) Skala peta, areal peta.
3) Keterangan, macam peta, kegunaan peta.
4) Keterangan areal yang dipetakan.
5) Interval kontur yang digunakan.
6) Tanggal, bulan, tahun pembuatan peta.
7) Nama pemeta ( pelaksana ).
Bila hal tersebut diatas sudah dilakukan, maka peta sudah siap digunakan sesuai keperluan.
BAB III
JALANNYA PRATIKUM
3.1. PEKERJAAN PENDAHULUAN
3.1.1. Penentuan Titik Bench Mark
Hal yang pertama kali dilakukan adalah melakukan survei lapangan untuk melihat dari batas-batas lokasi yang akan dipetakan. Barulah akan ditentukan titik yang berfungsi sebagai titik tetap atau Bench Mark ( BM ). Karena pada waktu praktikum tidak ada Bench Mark, maka kami menggunakan BM palsu yang kami tempatkan pada lapangan parkir depan gedung A.
3.1.2. Membuat Patok Titik Ikat
Setelah ditentukan titik Bench Mark nya, kemudian ditentukan jumlah titik utamanya sebanyak 6 buah titik, dan dilakukan pengukuran secara manual dengan mengunakan baak ukur pada titik-titik utama yaitu titik A, B, C, D, E, F, yang mana keenam titik utama tersebut ditandai dengan cat pilox untuk menghindari kelupaan.
3.2. PELAKSANAAN PENGUKURAN
1) Menentukan titik detail utama, titik BM, dan titik detail tambahan.
2) Mendirikan statip tepat diatas patok dititik detail utama dengan cara meluruskan unting-unting jatuh tepat diatas patok.
3) Menempatkan Theodolite diatas statip, lalu kait dengan baut dimana salah seorang di statip bagian atas dan seorang lagi di Theodolite bagian bawah sampai kencang.
4) Sebelum kita melakukan segala penyetelan, segala pengunci horizontal dan vertikal pada Theodolite harus bebas semua.
5) Menyetel nivo bawah ( nivo bulat ) yaitu menempatkan gelembung yang ada di nivo bulat agar tepat di tengah-tengah lingkaran, dengan cara memutar sekrup penyetel A, B, C dengan cara memutar sekrup dengan arah berlawanan sehingga gelembung terletak tepat di lingkaran.
6) Menyetel nivo atas ( nivo tabung ) yaitu menempatkan gelembung nivo yang ada di nivo tabung agar tepat di tengah-tengah tanda dengan jalan memutar salah satu sekrup penyetel nivo tabung sampai gelembung jatuh tepat di tengah-tengah tanda. Dengan catatan bahwa gelembung di nivo bulat tidak boleh berpindah tempat ( keluar dari lingkaran ). Jadi kedua gelembung nivo harus tepat di tengah-tengah.
7) Mengenolkan detik yang ada di teropong pada lensa sebelah kanan dengan memutar sekrup penyetel menit detik yang terletak pada sebelah kanan teropong.
8) Memutar lempeng yang terletak pada bagian bawah Theodolite yang bertujuan untuk mengenolkan horizontalnya. Sambil memutar lempeng kita melihat teropong pada lensa sebelah kanan, apakah sudah horizontal atau belum. Apabila sudah horizontal lalu putar pengunci horizontal dengan cara memutar searah jarum jam. Penguncinya terletak diatas lempeng, maka horizontal sudah terkunci.
9) Mengutarakan kompas dengan melihat kompas yang ada dibagian atas pesawat. Bila garis putih sudah tepat atau masuk tanda, maka pesawat sudah menghadap utara. Kemudian dikunci dengan pengunci arah utara, dengan cara memutar searah jarum jam. Penguncinya terletak di bawah lempeng, maka arah utara sudah terkunci.
10) Menyetel pesawat agar membentuk sudut 270° terhadap sudut vertikal dengan cara menaik turunkan teropong sambil melihat pada lensa sebelah kanan, apakah sudah 270° atau belum. Apabila sudah tepat 270° lalu kunci dengan pengunci vertikal, dengan cara memutar searah jarum jam. Pengunci terletak disamping teropong, maka arah vertikal sudah terkunci.
11) Menempatkan baak atau rambu ukur pada titik detail tambahan, titk BM, dan kedelapan titik yang mengapit.
12) Membuka kunci horizontal, untuk memutar pesawat sampai baak kelihatan pada lensa. Setelah terlihat lalu kunci kembali pengunci horizontal.
13) Membaca BA, BT, BB pada baak dengan melihat pada teropong lensa sebelah kiri, apabila pembacaan kurang jelas, kita harus memutar penyetel diagfragma lensa sampai baak bias terbaca dengan jelas.
14) Membaca sudut vertikal dengan melihat pada teropong lensa sebelah kanan,. Dengan cara memuter penyetel menit, detik sampai derajat jatuh tepat pada tengah-tengah diantara dua garis, lalu membaca besar sudut menit, detik sampai derajat.
15) Membaca sudut horizontal dengan melihat pada teropong lensa sebelah kanan. Dengan cara memutar penyetel menit, detik sampai derajat jatuh tepat pada tengah-tengah diantara dua garis, lalu membaca besar sudut menit, detik pada arah horizontal.
16) Setelah selesai di titik detail utama A, kemudian memindahkan pesawat ke titik detail B, begitu seterusnya untuk titik detail utama C, D, E, F.
17) Melakukan hal yang sama pada nomor 2 sampai pada dengan nomor 10 untuk penyetelan alat.
Catatan :
Disetiap titik detail utama selalu dilakukan pekerjaan nomor 2 sampai dengan nomor 10 untuk penyetelan alat dan sebelum membidik baak.
Memutar pesawat selalu searah jarum jam, agar tidak kesalahan pembacaan pada sudut horizontal.
Pada waktu pembidikan ( pembacaan baak ), pengunci yang terbuka hanyalah pengunci horizontalnya saja.
Apabila pada pembacaan sudut horizontal maupun vertikal, dimana derajatnya tidak jatuh di tengah-tengah ( pembacaan sudut yang dibaca terlebih adalah sudut vertikal baru sudut horizontal ). Maka pembacaan sudut vertikal diputar pengunci vertikal pada penggerak halus sampai derajat vertikal tepat ditengah-tengah, kemudian dibaca. Dan untuk pembacaan sudut horizontal diputar pengunci horizontal pada penggerak halus sampai derajat horizontal tepat ditengah-tengah, kemudian dibaca besarnya derajat, menit, dan detik.
3.3. PENYELESAIAN LAPORAN SEMENTARA
Setelah pratikum selesai dilakukan dimana data-data ukur sudah dibukukan ke dalam buku ukur, maka barulah dapat dilakukan penyelesaian buku ukur yaitu perhitungan sementara dari data yang ada untuk dilakukan pengecekan kembali, apakah data yang kita peroleh dari hasil pengukuran sesuai dengan keadaan dilokasi.
BAB IV
PERHITUNGAN DAN ANALISIS DATA
4.1. TABEL HASIL PENGUKURAN DILAPANGAN
Titik/Tinggi Pesawat Titik Yang Dibidik Pembacaan Benang Sudut Horisontal Sudut Vertikal Keterangan
Titik Ikat Titik Detail Atas Tengah Bawah
A
( 1,468) BM 1,537 1,500 1,466 27756’50” 90
B 1,511 1,435 1,365 32204’55” 90
F 1,481 1,396 1,307 7007’10” 90
1 1,512 1,475 1,439 35341’10” 90
2 1,463 1,437 1,410 1013’30” 90
3 1,522 1,494 1,462 3924’10” 90
4 1,467 1,455 1,420 7708’50” 90
5 1,431 1,388 1,345 16426’30” 90
6 1,435 1,418 1,372 20117’05” 90
7 1,534 1,499 1,464 22332’30” 90
8 1,602 1,570 1,536 25238’30” 90
B
( 1,380) C 1,516 1,421 1,325 35652’10” 90
A 1,420 1,342 1,251 13429’30” 90
1 1,478 1,441 1,402 1300’50” 90
2 1,420 1,391 1,360 4452’25” 90
3 1,435 1,408 1,378 7224’50” 90
4 1,471 1,436 1,402 9119’30” 90
5 1,362 1,323 1,291 11751’20” 90
6 1,340 1,300 1,265 13743’30” 90
7 1,364 1,331 1,296 17428’30” 90
8 1,204 1,168 1,129 22735’50” 90
C
( 1,452 ) D 1,352 1,291 1,222 21801’00” 90
B 1,240 1,145 1,050 33901’40” 90
1 1,413 1,441 1,342 11831’10” 90
2 1,436 1,391 1,378 15430’10” 90
3 1,432 1,408 1,374 19142’50” 90
4 1,429 1,436 1,367 21402’50” 90
5 1,409 1,323 1,348 23212’30” 90
6 1,395 1,300 1,341 25741’50” 90
7 1,417 1,331 1,369 27635’50” 90
8 1,308 1,168 1,260 34013’30” 90
D
( 1,495 ) E 1,571 1,499 1,430 15444’50” 90
C 1,540 1,473 1,404 27930’30” 90
1 1,459 1,433 1,405 9658’10” 90
2 1,445 1,413 1,379 12822’30” 90
3 1,453 1,420 1,385 14728’50" 90
4 1,499 1,464 1,425 16553’50” 90
5 1,443 1,410 1,375 19017’10” 90
6 1,525 1,488 1,452 21222’30” 90
7 1,502 1,470 1,450 23448’10” 90
8 1,532 1,475 1,443 25605’30 90
E
( 1,450) F 1,357 1,292 1,225 32623’30” 90
D 1,427 1,355 1,285 32905’50” 90
1 1,358 1,312 1,268 34059’30” 90
2 1,340 1,296 1,255 35953’10” 90
3 1,335 1,290 1,248 15415’40” 90
4 1,355 1,312 1,281 3422’10” 90
5 1,353 1,311 1,270 4916’10” 90
6 1,385 1,334 1,292 6336’10” 90
7 1,367 1,325 1,283 7632’10” 90
8 1,364 1,327 1,288 9009’10” 90
F
( 1,465 ) A 1,311 1,195 1,083 0052’30” 90
E 1,480 1,415 1,290 0046’50” 90
1 1,402 1,365 1,325 13626’30” 90
2 1,432 1,389 1,348 3209’30” 90
3 1,519 1,475 1,400 6906’30” 90
4 1,532 1,485 1,448 9617’10” 90
5 1,599 1,562 1,525 12051’10” 90
6 1,592 1,554 1,513 14146’30” 90
7 1,576 1,539 1,502 15918’50” 90
8 1,327 1,294 1,261 17448’50” 90
a) Perhitungan Sudut Dalam ( :
A = AF + ( 360° - AB )
= 70°07’10” + (360° - 332°04’55” ) = 98°02’15”
B = A + ( 360° - C )
= 134°29’30" + (360° - 356°52’10” ) = 137°37’30”
C = CB - CD
= 339°01’40” – 218°01’00” = 121°00’40”
D = DC - DE
= 185°30’30” - 154°44’50” = 30°45’40”
E = ED - EF ¬¬
= 329º 05’50” - 326°23’30” = 02°42’20”
F = FE + ( 360° - FA )
= 00°46’50” + (360°- 00°52’30” ) = 359°54’20” +
= 750°02’45”
Syarat rataan sudut =
=
Koreksi sudut dalam =
= 750º02’45” – 720º
Rataan tiap sudut = 30º02’45”
=
= 5º00’28”
− Perhitungan Sudut dalam terkoreksi :
’A = 98°02’15” - 5°02’28” = 92°59’47”
’B = 137°37’30” - 5°02’28” = 132°35’02”
’C = 121°00’40” - 5°02’28” = 115°58’12”
’D = 30°45’40” - 5°02’28” = 25°43’12”
’E = 02°42’20” - 5°02’28” = -2°20’08”
’F = 359°54’20” - 5°02’28” = 354°51’52” +
’ = 720°00’00”
b) Perhitungan Azimuth Terkoreksi :
'AB =322°04’55”
'BC = 322°04’55” − 180° – 132°35’02” = 9°29’53”
'CD = 9°29’53” + 180° – 115°58’12” = 73°31’41”
'DE = 73°31’41” + 180° – 25°43’12” = 227º48’29”
'EF = 227°48’29” − 180° – (-2°20’08”) = 50°08’37”
'FA = 50°08’37” + 180° – 354°51’52” = −124°43’15” +
− Kontrol Azimuth
AB = ’FA - 180° – ’A
322°04’55” = 236°15’25” + 180° – 92°59’47”
322°04’55” = 322°04’55” ( cocok )
c) Mencari Jarak Optis
Rumus : d=
Titik A
dA-BM = (1.537–1.466 ).100 .cos² . (270° - 90º) = 7.1 m
dA – B = (1.511–1.365 ).100 .cos² . (270° - 90º) = 14.6 m
dA – F = (1.481–1.307 ).100 .cos² . (270° - 90º) = 17.4 m
dA – 1 = (1.512–1.439 ).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.3 m
dA – 2 = (1.463–1.410 ).100 .cos² . (270º - 90º) = 5.3 m
dA – 3 = (1.522–1.462 ).100 .cos² . (270º - 90º) = 6.0 m
dA – 4 = (1.467–1.420 ).100 .cos² . (270º - 90º) = 4.7 m
dA – 5 = (1.431–1.345 ).100 .cos² . (270º - 90º) = 8.6 m
dA – 6 = (1.435–1.372 ).100 .cos² . (270º - 90º) = 6.3 m
dA – 7 = (1.534–1.464 ).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.0 m
dA – 8 = (1.602–1.536 ).100 .cos² . (270º - 90º) = 6.6 m
Titik B
dB – C = (1.516– 1.325).100 .cos² . (270° - 90º) = 19.1 m
dB – A = (1.420– 1.251).100 .cos² . (270° - 90º) = 16.9 m
dB – 1 = (1.478– 1.402).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.6 m
dB – 2 = (1.420– 1.360).100 .cos² . (270º - 90º) = 6.0 m
dB – 3 = (1.435– 1.378).100 .cos² . (270º - 90º) = 5.7 m
dB – 4 = (1.471– 1.402).100 .cos² . (270º - 90º) = 6.9 m
dB – 5 = (1.362– 1.291).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.1 m
dB – 6 = (1.340– 1.265).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.5 m
dB – 7 = (1.364– 1.296).100 .cos² . (270º - 90º) = 6.8 m
dB – 8 = (1.204– 1.129).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.5 m
Titik C
dC – D = (1.325 – 1.222).100 .cos² . (270° - 90º) = 10.3 m
dC – B = (1.240 – 1.050).100 .cos² . (270° - 90º) = 19.0 m
dC – 1 = (1.413 – 1.342).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.1 m
dC – 2 = (1.436 – 1.378).100 .cos² . (270º - 90º) = 5.8 m
dC – 3 = (1.432 – 1.374).100 .cos² . (270º - 90º) = 5.8 m
dC – 4 = (1.429 – 1.367).100 .cos² . (270º - 90º) = 6.2 m
dC – 5 = (1.409 – 1.348).100 .cos² . (270º - 90º) = 6.1 m
dC – 6 = (1.395 – 1.341).100 .cos² . (270º - 90º) = 5.4 m
dC – 7 = (1.417 – 1.369).100 .cos² . (270º - 90º) = 4.8 m
dC – 8 = (1.308 – 1.260).100 .cos² . (270º - 90º) = 4.8 m
Titik D
dD – E = (1.571 – 1.430).100 .cos² . (270° - 90º) = 14.1 m
dD – C = (1.540 – 1.404).100 .cos² . (270° - 90º) = 13.6 m
dD – 1 = (1.459 – 1.405).100 .cos² . (270º - 90º) = 5.4 m
dD – 2 = (1.445 – 1.379).100 .cos² . (270º - 90º) = 6.6 m
dD – 3 = (1.453 – 1.385).100 .cos² . (270º - 90º) = 6.8 m
dD – 4 = (1.499 – 1.425).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.4 m
dD – 5 = (1.443 – 1.375).100 .cos² . (270º - 90º) = 6.8 m
dD – 6 = (1.525 – 1.452).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.3 m
dD – 7 = (1.502 – 1.450).100 .cos² . (270º - 90º) = 5.2 m
dD – 8 = (1.532 – 1.475).100 .cos² . (270º - 90º) = 5.7 m
Titik E
dE – F = (1.357 – 1.225).100 .cos² . (270° - 90º) = 13.2 m
dE – D = (1.427 – 1.285).100 .cos² . (270° - 90º) = 14.2 m
dE – 1 = (1.358 – 1.268).100 .cos² . (270º - 90º) = 9.0 m
dE – 2 = (1.340 – 1.255).100 .cos² . (270º - 90º) = 8.5 m
dE – 3 = (1.335 – 1.248).100 .cos² . (270º - 90º) = 10.7 m
dE – 4 = (1.355 – 1.281).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.4 m
dE – 5 = (1.353 – 1.270).100 .cos² . (270º - 90º) = 8.3 m
dE – 6 = (1.385 – 1.292).100 .cos² . (270º - 90º) = 9.3 m
dE – 7 = (1.367 – 1.283).100 .cos² . (270º - 90º) = 8.4 m
dE – 8 = (1.364 – 1.288).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.6 m
Titik F
dF – A = (1.311 – 1.083).100 .cos² . (270° - 90º) = 22.8 m
dF – E = (1.480 – 1.290).100 .cos² . (270° - 90º) = 19.0 m
dF – 1 = (1.402 – 1.325).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.7 m
dF – 2 = (1.432 – 1.348).100 .cos² . (270º - 90º) = 8.4 m
dF – 3 = (1.519 – 1.400).100 .cos² . (270º - 90º) = 11.9 m
dF – 4 = (1.532 – 1.448).100 .cos² . (270º - 90º) = 8.4 m
dF – 5 = (1.599 – 1.525).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.4 m
dF – 6 = (1.592 – 1.513).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.9 m
dF – 7 = (1.576 – 1.502).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.4 m
dF – 8 = (1.327 – 1.261).100 .cos² . (270º - 90º) = 6.6 m
− d rata-rata titik utama
dAB = 14.6 m
dBC = 19.1 m
dCD = 10.3 m
dDE = 14.1 m
dEF = 13.2 m
dFA = 22.8 m
= 94.1 m
− Mencari X pada titik utama
Rumus :
XΔA – B = dA - B . sin 'A - B
= 14.6 . sin 332°04’55” = −6.836
XΔB – C = dB - C . sin 'B - C
= 19.1 . sin 9°29’53” = −1.043
XΔC – D = dC - D . sin 'C - D
= 10.3 . sin 73°31’41” = +10.219
XΔD – E = dD - E . sin 'D - E
= 14.1 . sin 227°48’29” = +6.015
XΔE – F = dE - F . sin 'E - F
= 13.2 . sin 50°08’37” = –7.306
XΔF – A = dF - A . sin 'F - A
= 22.8 . sin −124°43’15” = +0.348
ΣΔx = +1.397
Koreksi
Kesalahan (fx) = -Σd.sin
= −1.397
Rumus : X’ = Δx ± fx .(d ∕ Σd)
X’A – B = −6.836 – 1.398. (14.6 / 94.1) = −7.053
X’B – C = −1.043 – 1.398. (19.1 / 94.1) = −1.327
X’C – D = +10.219 – 1.398. (10.3 / 94.1) = +10.066
X’D – E = +6.015 – 1.398. (14.1 / 94.1) = +5.825
X’E – F = –7.306 – 1.398. (13.2 / 94.1) = –7.502
X’F – A = +0.348 – 1.398. (22.8 / 94.1) = –0.009 +
= 0,000
– Ko’ordinat titik utama X
XBM = +10.000
XA = +10.000 - 7,032 = +2,968
XB = +2.968 - 7.053 = -4.085
XC = -4.085 - 1.327 = -5.412
XD = -5.412 + 10.066 = +4.654
XE = +4.654 + 5.825 = +10.479
XF = +10.479 - 7.502 = +2.977
XA = +2.977 - 0.009 = +2.968
− Mencari Y pada titik utama
Rumus :
ΔYA – B = dA - B . cos 'A - B
= 14,6 . cos 322°04’55” = +11,518
ΔYB – C = dB - C . cos 'B - C
= 19,1 . cos 9°29’33” = +5.415
ΔYC – D = dC - D . cos 'C - D
= 10,3 . cos 73°31’41” = +2.920
ΔYD – E = dD - E . cos 'D - E
= 14,1 . cos 227°48’29” = -9.471
ΔYE – F = dE - F . cos 'E - F
= 13,2 . cos 50°08’37” = +8.459
ΔYF – A = dF - A . cos 'F - A
= 22,8 . cos −124°43’15” = -12.986
ΣΔy = +5.855
Koreksi
Kesalahan (fy) = -Σ d Cos = - 5.855
Rumus : Y’ =Δy ± fy . (d /Σd)
Y’A – B = +11,158 – 5.855.(14,60 / 94,10) = +4.243
Y’B – C = +5.415 – 5.855 . (19,10 / 94,10) = -0.089
Y’C – D = +2.920 – 5.855 . (10,30 / 94,10) = -0.321
Y’D – E = -9.471 – 5.855 .(14,10 / 94,10) = ¬-2.296
Y’E – F = +8.459 – 5.855. (13,20 / 94,10) = +3.028
Y’F – A = -12.986 – 5.855. (22,80 / 94,10) = -4.565 +
= 0,000
– Ko’ordinat titik utama Y
YBM = +10,000
YA = +10,000 + 0.982 = 10.982
YB = +14.243 + 4.243 = +15.225
YC = +15.225 – 0.089 = +15.136
YD = +15.136 – 0.321 = +14.815
YE = +14.815 – 2,296 = +12.519
YF = +12.519 + 3.028 = +15.547
YA = +15.547 – 4.565 = +10.982
TABEL HASIL PERHITUNGAN TITIK UTAMA KO’ORDINAT BM (10.10)
TITIK X Y X Y
BM +10,00 +10,00
-7.032 +0.982
A +2.968 +10.982
-7053 +4.243
B -4.085 +15.225
-1.327 -0.089
C -5.412 +15.136
+10.066 -0.321
D +4.654 +14.815
+5.825 -2.296
E +10.479 +12.519
-7.502 +3.028
F +2.977 +15.547
-0.009 -4.565
A +2.968 +10.582
d) Perhitungan Titik Detail
− Titik A
dA-1 = 7.3 m
dA-2 = 5.3 m
dA-3 = 6.0 m
dA-4 = 4.7 m
dA-5 = 8.6 m
dA-6 = 6.3 m
dA-7 = 7.0 m
dA-8 = 6.6 m
= 51.8 m
− Mencari ΔX Pada Titik Detail
Δx = d .sin α
XA – 1 = 7.3 . sin 353º41’10” = –0.803
XA – 2 = 5.3 . sin 10º13’30” = +0.941
XA – 3 = 6.0 . sin 39º24’10” = +3.809
XA – 4 = 4.7 . sin 77º08’50” = +4.582
XA – 5 = 8.6 . sin 164º26’30” = +2.307
XA – 6 = 6.3 . sin 201º17’05” = –2.287
XA – 7 = 7.0 . sin 223º32’30” = –4.822
XA – 8 = 6.6 . sin 252º38’30” = –6.299
ΣΔX = –2.572
Koreksi
Kesalahan (fx) = -Σd.sin = 2.572
Rumus : X’ = Δx ± fx .(d ∕ Σd)
X’A – 1 = -0.803 + 2.572 . (7.3 / 51.8) = −0.440
X’A – 2 = +0.941 + 2.572 . (5.3 / 51.8) = +1.204
X’A – 3 = +3.809 + 2.572 . (6.0 / 51.8) = +4.107
X’A – 4 = +4.582 + 2.572 . (4.7 / 51.8) = +4.815
X’A – 5 = +2.307 + 2.572 . (8.6 / 51.8) = +2.734
X’A – 6 = -2.287 + 2.572 . (6.3 / 51.8) = −1.974
X’A – 7 = -4.822 + 2.572 . (7.0 / 51.8) = –4.474
X’A – 8 = -6.299 + 2.572 . (6.6 / 51.8) = –5.971 +
= 0,000
– Ko’ordinat Titik Detail XA
XA = +2.968
XA – 1 = +2.968 − 0.440 = +2.528
XA – 2 = +2.968 + 1.204 = +4.172
XA – 3 = +2.968 + 4.107 = +7.075
XA – 4 = +2.968 + 4.815 = +7.783
XA – 5 = +2.968 + 2.734 = +5.702
XA – 6 = +2.968 − 1.974 = +0.994
XA – 7 = +2.968 – 4.474 = −1.506
XA – 8 = +2.968 – 5.751 = −2.783
− Mencari ΔY Pada Titik Detail
ΔY = d cos α
YA – 1 = 7.3. cos 353º41’10” = +7.256
YA – 2 = 5.3 . cos 10º13’30” = +5.216
YA – 3 = 6.0 . cos 39º24’10” = +4.636
YA – 4 = 4.7 . cos 77º08’50” = +1.045
YA – 5 = 8.6 . cos 164º26’30” = –8.285
YA – 6 = 6.3 . cos 201º17’05” = –5.870
YA – 7 = 7.0 . cos 223º32’30” = –5.074
YA – 8 = 6.6 . cos 252º38’30” = –1.969
ΣΔY = –3.045
Koreksi
Kesalahan (fy) = -Σd.cos =3.045
Rumus : Y’ = ΔY ± fy .(d ∕ Σd)
Y’A – 1 = +7.256 + 3.045 . (7.30 / 51.8) = +7.685
Y’A – 2 = +5.216 + 3.045 . (5.30 / 51.8) = +5.527
Y’A – 3 = +4.636 + 3.045 . (6.00 / 51.8) = +4.989
Y’A – 4 = +1.045 + 3.045. (4.70 / 51.8) = +1.321
Y’A – 5 = -8.285 + 3.045 . (8.60 / 51.8) = -7.779
Y’A – 6 = -5.870 + 3.045 . (6.30/ 51.8) = -5.500
Y’A – 7 = -5.074 + 3.045 . (7.00 / 51.8) = -4.662
Y’A – 8 = -1.969 + 3.045 . (6.60 / 51.8) = -1.581 +
= 0,000
– Ko’ordinat Titik Detaill YA
YA = +10.582
YA – 1 = +10.582 + 7.685 = +18.267
YA – 2 = +10.582 + 5.527 = +16.109
YA – 3 = +10.582 + 4.989 = +15.571
YA – 4 = +10.582 + 1.321 = +11.903
YA – 5 = +10.582 – 7.779 = +2.803
YA – 6 = +10.582 – 5.500 = +5.082
YA – 7 = +10.582 – 4.662 = +5.920
YA – 8 = +10.582 + 1.581 = +12.163
− Titik B
dB-1 = 7,6 m
dB-2 = 6,0 m
dB-3 = 5,7 m
dB-4 = 6,9 m
dB-5 = 7,1 m
dB-6 = 7,5 m
dB-7 = 6,8 m
dB-8 = 7,5 m
= 55,1 m
Mencari ΔX Pada Titik Detail
Δx = d .sin α
XB – 1 = 7,6 . sin 13º00’50” = +1,711
XB – 2 = 6,0 . sin 44º52’25” = +4,233
XB – 3 = 5,7 . sin 72º24’50” = +5,434
XB – 4 = 6,9 . sin 91º19’30” = +6,898
XB – 5 = 7,1 . sin 117º51’20” = +6,277
XB – 6 = 7,5 . sin 137º43’30” = +5,045
XB – 7 = 6,8 . sin 174º28’30” = +0,655
XB – 8 = 7,5 . sin 227º35’50” = –5,538
ΣΔX = 24,715
Koreksi
Kesalahan (fx) = -Σd.sin = -24.715
Rumus : X’ = Δx ± fx .(d ∕ Σd)
X’B – 1 = 1,711 - 24,715 . (7,6 / 55,1) = −1.697
X’B – 2 = 4,233 - 24,715 . (6,0 / 55,1) = +1.542
X’B – 3 = 5,434 - 24,715 . (5,7 / 55,1) = +2.877
X’B – 4 = 6,898 - 24,715 . (6,9 / 55,1) = +3.803
X’B – 5 = 6,277 - 24,715 . (7,1 / 55,1) = +3.092
X’B – 6 = 5,045 - 24,715 . (7,5 / 55,1) = +1.681
X’B – 7 = 0,655 - 24,715 . (6,8 / 55,1) = −2.395
X’B – 8 = –5,538 - 24,715 . (7,5 / 55,1) = −8.902 +
= 0,000
– Ko’ordinat Titik Detail XB
XB = -4.085
XB– 1 = -4.085 − 1.697 = −5.782
XB– 2 = -4.085 + 1.542 = −2.543
XB– 3 = -4.085 + 2.877 = −1.208
XB– 4 = -4.085 + 3.803 = −0.282
XB– 5 = -4.085 + 3.092 = −0.993
XB– 6 = -4.085 + 1.681 = −2.404
XB– 7 = -4.085 – 2.395 = −6.480
XB– 8 = -4.085 – 8.902 = −12.987
− Mencari ΔY Pada Titik Detail
ΔY = d .cos α
YB – 1 = 7,6. cos 13º00’50” = 7,405
YB– 2 = 6,0. cos 44º52’25” = 4,252
YB – 3 = 5,7. Cos 72º24’50” = 1,722
YB – 4 = 6,9. cos 91º19’30” = -0,196
YB – 5 = 7,1. cos 117º51’20” = -3,317
YB – 6 = 7,5. cos 137º43’30” = -5,549
YB – 7 = 6,8. cos 174º28’30” = -6,768
YB – 8 = 7,5. cos 227º35’50” = -5,058
ΣΔY = -7,509
Koreksi
Kesalahan (fy) = -Σd.cos = +7.509
Rumus : Y’ = ΔY ± fy .(d ∕ Σd)
Y’B – 1 = -7,405 + 7,509. (7,6 / 55,1) = −6.369
Y’B – 2 = 4,252 + 7,509. (6,0 / 55,1) = +5.029
Y’B – 3 = -1,722 + 7,509. (5,7 / 55,1) = −0,945
Y’B – 4 = -0,196 + 7,509. (6,9 / 55,1) = +0,744
Y’B – 5 = -3,317 + 7,509. (7,1 / 55,1) = +2.349
Y’B – 6 = -5,549 + 7,509. (7,5 / 55,1) = −4.527
Y’B – 7 = -6,768 + 7,509. (6,8 / 55,1) = −5.841
Y’B – 8 = -5,058 + 7,509. (7,5 / 55,1) = −4.035
= 0,000
– Ko’ordinat Titik Detaill YB
YB = +15.225
YB– 1 = +15.225 − 6.369 = +8.856
YB – 2 = +15.225 + 5.029 = +20.254
YB – 3 = +15.225 – 0.945 = +14.280
YB – 4 = +15.225 + 0.744 = +15.969
YB – 5 = +15.225 + 2.349 = +17.574
YB – 6 = +15.225 – 4.527 = +10.698
YB – 7 = +15.225 − 5.841 = +9.384
YB– 8 = +15.225 − 4.035 = +11.190
− Titik C
dC-1 = 7,1 m
dC-2 = 5,8 m
dC-3 = 5,8 m
dC-4 = 6,2 m
dC-5 = 6,1 m
dC-6 = 5,4 m
dC-7 = 4,8 m
dC-8 = 4,8 m
= 46 m
− Mencari ΔX Pada Titik Detail
Δx = d .sin α
XC – 1 = 7,1 . sin 11831’10” = 6,238
XC – 2 = 5,8 . sin 15430’10” = 2,497
XC – 3 = 5,8 . sin 19142’50” = -1,178
XC – 4 = 6,2 . sin 21402’50” = -3,471
XC – 5 = 6,1 . sin 23212’30” = -4,820
XC – 6 = 5,4 . sin 25741’50” = -5,276
XC – 7 = 4,8 . sin 27635’50” = -4,768
XC – 8 = 4,8 . sin 34013’30” = -1,624
ΣΔX = -12,402
Koreksi
Kesalahan (fx) = -Σd.sin = +12.402
Rumus : Y’ = ΔY ± fy .(d ∕ Σd)
X’C – 1 = 6,238 + 12,402. (7,1 / 46) = +8.152
X’C – 2 = 2,497 + 12,402. (5,8 / 46) = +4.061
X’C – 3 = -1,178 + 12,402. (5,8 / 46) = +0.386
X’C – 4 = -3,471 + 12,402. (6,2 / 46) = −1.799
X’C – 5 = -4,820 + 12,402. (6,1 / 46) = −3.175
X’C – 6 = -5,276 + 12,402. (5,4 / 46) = −3.820
X’C – 7 = -4,768 + 12,402 .(4,8 / 46) = −3.474
X’C – 8 = -1,624 + 12,402. (4,8 / 46) = −0.329
= 0,000
– Ko’ordinat Titik Detail XC
XC = −5.412
XC– 1 = −5.412 + 8.152 = +2.740
XC– 2 = −5.412 + 4.061 = −1.351
XC– 3 = −5.412 + 0.386 = −5.026
XC– 4 = −5.412 − 1.799 = −7.211
XC– 5 = −5.412 − 3.175 = −8.587
XC– 6 = −5.412 – 3.820 = −9.232
XC– 7 = −5.412 − 3.474 = −8.886
XC– 8 = −5.412 − 0.329 = −5.741
− Mencari ΔY Pada Titik Detail
ΔY = d .cos α
YC – 1 = 7,1 . cos 11831’10” = -3,391
YC – 2 = 5,8 . cos 15430’10” = -5,235
YC – 3 = 5,8 . cos 19142’50” = -5,679
YC – 4 = 6,2 . cos 21402’50” = -5,137
YC – 5 = 6,1 . cos 23212’30” = -3,738
YC – 6 = 5,4 . cos 25741’50” = -1,151
YC – 7 = 4,8 . cos 27635’50” = 0,551
YC – 8 = 4,8 . cos 34013’30” = 4,517
ΣΔY = –19,263
Koreksi
Kesalahan (fy) = -Σd.cos = 19,263
Rumus : Y’ = ΔY ± fy .(d ∕ Σd)
Y’C – 1 = -3,391 + 19,263. (7,1 / 46) = −0.418
Y’C – 2 = -5,235 + 19,263. (5,8 / 46) = −2.806
Y’C – 3 = -5,679 + 19,263. (5,8 / 46) = −3.250
Y’C – 4 = -5,137 + 19,263. (6,2 / 46) = −2.541
Y’C – 5 = -3,738 + 19,263. (6,1 / 46) = −1.183
Y’C – 6 = -1,151 + 19,263. (5,4 / 46) = +1.110
Y’C – 7 = 0,551 + 19,263. (4,8 / 46) = +2.561
Y’C – 8 = 4,517 + 19,263. (4,8 / 46) = +6.527
= 0,000
– Ko’ordinat Titik Detaill YC
YC = +15.136
YC – 1 = +15.136 − 0.418 = +14.718
YC – 2 = +15.136 − 2.806 = +12.330
YC – 3 = +15.136 – 3.250 = +11.886
YC – 4 = +15.136 − 2.541 = +12.595
YC – 5 = +15.136 – 1.183 = +13.593
YC – 6 = +15.136 + 1.110 = +16.246
YC – 7 = +15.136 + 2.561 = +17.697
YC– 8 = +15.136 + 6.527 = +21.663
− Titik D
dD-1 = 5.4 m
dD-2 = 6.6 m
dD-3 = 6.8 m
dD-4 = 7.4 m
dD-5 = 6.8 m
dD-6 = 7.3 m
dD-7 = 5.2 m
dD-8 = 5.7 m
= 51,2 m
− Mencari ΔX Pada Titik Detail
Δx = d .sin α
XD – 1 = 5.4. sin 9658’10” = 5,360
XD – 2 = 6.6. sin 12822’30” = 5,174
XD – 3 = 6.8. sin 14728’50" = 3,656
XD – 4 = 7.4. sin 16553’50” = 1,803
XD – 5 = 6.8. sin 19017’10” = -1,214
XD – 6 = 7.3. sin 21222’30” = -3,909
XD – 7 = 5.2. sin 23448’10” = -4,249
XD – 8 = 5.7. sin 25605’30” = -5,533
ΣΔX = 1,088
Koreksi
Kesalahan (fx) = -Σd.sin = - 1.088
Rumus : X’ = Δx ± fx .(d ∕ Σd)
X’D – 1 = 5,360 – 1,088. (5.4/ 51,2) = 5.245
X’D – 2 = 5,174 – 1,088. (6.6/ 51,2) = 5.034
X’D – 3 = 3,656 – 1,088. (6.8/ 51,2) = 3.511
X’D – 4 = 1,803 – 1,088. (7.4/ 51,2) = 1.646
X’D – 5 = -1,214 – 1,088. (6.8/ 51,2) = -1.358
X’D – 6 = -3,909 – 1,088. (7.3/ 51,2) = -4.064
X’D – 7 = -4,249 – 1,088. (5.2/ 51,2) = -4.359
X’D – 8 = -5,533 – 1,088. (5.7/ 51,2) = -5.654
= 0,000
– Ko’ordinat Titik Detail XD
XD = +4.654
XD– 1 = +4.654 + 5.245 = +9.899
XD– 2 = +4.654 + 5.034 = +9.688
XD– 3 = +4.654 + 3.511 = +8.165
XD– 4 = +4.654 + 1.646 = +6.300
XD– 5 = +4.654 – 1.358 = +3.296
XD– 6 = +4.654 – 4.064 = +0.590
XD– 7 = +4.654 – 4.359 = +0.295
XD– 8 = +4.654 – 5.654 = +1.000
− Mencari ΔY Pada Titik Detail
ΔY = d .cos α
YD – 1 = 5.4. cos 9658’10” = -0,655
YD – 2 = 6.6. cos 12822’30” = -4,097
YD – 3 = 6.8. cos 14728’50" = -5,734
YD – 4 = 7.4. cos 16553’50” = -7,177
YD – 5 = 6.8. cos 19017’10” = -6,691
YD – 6 = 7.3. cos 21222’30” = -6,165
YD – 7 = 5.2. cos 23448’10” = -2,997
YD – 8 = 5.7. cos 25605’30” = -1,370
ΣΔY = -34,886
Koreksi
Kesalahan (fy) = -Σd.cos = +34.886
Rumus : Y’ = ΔY ± fy .(d ∕ Σd)
Y’D – 1 = -0,655 + 34,886. (5.4/ 51,2) = 4.334
Y’D – 2 = -4,097 + 34,886. (6.6/ 51,2) = 0.400
Y’D – 3 = -5,734 + 34,886. (6.8/ 51,2) = −1.101
Y’D – 4 = -7,177 + 34,886. (7.4/ 51,2) = −2.135
Y’D – 5 = -6,691 + 34,886. (6.8/ 51,2) = −2.058
Y’D – 6 = -6,165 + 34,886. (7.3/ 51,2) = −1.191
Y’D – 7 = -2,997 + 34,886. (5.2/ 51,2) = 0.546
Y’D – 8 = -1,370 + 34,886. (5.7/ 51,2) = 2.514
= 0,000
– Ko’ordinat Titik Detail YD
YD = +14.815
YD– 1 = +14.815 + 4.334 = +19.149
YD– 2 = +14.815 + 0.400 = +15.215
YD– 3 = +14.815 − 1.101 = +13.714
YD– 4 = +14.815 – 2.135 = +12.680
YD– 5 = +14.815 – 2.058 = +12.757
YD– 6 = +14.815 – 1.191 = +13.624
YD– 7 = +14.815 + 0.546 = +15.361
YD– 8 = +14.815 + 2.514 = +17.329
− Titik E
dE-1 = 9.0 m
dE-2 = 8.5 m
dE-3 = 10.7 m
dE-4 = 7.4 m
dE-5 = 8.3 m
dE-6 = 9.3 m
dE-7 = 8.4 m
dE-8 = 7.6 m
= 69.2 m
− Mencari ΔX Pada Titik Detail
Δx = d .sin α
XE – 1 = 9.0 . sin 340º59’30” = −2.931
XE – 2 = 8.5 . sin 359º53’10” = −0.017
XE – 3 = 10.7 . sin 154º15’10” = +4.648
XE – 4 = 7.4 . sin 34º22’10” = +4.177
XE – 5 = 8.3 . sin 49º16’10” = +6.289
XE – 6 = 9.3 . sin 63º36’10” = +8.330
XE – 7 = 8.4 . sin 76º32’10” = +8.169
XE – 8 = 7.6 . sin 90º09’10” = +7.600
ΣΔX = +36.265
Koreksi
Kesalahan (fx) = -Σd.sin = – 36.265
Rumus : X’ = Δx ± fx .(d ∕ Σd)
X’E – 1 = -2.931 – 36.265 . (9.0 / 69.2) = −7.647
X’E – 2 = -0.017 – 36.265 . (8.5 / 69.2) = −4.471
X’E – 3 = +4.648 – 36.265 . (10.7 / 69.2) = −0.959
X’E – 4 = +4.177 – 36.265 . (7.4 / 69.2) = +0.299
X’E – 5 = +6.289 – 36.265 . (8.3 / 69.2) = +1.939
X’E – 6 = +8.330 – 36.265 . (9.3 / 69.2) = +3.456
X’E – 7 = +8.169 – 36.265 . (8.4 / 69.2) = +3.767
X’E – 8 = +7.600 – 36.265 . ( 7.6 / 69.2) = +3.617
= 0,000
– Ko’ordinat Titik Detail XE
XE = +10.479
XE– 1 = +10.479 − 7.647 = +2.832
XE– 2 = +10.479 − 4.471 = +6.008
XE– 3 = +10.479 − 0.959 = +9.520
XE– 4 = +10.479 + 0.299 = +10.778
XE– 5 = +10.479 + 1.939 = +12.418
XE– 6 = +10.479 + 3.456 = +13.935
XE– 7 = +10.479 + 3.767 = +14.246
XE– 8 = +10.479 + 3.617 = +14.096
− Mencari Δy Pada Titik Detail
ΔY = d .cos α
YE – 1 = 9.0 . cos 340º59’30” = +8.509
YE – 2 = 8.5 . cos 359º53’10” = +8.500
YE – 3 = 10.7 . cos 154º15’10” = –9,638
YE – 4 = 7.4 . cos 34º22’10” = +6.108
YE – 5 = 8.3 . cos 49º16’10” = +5.416
YE – 6 = 9.3 . cos 63º36’10” = +4.134
YE – 7 = 8.4 . cos 76º32’10” = +1.956
YE – 8 = 7.6 . cos 90º09’10” = −0.020
ΣΔY = +24.965
Koreksi
Kesalahan (fy) = -Σd.cos = −24.965
Rumus : Y’ = ΔY ± fy .(d ∕ Σd)
Y’E – 1 = +8.509 – 24.965 . (9.0 / 69.2) = +5.262
Y’E – 2 = +8.500 – 24.965 . (8.5 / 69.2) = +5.433
Y’E – 3 = –9.638 – 24.965 . (10.7 / 69.2) = – 13.498
Y’E – 4 = +6.108 – 24.965 . (7.4 / 69.2) = +3.438
Y’E – 5 = +5.416 – 24.965 . (8.3 / 69.2) = +2.422
Y’E – 6 = +4.134 – 24.965 . (9.3 / 69.2) = +0.779
Y’E – 7 = +1.956 – 24.965 . (8.4 / 69.2) = −1.074
Y’E – 8 = −0.020 – 24.965 . (7.6 / 69.2) = −2.762
= 0,000
– Ko’ordinat Titik Detail YE
YE = +12.519
YE– 1 = +12.519 + 5.262 = +17.781
YE– 2 = +12.519 + 5.433 = +17.952
YE– 3 = +12.519 – 13.498 = –0.979
YE– 4 = +12.519 + 3.438 = +15.957
YE– 5 = +12.519 + 2.422 = +14.941
YE– 6 = +12.519 + 0.779 = +13.298
YE– 7 = +12.519 − 1.074 = +11.445
YE– 8 = +12.519 − 2.762 = +9.757
− Titik F
dF-1 = 7.7 m
dF-2 = 8.4 m
dF-3 = 11.9 m
dF-4 = 8.4 m
dF-5 = 7.4 m
dF-6 = 7.9 m
dF-7 = 7.4 m
dF-8 = 6.6 m
= 65.7 m
− Mencari ΔX Pada Titik Detail
Δx = d .sin α
XF – 1 = 7.7 . sin 136º26’30” = +5.306
XF – 2 = 8.4 . sin 32º09’30” = +4.471
XF – 3 = 11.9 . sin 69º06’30” = +11.118
XF – 4 = 8.4 . sin 96º17’10” = +8.349
XF – 5 = 7.4 . sin 120º51’10” = +6.353
XF – 6 = 7.9 . sin 141º46’30” = +4.888
XF – 7 = 7.4 . sin 159º18’50” = +2.614
XF – 8 = 6.6 . sin 174º48’50” = +0.596
ΣΔX = +43.695
Koreksi
Kesalahan (fx) = -Σd.sin = –43.695
Rumus : X’ = Δx ± fx .(d ∕ Σd)
X’F – 1 = +5.306 – 43.695 . (7.7 / 65.7) = +0.185
X’F – 2 = +4.471 – 43.695 . (8.4 / 65.7) = −1.115
X’F – 3 = +11.118 – 43.695 . (11.9/ 65.7) = +3.204
X’F – 4 = +8.349 – 43.695 . (8.4/ 65.7) = +2.762
X’F – 5 = +6.353 – 43.695 . (7.4/ 65.7) = +1.431
X’F – 6 = +4.888 – 43.695 . (7.9/ 65.7) = −0.366
X’F – 7 = +2.614 – 43.695 . (7.4/ 65.7) = −2.307
X’F – 8 = +0.596 – 43.695 . (6.6/ 65.7) = −3.793
= 0,000
– Ko’ordinat Titik Detail XF
XF = +2.977
XF– 1 = +2.977 + 0.185 = +2.792
XF– 2 = +2.977 − 1.115 = +1.862
XF– 3 = +2.977 + 3.204 = +6.181
XF– 4 = +2.977 + 2.762 = +5.739
XF– 5 = +2.977 + 1.431 = +4.408
XF– 6 = +2.977 – 0.366 = +2.611
XF– 7 = +2.977 – 2.307 = +0.670
XF– 8 = +2.977 – 3.793 = – 0,816
− Mencari ΔY Pada Titik Detail
ΔY = d .cos α
YF – 1 = 7.7 . cos 136º26’30” = −5.580
YF – 2 = 8.4 . cos 32º09’30” = +7,111
YF – 3 = 11.9 . cos 69º06’30” = +4.243
YF – 4 = 8.4 . cos 96º17’10” = –0.920
YF – 5 = 7.4 . cos 120º51’10” = –3.795
YF – 6 = 7.9 . cos 141º46’30” = –6.206
YF – 7 = 7.4 . cos 159º18’50” = −6.923
YF – 8 = 6.6 . cos 174º48’50” = −6.573
ΣΔX = –18.643
Koreksi
Kesalahan (fy) = -Σd. cos = 18.643
Rumus : Y’ = ΔY ± fy .(d ∕ Σd)
Y’F – 1 = −5.580 + 18.643 . (7.7 / 65.7) = −3.395
Y’F – 2 = +7.111 + 18.643 . (8.4 / 65.7) = +9.494
Y’F – 3 = +4.243 + 18.643 . (11.9 / 65.7) = +7.620
Y’F – 4 = –0.920 + 18.643 . (8.4 / 65.7) = +1.463
Y’F – 5 = –3.795 + 18.643 . (7.4 / 65.7) = –1.695
Y’F – 6 = –6.206 + 18.643 . (7.9 / 65.7) = –3.964
Y’F – 7 = −6.923 + 18.643 . (7.4 / 65.7) = −4.823
Y’F – 8 = –6.573 + 18.643 . (6.6 / 65.7) = −4.700
= 0,000
– Ko’ordinat Titik Detail YF
YF = +15.547
YF– 1 = +15.547 − 3.395 = +12.152
YF– 2 = +15.547 + 9.494 = +25.041
YF– 3 = +15.547 + 7.620 = +23.167
YF– 4 = +15.547 + 1.463 = +14.084
YF– 5 = +15.547 – 1.695 = +13.852
YF– 6 = +15.547 – 3.964 = +11.583
YF– 7 = +15.547 – 4.823 = +10.724
YF– 8 = +15.547 – 4.700 = +10.847
Polygon Detail X Y koordinat koordinat
X Y
A
1 +4,152 +13,010 +42,545 +28,864
2 +15,998 +17,649 +54,391 +33,503
3 +43,199 +9,347 +81,592 +25,201
4 +16,500 -24,512 +54,893 -8,658
5 -1,827 -29,275 +36,566 -13,421
6 -31,912 -9,435 +6,481 +6,419
7 -33,402 +14,95 +4,991 +30,759
8 -12,708 +8,3111 +25,685 +24,165
Polygon Detail X Y koordinat koordinat
X Y
B
1 +10,282 +34,369 +71,682 +28,864
2 +10,859 +22,695 +72,259 +33,503
3 +8,216 -12,105 +69,616 +25,201
4 +17,104 -45,606 +78,504 -8,658
5 -5,332 -25,289 +56,068 -13,421
6 -13,723 -18,488 +47,677 +6,419
7 -22,948 +11,012 +38,452 +30,759
8 -4,458 +33,412 +56,942 + 24,165
C
1 +1,096 +18,715 +64,482 -32,753
2 +11,753 +15,133 +75,139 -36,335
3 + 24,895 -2,787 +88,281 -54,255
4 +16,872 -15,297 +80258 -66,765
5 -0,974 -21,262 +62,412 -72,730
6 -18,012 -9,898 +45,374 -61,366
7 -17,625 +1,421 +45,761 -50,047
8 -18,005 +13,975 +45,381 -37,497
D
1 +10,339 +18,729 +58,66 -43,565
2 +17,159 +6,095 +65,483 -56,199
3 +18,855 -8,3223 +67,179 -70,617
4 +13,185 -24,492 +61,509 -86,786
5 -5,606 -19,716 +42,718 -82,012
6 -17,970 -10,557 +30,354 -72,851
7 -28,99 +20,409 +20,225 -41,885
8 -70863 +17,855 +40,461 -44,439
Polygon Detail X Y koordinat koordinat
X Y
E
1 +8,285 +20,351 +30,263 -39,007
2 +13,778 +10,809 +35,756 -48,349
3 +19,041 -11,055 +41,019 -70,413
4 +10,205 -16,066 +32,183 -75,424
5 -5,218 -25,139 +16,76 -84,497
6 -14,150 -12,119 +7,828 -71,477
7 -17,907 +7,337 +4,071 -52,021
8 -14,034 +25,882 +7,944 -33,476
F
1 +4,838 +16,391 +15,788 +1,712
2 +17,662 +7,321 +28,612 -7,308
3 +15,551 -6,198 +26,501 -20,827
4 +9,785 -13,656 +20,735 -28,285
5 -6,815 -19,247 +4,135 -33,876
6 -12,606 -14,229 -1,656 -28,858
7 -17,936 +8,028 -6,986 -6,601
8 -10,479 +21,640 -0,471 +7,011
4.2. PERHITUNGAN BEDA TINGGI DAN ELEVASI
a) Perhitungan Beda Tinggi
Titik Utama
X = (BA-BB).50 sin2 ( -270)+TP-BT
HA - B = (1,511 – 1,365).50.Sin2 (90° – 270°)+1.57-1.435
= +1,472
HB - A = (1.420 – 1.251).50.Sin2 (90° – 270°)+1.380-1.342
= +1.378
HB - C = (1.516 – 1.325).50.Sin2 (90° – 270°)+1.380-1.421
= +1,563
HC - B = (1.240 – 1.050).50.Sin2 (90° – 270°)+1.452-1.145
= +0.959
HC - D = (1.352 – 1.222).50.Sin2 (90° – 270°)+1.452-1.291
= +1.180
HD - C = (1.540 – 1.404).50.Sin2 (90° – 270°)+1.495-1.473
= +1.530
HD - E = (1.571 – 1.430).50.Sin2 (90° – 270°)+1.495-1.499
= +1.581
HE - D = (1.427 – 1.285).50.Sin2 (90° – 270°)+1.450-1.355
= +1.212
HE - F = (1.357 – 1.255).50.Sin2 (90° – 270°)+1.450-1.292
= + 1.184
HF - E = (1.480 – 1.290).50.Sin2 (90° – 270°)+1.465-1.415
= +1.424
HF - A = (1.311 – 1.083).50.Sin2 (90° – 270°)+1.465-1.195
= +0.801
HA - F = (1,481 – 1.307).50.Sin2 (90° – 270°)+1.487-1.396
= +1.377
− H rata-rata
HA-B = = 1.4250
HB-C = = 1.4705
HC-D = = 1.0695
HD-E = = 1.5555
HE-F = = 1.1980
HF-A = = 1.0890
H = 7.8075
− Kontrol H
H = 1.3012
− Beda Tinggi Terkoreksi
HA-BM = 1.587
HA-B = 1.4250 – 1.3012 = 0,1237
HB-C = 1.4705 – 1.3012 = 0,1693
HC-D = 1.0695 – 1.3012 = – 0,2317
HD-E = 1.5555 – 1.3012 = 0.2543
HE-F = 1.1980 – 1.3012 = −0.1032
HF-A = 1.0890 – 1.3012 = −0.2122 +
H = 0
Titik detail A
HA-1 = ( 1,512 – 1,439 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,468 - 1,475 = − 0,007
HA-2 = ( 1,463 – 1,410 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,468 - 1,437 = 0,031
HA-3 = ( 1,522 – 1.462 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,468 - 1,494 = − 0,026
HA-4 = ( 1.467 – 1.420 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,468 - 1.445 = 0,023
HA-5 = ( 1.431 – 1.345 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,468 - 1.388 = 0,080
HA-6 = ( 1.435 – 1.372 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,468 - 1.418 = 0,050
HA-7 = ( 1,534 – 1.464 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,468 - 1,499 = − 0,031
HA-8 = ( 1,602 – 1,536 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,468 - 1,570 = − 0,102
Titik detail B
HB-1 = ( 1,478 – 1,402 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,380 - 1,441 = − 0,061
HB-2 = ( 1,420 – 1,360 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,380 - 1,391 = − 0,011
HB-3 = ( 1,435 – 1,378 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,380 - 1,408 = − 0,028
HB-4 = ( 1,471 – 1,402 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,380 - 1,436 = − 0,056
HB-5 = ( 1,362 – 1,291 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,380 - 1,323 = 0,057
HB-6 = ( 1,340 – 1,265 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,380 - 1,300 = 0,080
HB-7 = ( 1,364 – 1,296 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,380 - 1,331 = 0,049
HB-8 = ( 1,204 – 1,129 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,380 - 1,168 = 0,212
Titik detail C
HC-1 = ( 1,413 – 1,342 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,452 - 1,379 = 0,073
HC-2 = ( 1,436 – 1,378 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,452 - 1,408 = 0,044
HC-3 = ( 1,432 – 1,374 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,452 - 1,402 = 0,047
HC-4 = ( 1,429 – 1,367 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,452 - 1,398 = 0,054
HC-5 = ( 1,409 – 1,348 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,452 - 1,379 = 0,073
HC-6 = ( 1,395 – 1,341 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,452 - 1,369 = 0,083
HC-7 = ( 1,417 – 1,369 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,452 - 1,392 = 0,060
HC-8 = ( 1,308 – 1,260 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,452 - 1,286 = 0,166
Titik detail D
HD-1 = ( 1,459 – 1,405 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,495 - 1,433 = 0,062
HD-2 = ( 1,445 – 1,379 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,495 - 1,413 = 0,082
HD-3 = ( 1,453 – 1,385 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,495 - 1,420 = 0,075
HD-4 = ( 1,499 – 1,425 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,495 - 1,464 = 0,031
HD-5 = ( 1,443 – 1,375 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,495 - 1,410 = 0,085
HD-6 = ( 1,525 – 1,452 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,495 - 1,488 = 0,007
HD-7 = ( 1,505 – 1,450 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,495 - 1,470 = 0,025
HD-8 = ( 1,532 – 1,443 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,495 - 1,475 = 0,020
Titik detail E
HE-1 = ( 1,358 – 1,268 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,450 - 1,312 = 0,138
HE-2 = ( 1,340 – 1,255 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,450 - 1,296 = 0,154
HE-3 = ( 1,335 – 1,248 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,450 - 1,290 = 0,160
HE-4 = ( 1,355 – 1,281 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,450 - 1,312 = 0,138
HE-5 = ( 1,353 – 1,270 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,450 - 1,311 = 0,139
HE-6 = ( 1,385 – 1,292 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,450 - 1,334 = 0,116
HE-7 = ( 1,367 – 1,283 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,450 - 1,325 = 0,125
HE-8 = ( 1,364 – 1,288 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,450 - 1,327 = 0,123
Titik detail F
HF-1 = ( 1,402 – 1,325 ) 50sin 2( 90º - 270º ) +1,465 - 1,365 = 0,100
HF-2 = ( 1,432 – 1,348 ) 50sin 2( 90º - 270º ) +1,465 - 1,389 = 0,076
HF-3 = ( 1,519 – 1,400 ) 50sin 2( 90º - 270º ) +1,465 - 1,475 = −0,010
HF-4 = ( 1,532 – 1,448 ) 50sin 2( 90º - 270º ) +1,465 - 1,485 = −0,020
HF-5 = ( 2,599 – 1,525 ) 50sin 2( 90º - 270º ) +1,465 – 1,562 = −0,097
HF-6 = ( 1,592 – 1,513 ) 50sin 2( 90º - 270º ) +1,465 - 1,554 = −0,089
HF-7 = ( 1,576 – 1,502 ) 50sin 2( 90º - 270º ) +1,465 - 1,539 = –0,074
HF-8 = ( 1,327 – 1,261 ) 50sin 2( 90º - 270º ) +1,465 - 1,294 = 0,171
TABEL HASIL PERHITUNGAN BEDA TINGGI TITIK DETAIL
Titik HA HB HC HD HE HF
1 − 0,007 − 0,061 + 0,073 + 0,062 + 0,138 + 0,100
2 + 0,031 − 0,011 + 0,044 + 0,082 + 0,154 + 0,076
3 − 0,026 − 0,028 + 0,047 + 0,075 + 0,160 − 0,010
4 + 0,023 − 0,056 + 0,054 + 0,031 + 0,138 − 0,020
5 + 0,080 + 0,057 + 0,073 + 0,085 + 0,139 − 0,097
6 + 0,050 + 0,080 + 0,083 + 0,007 + 0,116 − 0,089
7 − 0,031 + 0,049 + 0,060 + 0,025 + 0,125 – 0,074
8 − 0,102 + 0,212 + 0,166 + 0,020 + 0,123 + 0,171
b) Perhitungan Elevasi
Titik Utama
EBM = +10,000
EB = EA + H’A – B = +8,413 + (0,124) = +8,537
EC = EB + H’B – C = +8,537 + (0,169) = +8,706
ED = EC + H’C – D = +8,706 + (–0,232) = +8,474
EE = ED + H’D – E = +8,474 + (0.254) = +8,728
EF = EE + H’E – F = +8,728 + (−0.103) = +8,625
─ Check : EA = EF + H’F – A = +8,625+ (−0,212) = +8,413 (Cocok)
Titik detail A
8,413 + (− 0,007) = 8,406
8,413 + 0,031 = 8,444
8,413 + (− 0,026) = 8,387
8,413 + 0,023 = 8,436
8,413 + 0,080 = 8,493
8,413 + 0,050 = 8,463
8,413 + (− 0,031) = 8,382
8,413 + (− 0,102) = 8,311
Titik detail B
8,537 + (− 0,061) = 8,476
8,537 + (− 0,011) = 8,526
8,537 + (− 0,028) = 8,509
8,537 + ( − 0,056) = 8,481
8,537 + 0,057 = 8,594
8,537 + 0,080 = 8,617
8,537 + 0,049 = 8,586
8,537 + 0,212 = 8,749
Titik detail C
8,706 + 0,073 = 8,779
8,706 + 0,044 = 8,750
8,706 + 0,047 = 8,753
8,706 + 0,054 = 8,760
8,706 + 0,073 = 8,779
8,706 + 0,083 = 8,789
8,706 + 0,060 = 8,766
8,706 + 0,166 = 8,872
Titik detail D
8,474 + 0,062 = 8,536
8,474 + 0,082 = 8,556
8,474 + 0,075 = 8,549
8,474 + 0,031 = 8,505
8,474 + 0,085 = 8,559
8,474 + 0,007 = 8,481
8,474 + 0,025 = 8,499
8,474 + 0,020 = 8,494
Titik detail E
8,728 + 0,138 = 8,866
8,728 + 0,154 = 8,882
8,728 + 0,160 = 8,888
8,728 + 0,138 = 8,866
8,728 + 0,139 = 8,867
8,728 + 0,116 = 8,844
8,728 + 0,125 = 8,853
8,728 + 0,123 = 8,851
Titik detail F
8,625 + 0,100 = 8,725
8,625 + 0,076 = 8,701
8,625 + (− 0,010) = 8,615
8,625 + (− 0,020) = 8,605
8,625 + (− 0,097) = 8,528
8,625 + (− 0,089) = 8,536
8,625 + (– 0,074) = 8,551
8,625 + 0,171 = 8,796
Tabel Perhitungan Elevasi (H) Titik Detail
Titik HA HB HC HD HE HF
1 8,406 8,476 8,779 8,536 8,866 8,725
2 8,444 8,526 8,750 8,556 8,882 8,701
3 8,387 8,509 8,753 8,549 8,888 8,615
4 8,436 8,481 8,760 8,505 8,866 8,605
5 8,493 8,594 8,779 8,559 8,867 8,528
6 8,463 8,617 8,789 8,481 8,844 8,536
7 8,382 8,586 8,766 8,499 8,853 8,551
8 8,311 8,749 8,872 8,494 8,851 8,796
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Setelah kami melaksanakan praktikum pengukuran Ukur Tanah II ini, maka kami dapat simpulkan sebagai berikut :
1. Pada pengukuran di lapangan ternyata titik yang dibidik memiliki jarak terhadap sumbu X bervariasi dikarenakan jarak antara pesawat dengan titik tersebut berbeda-beda.
2. Dari hasil pengukuran dilokasi yang kami lakukan ternyata memiliki beda tinggi yang tidak terlalu tinggi, sehingga dapat dikatakan permukaan tanah datar.
5.2 SARAN
Dari ketiga jenis pengukuran diatas, kesalahan-kesalahan tersebut seluruhnya dapat dihindari dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Sudut Dalam
Untuk menghindari kesalahn dalam pengukuran sudut dalam sebaiknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Dalam menentukan arah utara, pada setiap titik utama harus benar-benar menunjukkan arah utara dengan melakukan hal tersebut berulang kali.
Rambu ukur harus diletakkan tegak lurus dan tepat pada titik utama yang dibidik.
Uning-unting harus diletakkan tegak lurus tepat pada titik utama.
Teliti dalam pembacaan sudut horisontal.
2. Pengukuran Jarak dan Beda Tinggi
Pada pengukuran jarak dan beda tinggi sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut ini :
Pada saat pengukura dilapangan sebaiknya memperhatikan cuaca, suhu kondisi dan situasi lapangan.
Diusahakan jarak antara titik-titik utama tidak terlalu berbeda jauh.
BAB VI
P E N U T U P
Alat ukur Theodolite sangat penting digunakan dalam bidang pengukuran yaitu untuk menentukan ketinggian permukaan tanah dititik-titik tertentu pada permukaan bumi. Pengukuran Theodolite dilakukan untuk pengukuran memanjang dan melintang. Alat-alat yang melengkapi dalam pengukuran selain Theodolite adalah rambu ukur atau baak ukur, statip, meteran dan payung untuk melindungi Theodolite dari sinar matahari langsung. Prinsip kerja dalam menggunakan alat waterpass ini adalah membuat garis sumbu teropong horizontal. Bagian yang membuat berkedudukan horizontal adalah nivo yang berbentuk sebagai tabung yang berisi cairan dengan gelembung udara didalamnya. Sehingga dengan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam terselesaikannya laporan ini dan semoga laporan ini dapat berguna bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
1. Foote, David dan Kelley,1990 Surveying,Theory and Practice, McGraw Hill Book Company, Amerika.
2. Rais Jacob, 1980, Ilmu Ukur Tanah, Jilid I, Cipta Sari Grafika, Semarang.
3. Rais Jacob, 1980, Ilmu Ukur Tanah, Jilid II, Cipta Sari Grafika, Semarang.
4. Soetoma Wongsotjiro, 1995, Ilmu Ukur Tanah, Swada, Jakarta.
5. Wali Jatun, Djoko dan Wolf, Brinker, 1996, Dasar – dasar Pengukuran Edisi Ketujuh, Erlangga, Jakarta.
PENDAHULUAN
1.1. TUJUAN
Peta Tranchis adalah gambaran dari bumi yang direpretasikan dengan sistem proyeksi dengan skala tertentu. Kemudian merangkai titik-titik dilapangan dan mengetahui elevasi, maka dapat dibuat garis kontur suatu lokasi.
Gambar situasi adalah sesungguhnya ini merupakan peta-peta yang secara langsung sangat penting bagi bangunan-bangunan, apakah selaku petunjuk lokasi, maupun untuk mendapatkan perihal persis dimana akan didirikan suatu bangunan.
1.2. DEFENISI PETA
Peta adalah proyeksi bumi ke dalam sebuah bidang rata ( kertas ) yang disertai skala / perbandingan, misal 1 : 100.000 ( 1 cm pada kertas = 1 km pada bumi ), yang berisi gambaran permukaan bumi berupa daratan, lautan gunung, danau, dan lain-lain.
1.3. KEGUNAAN PETA
Kegunaan peta sangat banyak dan beraneka ragam, dilihat dari kegunaannya untuk merencanakan lebih lanjut dan melaksanakan pekerjaan teknis berupa gedung, jalan raya, jalan kereta api, jembatan, dan lain-lain.
Skala dipilih dan disesuaikan dengan besar kecilnya pekerjaan yang dilakukan menurut maksud dan kegunaan peta, misalnya :
1. Peta jalan raya untuk keperluan tourism.
2. Peta sungai untuk keperluan pelayaran.
3. Peta geologi untuk menyatakan keadaan geologis suatu daerah.
Sehingga, keberadaan peta sangatlah diperlukan didalam suatu perencanaan dan pelaksanaan suatu pekerjaan teknis.
1.4. ALAT UKUR THEODOLITE, RAMBU UKUR, DAN STATIP
1.4.1. Alat Ukur Theodolite
Sudut-sudut mendatar dan tegak diukur dengan alat pengukur sudut yang dinamakan Theodolite, adapun bagian-bagiannya adalah :
1. Sekrup ABC sebagai pengunci pesawat.
2. Nivo kotak sebagai pedoman apakah dalam keadaan imbang.
3. Nivo tabung fungsinya sama dengan nivo kotak.
4. Sekrup pengunci arah horizontal untuk mengunci agar tidak bergerak horizontal.
5. Sekrup pengunci arah vertical untuk mengunci agar tidak bergerak vertikal.
6. Kaca penerangan untuk penerangan.
7. Kompas untuk penunjuk arah utara.
8. Piringan pembacaan sudut horizontal.
9. Lensa penentu sudut horizontal dan vertical.
10. Lensa objektif.
1.4.2. Statip
Statif ( kaki tiga ) dibuat dari kayu yang kering dan dicat kuning dihubungkan dengan alat-alat sambungan besi. Kegunaan dari statip ini yaitu sebagai penyangga atau kaki pesawat.
1.4.3. Rambu Ukur
Rambu ukur sangatlah diperlukan dalam pengukuran tanah, sebab rambu ukur berfungsi sebagai obyek bidikan pada titik yang ditentukan, sehingga kita dapat mengetahui besarnya nilai Benang Atas, Benang Tengah, dan Benang Bawah dari pembacaan rambu ukur tersebut. Kemudian dari data yang diperoleh tersebut kita dapat melakukan analisa data yang diperoleh dari rambu ukur tersebut.
BAB II
DASAR TEORI
2.1. PETA TRANCHIS DAN GAMBAR SITUASI
Seperti yang telah disebutkan dalam Bab Pendahuluan, bahwa pengukuran mengenai letak ( posisi ), elevasi ( ketinggian ), dan konfigurasi dari areal tanah memerlukan beberapa penunjang yang diantaranya adalah keberadaan peta dan perlengkapan pengukuran yang lengkap.
Data yang diperoleh dari pekerjaan pengukuran tersebut, kemudian dilukiskan pada suatu peta yang sering dikenal dengan peta topografi. Menurut Davis dan Foote adalah menggambarkan simbol-simbol yang spesifik mengenai konfigurasi atau relief tanah yang dipetakan dan keadaan alami atau buatan, seperti saluran sungai dan lain-lain.
Sedangkan menurut Ayres dan Scoates adalah peta yang menggambarkan sifat permukaan tanah yang dilengkapi garis-garis kontur yang berbeda-beda ekemennya dan berbagai keadaan yang terdapat pada areal tanah tersebut dengan menggunakan symbol tertentu.
Didalam pembuatan peta, pengukuran titik-titik detail untuk penggambaran peta haruslah berdasarkan pada posisi yang tetap baik arah horizontal maupun vertikal. Dengan demikian, penggambaran untuk pembuatan peta setidaknya kita harus menguasai teori-teori sebagai berikut :
1. Teori tetang poligon tertutup.
2. Teori tetang pembuatan titik detail.
3. Teori tentang pengukuran jarak dan beda tinggi secara optis.
4. Teori tentang penggambaran peta.
2.1.1. POLIGON TERTUTUP
Suatu bentuk pengukuran dimana pengukuran ini dilakukan seterusnya dari titik-titik yang kita tentukan dan akhirnya titik-titik tersebut merupakan suatu daerah pemetaan. Dan pengukuran ini dilakukan searah jarum jam.
Untuk pengukuran poligon ini kita harus mempunyai beberapa titik-titik kedudukan sebagai awal pedoman untuk pengukuran selanjutnya. Juga diperlukan sebuah titik sebagai acuan Bench Mark ( BM ), bilamana tidak ada titik BM pada lokasi yang kita ukur, dapat kita mengambil sembarang benda untuk kita jadikan BM, dengan catatan benda tersebut tidak berubah kedudukannya.
2.1.2. GARIS KONTUR
Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang elevasinya sama. Garis kontur memberikan informasi tentang daerah peta dan tidak menyembunyikan rincian-rincian peta lainnya yang penting. Garis-garis kontur juga memperlihatkan elevasi dan konfigurasi permukaan tanah. Elevasi titik-titik yang tidak terletak diatas garis kontur bias dicari dengan inter polasi antara dua garis kontur yang terletak pada kedua titik tersebut.
Garis kontur mulai dan berakhir pada tepi peta, atau menutup pada dirinya sendiri. Garis kontur yang menutup dirinya sendiri akan diperlihatkan oleh serangkaian garis kontur yang membentuk lingkaran diatas peta. Mereka menunjukkan sebuah depresi atau sebuah bukit. Sebuah bukit dapat diidentifikasikan dengan elevasi yang bertambah. Dalam sebuah depresi, garis kontur tertutup paling dalam akan terletek pada elevasi terendah. Pada garis kontur terendah, tanda arsiran yang menuju lubang tersebut akan terlihat.ini memastikan bahwa anda melihat sebuah lubang depresi karena tidak ada tanda arsiran yang digunakan pada bukit.
Garis kontur yang berjarak sama sepanjang garis yang tegak lurus terhadap kontur tersebut menunjukkan kelandaian ang tetap. Kontur yang lurus, sejajar, berjarak sama menunjukkan timbunana atau galian buatan manusia. Untuk memudahkan timbunana atau galian sebuah peta topografi, setiap garis kontur ke lima dibuat lebih tebal. Garis ini disebut kontur indeks. Kalau interfal kontur adalah 1 ft, garis-garis kontur yang elevasinya kelipatan 5 ft diperlihatkan dengan garis tebal.Kalau interfalnya 10 ft, kontur mempunyai elevasi kelipatan 50 ft.
Beberapa aturan-aturan dasar untuk menggambar garis kontur adalah sebagai berikut :
Garis kontur tidak pernah berakhir atau berpotongan.
Garis-garis kontur harus memiliki kenaikan elevasi sama.
Garis kontur tidak bercabang menjadi dua kontur dengan elevasi sama.
Garis kontur harus tegak lurus terhadap jurusan kelandaian maksimum.
Garis kontur yang tidak teratur menunjukkan daerah yang tidak rata.
2.1.3. METODE LAPANGAN YANG DIPAKAI
Faktor-faktor yang mempengaruhi metode lapangan dalam pembuatan peta topografi adalah :
− Skala peta.
− Interfal kontur.
− Kondisi alamiah tanah.
− Jenis proyek.
− Peralataan yang tersedia.
Dalam praktikum ini, kami mengunakan metode radiasi dimana radiasi adalah titik traverse yang diliputi oleh Theodolite. Sudut diukur ke titik yang dikehendaki, lalu jarak ke titik tersebut diukur dengan pita ukur. Pojok bangunan maupun obyek lainnya buatan manusia harus dicantumkan. Panjang, lebar dan proyeksi yang merupakan data penting diukur serta digambar didalam buku lapangan.
2.1.4. KOREKSI KESALAHAN YANG TERJADI
Koreksi kesalahan sangatlah diperlukan dalam analisa data, sebab data yang dianalisa tersebut memerlukan ketelitian. Beberapa hal yang perlu dikoreksi dalam analisa data yaitu:
1. Kontrol tidak terkoreksi.
2. Jarak titik kontrol terlalu besar.
3. Titik-titik kontrol tidak dipilih.
4. Pemilihan titik-titik untuk penggambaran kontur tidak baik.
5. Kontur yang diambil tidak cukup.
6. Kontur horizontal dan vertikal tidak cukup.
2.2. PENENTUAN TITIK IKAT DAN TITIK DETAIL
Dalam penggambaran polygon titik-titik kontrol,metode-metode yang dipakai untuk meletakkan posisi detail pada peta tergantung pada prosedur yang dipakai untuk menentukan lokasinya, dan bentuk dimana data itu berada. Bila catatan lapangan adalah sudut dan jarak, pusat batas dan titik-titik penting diatas dimana pekerjaan konstruksi sudah terjadi tergantung padanya, digambar dengan metode koordinat. Sedang untuk jarak digambar dengan skala dari puncak, untuk menggambar detail jelasnya tentang cara-cara membuat detail dengan busur.
2.3. PENGUKURAN JARAK DAN BEDA TINGGI SECARA OPTIS
Pengukuran dilakukan secara langsung dengan menggunakan pita ukur untuk titik-titik yang dekat dengan pesawat atau titik-titik yang posisinya akan dicari dengan teliti dan dikontrol dengan pengukuran menggunakan pesawat Theodolite untuk mendapatkan jarak optis dan hasilnya digunakan sebagai pembanding.Untuk mendapatkan jarak optis, pesawat ditempatkan pada titik utama yang telah ditentukan, kemudian dicatat tinggi pesawat. Arahkan teropong pada pembacaan baak kemudian dicatat ( BA, BT, BB ).
Pada pengukuran titik tinggi, beda tinggi, maupun jarak pada umumnya dilakukan secara optis.
GAMBAR PENGUKURAN DENGAN SUDUT MIRING ( α ) POSITIF
GAMBAR PENGUKURAN DENGAN SUDUT MIRING( α ) NEGATIF
a) Menentukan Sudut Dalam ( β )
1) β 1 = αAF - αAB
2) β2 = αBA - αBC
3) β3 = αCB - αCD
4) β4 = αDC - αDE
5) β5 = αED - αEF
6) β6 = αFE - αEA +
∑ β
b) Koreksi Sudut Untuk Poligon Tertutup ( f α )
f α = ( n – 2 ) 180 + ∑ β
Dimana ; n = jumlah titik yang dibidik
∑ β = jumlah sudut
c) Koreksi Masing-masing Sudut
f α / n
d) Perhitungan Jarak ( D )
D = 100 ( BA – BB ) Cos2 α
Dimana ; α = 270°– pembacaan vertical
– P erhitungan Azimuth ( φ )
φAB = misal A ( Awal )
φBC = φAB + ( 180 – β2 )
φCD = φBC + ( 180 – β3 )
φDE = φCD + ( 180 – β4 )
φEF = φDE + ( 180 – β5 )
φFA = φEF + ( 180 – β6 )
Chek : φAB = φFA + ( 180 – β1 )
e) Menghitung Panjang Proyeksi Sisi Poligon Pada Sumbu-X
Fx = di . Sin φ
f) Menghitung Panjang Proyeksi Sisi Poligon Pada Sumbu-Y
Fy = di . Cos φ
g) Beda Tinggi ( ΔH )
ΔH = TP + – BT
Dimana, TP = tinggi pesawat ; BB = benang bawah
BA = benang atas ; BT = benang tengah
2.4. PENYAJIAN PETA
2.4.1. Menggambar Titik Poligon
Sebelum titik poligon digambar diatas kertas, terlebih dahulu harus diperiksa apakah kesalahan yang terjadi telah memenuhi syarat. Apabila ternyata kesalahan terlalu besar, maka kita berusaha untuk melokalisir kesalahan tersebut. Menggambar titik-titik poligon pada kertas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
1) Dengan koordinat
2) Dengan cara grafis
Pada penggambaran titik poligon dengan cara koordinat akan menghasilkan posisi yang lebih teliti dibandingkan cara grafis.
2.4.2. Menggambar Titik Detail
Penggambaran titik detail dapat dilakukan dengan menggunakan busur derajat dan mistar skala. Pusat diletakkan pada titik tempat pesawat dan skala busur diarahkan ke sumbu-O pada sumbu-Y ( Utara ), sudut yang sudah dibaca berupa azimuth, maka bacaan ke titik poligon harus disesuaikan dengan sudut pada busur derajat.
Sedangkan titik-titik detail yang lainnya dapat digambar sesuai dengan pembacaan sudut horizontal dan jaraknya.
2.4.3. Menggambar Garis Tinggi
Garis tinggi adalah garis yang menghubungkan titik yang sama elevasinya. Dari garis kontur ini kita dapat membayangkan keadaan medan yang sebenarnya. Besarnya kontur interval tergantung dari skala peta, kelanmdaian, atau menurut kebutuhan.
Untuk menggambarkan garis kontur harus dicari dulu titik-titik yang elevasinya sama. Untuk itu perlu diadakan interpolasi dari titik-titik yang tersedia dengan menggunakan perbandingan jarak.
2.4.4. Skala Peta
Pemilihan skala untuk sebuah peta pada ukuran proyek, presisi yang dikehendaki dan kegunaannya peta tersebut didesain. Skala peta diberikan menurut tiga cara yaitu :
1) Bentuk pecahan atau perbandingan, seperti 1 / 2000 atau 1 : 2000
2) Persamaan, seperti 1 inc = 200 ft.
3) Grafik.
Skala peta diklasifikasikan sebagai besar, sedang, ataupun kecil. Sebuah skala besar 1 inc = 100 ft ( 1 : 200 ) atau lebih besar. Sebuah skala sedang misalnya : 1 inc = 100 ft sampai 1000 ft ( 1 : 200 ) sampai ( 1 : 12000 ). Sebuah skala kecil misalnya : 1 inc = 100 ft ( 1 : 12000 ) atau lebih kecil. Dalam penggambaran garis kontur nanti kami mengunakan skala 1 : sesuai perhitungan.
2.4.5. Finishing
Ketelitian peta topografi ditentukan dari tujuan penggunaan peta, skala peta, peralatan yang digunakan dalam pembuatan peta. Disamping hal-hal tersebut, peta harus dilengkapi hal-hal berikut, yang merupakan finishing dari pembuatan antara lain :
1) Panah tanda petunjuk arah utara.
2) Skala peta, areal peta.
3) Keterangan, macam peta, kegunaan peta.
4) Keterangan areal yang dipetakan.
5) Interval kontur yang digunakan.
6) Tanggal, bulan, tahun pembuatan peta.
7) Nama pemeta ( pelaksana ).
Bila hal tersebut diatas sudah dilakukan, maka peta sudah siap digunakan sesuai keperluan.
BAB III
JALANNYA PRATIKUM
3.1. PEKERJAAN PENDAHULUAN
3.1.1. Penentuan Titik Bench Mark
Hal yang pertama kali dilakukan adalah melakukan survei lapangan untuk melihat dari batas-batas lokasi yang akan dipetakan. Barulah akan ditentukan titik yang berfungsi sebagai titik tetap atau Bench Mark ( BM ). Karena pada waktu praktikum tidak ada Bench Mark, maka kami menggunakan BM palsu yang kami tempatkan pada lapangan parkir depan gedung A.
3.1.2. Membuat Patok Titik Ikat
Setelah ditentukan titik Bench Mark nya, kemudian ditentukan jumlah titik utamanya sebanyak 6 buah titik, dan dilakukan pengukuran secara manual dengan mengunakan baak ukur pada titik-titik utama yaitu titik A, B, C, D, E, F, yang mana keenam titik utama tersebut ditandai dengan cat pilox untuk menghindari kelupaan.
3.2. PELAKSANAAN PENGUKURAN
1) Menentukan titik detail utama, titik BM, dan titik detail tambahan.
2) Mendirikan statip tepat diatas patok dititik detail utama dengan cara meluruskan unting-unting jatuh tepat diatas patok.
3) Menempatkan Theodolite diatas statip, lalu kait dengan baut dimana salah seorang di statip bagian atas dan seorang lagi di Theodolite bagian bawah sampai kencang.
4) Sebelum kita melakukan segala penyetelan, segala pengunci horizontal dan vertikal pada Theodolite harus bebas semua.
5) Menyetel nivo bawah ( nivo bulat ) yaitu menempatkan gelembung yang ada di nivo bulat agar tepat di tengah-tengah lingkaran, dengan cara memutar sekrup penyetel A, B, C dengan cara memutar sekrup dengan arah berlawanan sehingga gelembung terletak tepat di lingkaran.
6) Menyetel nivo atas ( nivo tabung ) yaitu menempatkan gelembung nivo yang ada di nivo tabung agar tepat di tengah-tengah tanda dengan jalan memutar salah satu sekrup penyetel nivo tabung sampai gelembung jatuh tepat di tengah-tengah tanda. Dengan catatan bahwa gelembung di nivo bulat tidak boleh berpindah tempat ( keluar dari lingkaran ). Jadi kedua gelembung nivo harus tepat di tengah-tengah.
7) Mengenolkan detik yang ada di teropong pada lensa sebelah kanan dengan memutar sekrup penyetel menit detik yang terletak pada sebelah kanan teropong.
8) Memutar lempeng yang terletak pada bagian bawah Theodolite yang bertujuan untuk mengenolkan horizontalnya. Sambil memutar lempeng kita melihat teropong pada lensa sebelah kanan, apakah sudah horizontal atau belum. Apabila sudah horizontal lalu putar pengunci horizontal dengan cara memutar searah jarum jam. Penguncinya terletak diatas lempeng, maka horizontal sudah terkunci.
9) Mengutarakan kompas dengan melihat kompas yang ada dibagian atas pesawat. Bila garis putih sudah tepat atau masuk tanda, maka pesawat sudah menghadap utara. Kemudian dikunci dengan pengunci arah utara, dengan cara memutar searah jarum jam. Penguncinya terletak di bawah lempeng, maka arah utara sudah terkunci.
10) Menyetel pesawat agar membentuk sudut 270° terhadap sudut vertikal dengan cara menaik turunkan teropong sambil melihat pada lensa sebelah kanan, apakah sudah 270° atau belum. Apabila sudah tepat 270° lalu kunci dengan pengunci vertikal, dengan cara memutar searah jarum jam. Pengunci terletak disamping teropong, maka arah vertikal sudah terkunci.
11) Menempatkan baak atau rambu ukur pada titik detail tambahan, titk BM, dan kedelapan titik yang mengapit.
12) Membuka kunci horizontal, untuk memutar pesawat sampai baak kelihatan pada lensa. Setelah terlihat lalu kunci kembali pengunci horizontal.
13) Membaca BA, BT, BB pada baak dengan melihat pada teropong lensa sebelah kiri, apabila pembacaan kurang jelas, kita harus memutar penyetel diagfragma lensa sampai baak bias terbaca dengan jelas.
14) Membaca sudut vertikal dengan melihat pada teropong lensa sebelah kanan,. Dengan cara memuter penyetel menit, detik sampai derajat jatuh tepat pada tengah-tengah diantara dua garis, lalu membaca besar sudut menit, detik sampai derajat.
15) Membaca sudut horizontal dengan melihat pada teropong lensa sebelah kanan. Dengan cara memutar penyetel menit, detik sampai derajat jatuh tepat pada tengah-tengah diantara dua garis, lalu membaca besar sudut menit, detik pada arah horizontal.
16) Setelah selesai di titik detail utama A, kemudian memindahkan pesawat ke titik detail B, begitu seterusnya untuk titik detail utama C, D, E, F.
17) Melakukan hal yang sama pada nomor 2 sampai pada dengan nomor 10 untuk penyetelan alat.
Catatan :
Disetiap titik detail utama selalu dilakukan pekerjaan nomor 2 sampai dengan nomor 10 untuk penyetelan alat dan sebelum membidik baak.
Memutar pesawat selalu searah jarum jam, agar tidak kesalahan pembacaan pada sudut horizontal.
Pada waktu pembidikan ( pembacaan baak ), pengunci yang terbuka hanyalah pengunci horizontalnya saja.
Apabila pada pembacaan sudut horizontal maupun vertikal, dimana derajatnya tidak jatuh di tengah-tengah ( pembacaan sudut yang dibaca terlebih adalah sudut vertikal baru sudut horizontal ). Maka pembacaan sudut vertikal diputar pengunci vertikal pada penggerak halus sampai derajat vertikal tepat ditengah-tengah, kemudian dibaca. Dan untuk pembacaan sudut horizontal diputar pengunci horizontal pada penggerak halus sampai derajat horizontal tepat ditengah-tengah, kemudian dibaca besarnya derajat, menit, dan detik.
3.3. PENYELESAIAN LAPORAN SEMENTARA
Setelah pratikum selesai dilakukan dimana data-data ukur sudah dibukukan ke dalam buku ukur, maka barulah dapat dilakukan penyelesaian buku ukur yaitu perhitungan sementara dari data yang ada untuk dilakukan pengecekan kembali, apakah data yang kita peroleh dari hasil pengukuran sesuai dengan keadaan dilokasi.
BAB IV
PERHITUNGAN DAN ANALISIS DATA
4.1. TABEL HASIL PENGUKURAN DILAPANGAN
Titik/Tinggi Pesawat Titik Yang Dibidik Pembacaan Benang Sudut Horisontal Sudut Vertikal Keterangan
Titik Ikat Titik Detail Atas Tengah Bawah
A
( 1,468) BM 1,537 1,500 1,466 27756’50” 90
B 1,511 1,435 1,365 32204’55” 90
F 1,481 1,396 1,307 7007’10” 90
1 1,512 1,475 1,439 35341’10” 90
2 1,463 1,437 1,410 1013’30” 90
3 1,522 1,494 1,462 3924’10” 90
4 1,467 1,455 1,420 7708’50” 90
5 1,431 1,388 1,345 16426’30” 90
6 1,435 1,418 1,372 20117’05” 90
7 1,534 1,499 1,464 22332’30” 90
8 1,602 1,570 1,536 25238’30” 90
B
( 1,380) C 1,516 1,421 1,325 35652’10” 90
A 1,420 1,342 1,251 13429’30” 90
1 1,478 1,441 1,402 1300’50” 90
2 1,420 1,391 1,360 4452’25” 90
3 1,435 1,408 1,378 7224’50” 90
4 1,471 1,436 1,402 9119’30” 90
5 1,362 1,323 1,291 11751’20” 90
6 1,340 1,300 1,265 13743’30” 90
7 1,364 1,331 1,296 17428’30” 90
8 1,204 1,168 1,129 22735’50” 90
C
( 1,452 ) D 1,352 1,291 1,222 21801’00” 90
B 1,240 1,145 1,050 33901’40” 90
1 1,413 1,441 1,342 11831’10” 90
2 1,436 1,391 1,378 15430’10” 90
3 1,432 1,408 1,374 19142’50” 90
4 1,429 1,436 1,367 21402’50” 90
5 1,409 1,323 1,348 23212’30” 90
6 1,395 1,300 1,341 25741’50” 90
7 1,417 1,331 1,369 27635’50” 90
8 1,308 1,168 1,260 34013’30” 90
D
( 1,495 ) E 1,571 1,499 1,430 15444’50” 90
C 1,540 1,473 1,404 27930’30” 90
1 1,459 1,433 1,405 9658’10” 90
2 1,445 1,413 1,379 12822’30” 90
3 1,453 1,420 1,385 14728’50" 90
4 1,499 1,464 1,425 16553’50” 90
5 1,443 1,410 1,375 19017’10” 90
6 1,525 1,488 1,452 21222’30” 90
7 1,502 1,470 1,450 23448’10” 90
8 1,532 1,475 1,443 25605’30 90
E
( 1,450) F 1,357 1,292 1,225 32623’30” 90
D 1,427 1,355 1,285 32905’50” 90
1 1,358 1,312 1,268 34059’30” 90
2 1,340 1,296 1,255 35953’10” 90
3 1,335 1,290 1,248 15415’40” 90
4 1,355 1,312 1,281 3422’10” 90
5 1,353 1,311 1,270 4916’10” 90
6 1,385 1,334 1,292 6336’10” 90
7 1,367 1,325 1,283 7632’10” 90
8 1,364 1,327 1,288 9009’10” 90
F
( 1,465 ) A 1,311 1,195 1,083 0052’30” 90
E 1,480 1,415 1,290 0046’50” 90
1 1,402 1,365 1,325 13626’30” 90
2 1,432 1,389 1,348 3209’30” 90
3 1,519 1,475 1,400 6906’30” 90
4 1,532 1,485 1,448 9617’10” 90
5 1,599 1,562 1,525 12051’10” 90
6 1,592 1,554 1,513 14146’30” 90
7 1,576 1,539 1,502 15918’50” 90
8 1,327 1,294 1,261 17448’50” 90
a) Perhitungan Sudut Dalam ( :
A = AF + ( 360° - AB )
= 70°07’10” + (360° - 332°04’55” ) = 98°02’15”
B = A + ( 360° - C )
= 134°29’30" + (360° - 356°52’10” ) = 137°37’30”
C = CB - CD
= 339°01’40” – 218°01’00” = 121°00’40”
D = DC - DE
= 185°30’30” - 154°44’50” = 30°45’40”
E = ED - EF ¬¬
= 329º 05’50” - 326°23’30” = 02°42’20”
F = FE + ( 360° - FA )
= 00°46’50” + (360°- 00°52’30” ) = 359°54’20” +
= 750°02’45”
Syarat rataan sudut =
=
Koreksi sudut dalam =
= 750º02’45” – 720º
Rataan tiap sudut = 30º02’45”
=
= 5º00’28”
− Perhitungan Sudut dalam terkoreksi :
’A = 98°02’15” - 5°02’28” = 92°59’47”
’B = 137°37’30” - 5°02’28” = 132°35’02”
’C = 121°00’40” - 5°02’28” = 115°58’12”
’D = 30°45’40” - 5°02’28” = 25°43’12”
’E = 02°42’20” - 5°02’28” = -2°20’08”
’F = 359°54’20” - 5°02’28” = 354°51’52” +
’ = 720°00’00”
b) Perhitungan Azimuth Terkoreksi :
'AB =322°04’55”
'BC = 322°04’55” − 180° – 132°35’02” = 9°29’53”
'CD = 9°29’53” + 180° – 115°58’12” = 73°31’41”
'DE = 73°31’41” + 180° – 25°43’12” = 227º48’29”
'EF = 227°48’29” − 180° – (-2°20’08”) = 50°08’37”
'FA = 50°08’37” + 180° – 354°51’52” = −124°43’15” +
− Kontrol Azimuth
AB = ’FA - 180° – ’A
322°04’55” = 236°15’25” + 180° – 92°59’47”
322°04’55” = 322°04’55” ( cocok )
c) Mencari Jarak Optis
Rumus : d=
Titik A
dA-BM = (1.537–1.466 ).100 .cos² . (270° - 90º) = 7.1 m
dA – B = (1.511–1.365 ).100 .cos² . (270° - 90º) = 14.6 m
dA – F = (1.481–1.307 ).100 .cos² . (270° - 90º) = 17.4 m
dA – 1 = (1.512–1.439 ).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.3 m
dA – 2 = (1.463–1.410 ).100 .cos² . (270º - 90º) = 5.3 m
dA – 3 = (1.522–1.462 ).100 .cos² . (270º - 90º) = 6.0 m
dA – 4 = (1.467–1.420 ).100 .cos² . (270º - 90º) = 4.7 m
dA – 5 = (1.431–1.345 ).100 .cos² . (270º - 90º) = 8.6 m
dA – 6 = (1.435–1.372 ).100 .cos² . (270º - 90º) = 6.3 m
dA – 7 = (1.534–1.464 ).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.0 m
dA – 8 = (1.602–1.536 ).100 .cos² . (270º - 90º) = 6.6 m
Titik B
dB – C = (1.516– 1.325).100 .cos² . (270° - 90º) = 19.1 m
dB – A = (1.420– 1.251).100 .cos² . (270° - 90º) = 16.9 m
dB – 1 = (1.478– 1.402).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.6 m
dB – 2 = (1.420– 1.360).100 .cos² . (270º - 90º) = 6.0 m
dB – 3 = (1.435– 1.378).100 .cos² . (270º - 90º) = 5.7 m
dB – 4 = (1.471– 1.402).100 .cos² . (270º - 90º) = 6.9 m
dB – 5 = (1.362– 1.291).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.1 m
dB – 6 = (1.340– 1.265).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.5 m
dB – 7 = (1.364– 1.296).100 .cos² . (270º - 90º) = 6.8 m
dB – 8 = (1.204– 1.129).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.5 m
Titik C
dC – D = (1.325 – 1.222).100 .cos² . (270° - 90º) = 10.3 m
dC – B = (1.240 – 1.050).100 .cos² . (270° - 90º) = 19.0 m
dC – 1 = (1.413 – 1.342).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.1 m
dC – 2 = (1.436 – 1.378).100 .cos² . (270º - 90º) = 5.8 m
dC – 3 = (1.432 – 1.374).100 .cos² . (270º - 90º) = 5.8 m
dC – 4 = (1.429 – 1.367).100 .cos² . (270º - 90º) = 6.2 m
dC – 5 = (1.409 – 1.348).100 .cos² . (270º - 90º) = 6.1 m
dC – 6 = (1.395 – 1.341).100 .cos² . (270º - 90º) = 5.4 m
dC – 7 = (1.417 – 1.369).100 .cos² . (270º - 90º) = 4.8 m
dC – 8 = (1.308 – 1.260).100 .cos² . (270º - 90º) = 4.8 m
Titik D
dD – E = (1.571 – 1.430).100 .cos² . (270° - 90º) = 14.1 m
dD – C = (1.540 – 1.404).100 .cos² . (270° - 90º) = 13.6 m
dD – 1 = (1.459 – 1.405).100 .cos² . (270º - 90º) = 5.4 m
dD – 2 = (1.445 – 1.379).100 .cos² . (270º - 90º) = 6.6 m
dD – 3 = (1.453 – 1.385).100 .cos² . (270º - 90º) = 6.8 m
dD – 4 = (1.499 – 1.425).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.4 m
dD – 5 = (1.443 – 1.375).100 .cos² . (270º - 90º) = 6.8 m
dD – 6 = (1.525 – 1.452).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.3 m
dD – 7 = (1.502 – 1.450).100 .cos² . (270º - 90º) = 5.2 m
dD – 8 = (1.532 – 1.475).100 .cos² . (270º - 90º) = 5.7 m
Titik E
dE – F = (1.357 – 1.225).100 .cos² . (270° - 90º) = 13.2 m
dE – D = (1.427 – 1.285).100 .cos² . (270° - 90º) = 14.2 m
dE – 1 = (1.358 – 1.268).100 .cos² . (270º - 90º) = 9.0 m
dE – 2 = (1.340 – 1.255).100 .cos² . (270º - 90º) = 8.5 m
dE – 3 = (1.335 – 1.248).100 .cos² . (270º - 90º) = 10.7 m
dE – 4 = (1.355 – 1.281).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.4 m
dE – 5 = (1.353 – 1.270).100 .cos² . (270º - 90º) = 8.3 m
dE – 6 = (1.385 – 1.292).100 .cos² . (270º - 90º) = 9.3 m
dE – 7 = (1.367 – 1.283).100 .cos² . (270º - 90º) = 8.4 m
dE – 8 = (1.364 – 1.288).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.6 m
Titik F
dF – A = (1.311 – 1.083).100 .cos² . (270° - 90º) = 22.8 m
dF – E = (1.480 – 1.290).100 .cos² . (270° - 90º) = 19.0 m
dF – 1 = (1.402 – 1.325).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.7 m
dF – 2 = (1.432 – 1.348).100 .cos² . (270º - 90º) = 8.4 m
dF – 3 = (1.519 – 1.400).100 .cos² . (270º - 90º) = 11.9 m
dF – 4 = (1.532 – 1.448).100 .cos² . (270º - 90º) = 8.4 m
dF – 5 = (1.599 – 1.525).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.4 m
dF – 6 = (1.592 – 1.513).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.9 m
dF – 7 = (1.576 – 1.502).100 .cos² . (270º - 90º) = 7.4 m
dF – 8 = (1.327 – 1.261).100 .cos² . (270º - 90º) = 6.6 m
− d rata-rata titik utama
dAB = 14.6 m
dBC = 19.1 m
dCD = 10.3 m
dDE = 14.1 m
dEF = 13.2 m
dFA = 22.8 m
= 94.1 m
− Mencari X pada titik utama
Rumus :
XΔA – B = dA - B . sin 'A - B
= 14.6 . sin 332°04’55” = −6.836
XΔB – C = dB - C . sin 'B - C
= 19.1 . sin 9°29’53” = −1.043
XΔC – D = dC - D . sin 'C - D
= 10.3 . sin 73°31’41” = +10.219
XΔD – E = dD - E . sin 'D - E
= 14.1 . sin 227°48’29” = +6.015
XΔE – F = dE - F . sin 'E - F
= 13.2 . sin 50°08’37” = –7.306
XΔF – A = dF - A . sin 'F - A
= 22.8 . sin −124°43’15” = +0.348
ΣΔx = +1.397
Koreksi
Kesalahan (fx) = -Σd.sin
= −1.397
Rumus : X’ = Δx ± fx .(d ∕ Σd)
X’A – B = −6.836 – 1.398. (14.6 / 94.1) = −7.053
X’B – C = −1.043 – 1.398. (19.1 / 94.1) = −1.327
X’C – D = +10.219 – 1.398. (10.3 / 94.1) = +10.066
X’D – E = +6.015 – 1.398. (14.1 / 94.1) = +5.825
X’E – F = –7.306 – 1.398. (13.2 / 94.1) = –7.502
X’F – A = +0.348 – 1.398. (22.8 / 94.1) = –0.009 +
= 0,000
– Ko’ordinat titik utama X
XBM = +10.000
XA = +10.000 - 7,032 = +2,968
XB = +2.968 - 7.053 = -4.085
XC = -4.085 - 1.327 = -5.412
XD = -5.412 + 10.066 = +4.654
XE = +4.654 + 5.825 = +10.479
XF = +10.479 - 7.502 = +2.977
XA = +2.977 - 0.009 = +2.968
− Mencari Y pada titik utama
Rumus :
ΔYA – B = dA - B . cos 'A - B
= 14,6 . cos 322°04’55” = +11,518
ΔYB – C = dB - C . cos 'B - C
= 19,1 . cos 9°29’33” = +5.415
ΔYC – D = dC - D . cos 'C - D
= 10,3 . cos 73°31’41” = +2.920
ΔYD – E = dD - E . cos 'D - E
= 14,1 . cos 227°48’29” = -9.471
ΔYE – F = dE - F . cos 'E - F
= 13,2 . cos 50°08’37” = +8.459
ΔYF – A = dF - A . cos 'F - A
= 22,8 . cos −124°43’15” = -12.986
ΣΔy = +5.855
Koreksi
Kesalahan (fy) = -Σ d Cos = - 5.855
Rumus : Y’ =Δy ± fy . (d /Σd)
Y’A – B = +11,158 – 5.855.(14,60 / 94,10) = +4.243
Y’B – C = +5.415 – 5.855 . (19,10 / 94,10) = -0.089
Y’C – D = +2.920 – 5.855 . (10,30 / 94,10) = -0.321
Y’D – E = -9.471 – 5.855 .(14,10 / 94,10) = ¬-2.296
Y’E – F = +8.459 – 5.855. (13,20 / 94,10) = +3.028
Y’F – A = -12.986 – 5.855. (22,80 / 94,10) = -4.565 +
= 0,000
– Ko’ordinat titik utama Y
YBM = +10,000
YA = +10,000 + 0.982 = 10.982
YB = +14.243 + 4.243 = +15.225
YC = +15.225 – 0.089 = +15.136
YD = +15.136 – 0.321 = +14.815
YE = +14.815 – 2,296 = +12.519
YF = +12.519 + 3.028 = +15.547
YA = +15.547 – 4.565 = +10.982
TABEL HASIL PERHITUNGAN TITIK UTAMA KO’ORDINAT BM (10.10)
TITIK X Y X Y
BM +10,00 +10,00
-7.032 +0.982
A +2.968 +10.982
-7053 +4.243
B -4.085 +15.225
-1.327 -0.089
C -5.412 +15.136
+10.066 -0.321
D +4.654 +14.815
+5.825 -2.296
E +10.479 +12.519
-7.502 +3.028
F +2.977 +15.547
-0.009 -4.565
A +2.968 +10.582
d) Perhitungan Titik Detail
− Titik A
dA-1 = 7.3 m
dA-2 = 5.3 m
dA-3 = 6.0 m
dA-4 = 4.7 m
dA-5 = 8.6 m
dA-6 = 6.3 m
dA-7 = 7.0 m
dA-8 = 6.6 m
= 51.8 m
− Mencari ΔX Pada Titik Detail
Δx = d .sin α
XA – 1 = 7.3 . sin 353º41’10” = –0.803
XA – 2 = 5.3 . sin 10º13’30” = +0.941
XA – 3 = 6.0 . sin 39º24’10” = +3.809
XA – 4 = 4.7 . sin 77º08’50” = +4.582
XA – 5 = 8.6 . sin 164º26’30” = +2.307
XA – 6 = 6.3 . sin 201º17’05” = –2.287
XA – 7 = 7.0 . sin 223º32’30” = –4.822
XA – 8 = 6.6 . sin 252º38’30” = –6.299
ΣΔX = –2.572
Koreksi
Kesalahan (fx) = -Σd.sin = 2.572
Rumus : X’ = Δx ± fx .(d ∕ Σd)
X’A – 1 = -0.803 + 2.572 . (7.3 / 51.8) = −0.440
X’A – 2 = +0.941 + 2.572 . (5.3 / 51.8) = +1.204
X’A – 3 = +3.809 + 2.572 . (6.0 / 51.8) = +4.107
X’A – 4 = +4.582 + 2.572 . (4.7 / 51.8) = +4.815
X’A – 5 = +2.307 + 2.572 . (8.6 / 51.8) = +2.734
X’A – 6 = -2.287 + 2.572 . (6.3 / 51.8) = −1.974
X’A – 7 = -4.822 + 2.572 . (7.0 / 51.8) = –4.474
X’A – 8 = -6.299 + 2.572 . (6.6 / 51.8) = –5.971 +
= 0,000
– Ko’ordinat Titik Detail XA
XA = +2.968
XA – 1 = +2.968 − 0.440 = +2.528
XA – 2 = +2.968 + 1.204 = +4.172
XA – 3 = +2.968 + 4.107 = +7.075
XA – 4 = +2.968 + 4.815 = +7.783
XA – 5 = +2.968 + 2.734 = +5.702
XA – 6 = +2.968 − 1.974 = +0.994
XA – 7 = +2.968 – 4.474 = −1.506
XA – 8 = +2.968 – 5.751 = −2.783
− Mencari ΔY Pada Titik Detail
ΔY = d cos α
YA – 1 = 7.3. cos 353º41’10” = +7.256
YA – 2 = 5.3 . cos 10º13’30” = +5.216
YA – 3 = 6.0 . cos 39º24’10” = +4.636
YA – 4 = 4.7 . cos 77º08’50” = +1.045
YA – 5 = 8.6 . cos 164º26’30” = –8.285
YA – 6 = 6.3 . cos 201º17’05” = –5.870
YA – 7 = 7.0 . cos 223º32’30” = –5.074
YA – 8 = 6.6 . cos 252º38’30” = –1.969
ΣΔY = –3.045
Koreksi
Kesalahan (fy) = -Σd.cos =3.045
Rumus : Y’ = ΔY ± fy .(d ∕ Σd)
Y’A – 1 = +7.256 + 3.045 . (7.30 / 51.8) = +7.685
Y’A – 2 = +5.216 + 3.045 . (5.30 / 51.8) = +5.527
Y’A – 3 = +4.636 + 3.045 . (6.00 / 51.8) = +4.989
Y’A – 4 = +1.045 + 3.045. (4.70 / 51.8) = +1.321
Y’A – 5 = -8.285 + 3.045 . (8.60 / 51.8) = -7.779
Y’A – 6 = -5.870 + 3.045 . (6.30/ 51.8) = -5.500
Y’A – 7 = -5.074 + 3.045 . (7.00 / 51.8) = -4.662
Y’A – 8 = -1.969 + 3.045 . (6.60 / 51.8) = -1.581 +
= 0,000
– Ko’ordinat Titik Detaill YA
YA = +10.582
YA – 1 = +10.582 + 7.685 = +18.267
YA – 2 = +10.582 + 5.527 = +16.109
YA – 3 = +10.582 + 4.989 = +15.571
YA – 4 = +10.582 + 1.321 = +11.903
YA – 5 = +10.582 – 7.779 = +2.803
YA – 6 = +10.582 – 5.500 = +5.082
YA – 7 = +10.582 – 4.662 = +5.920
YA – 8 = +10.582 + 1.581 = +12.163
− Titik B
dB-1 = 7,6 m
dB-2 = 6,0 m
dB-3 = 5,7 m
dB-4 = 6,9 m
dB-5 = 7,1 m
dB-6 = 7,5 m
dB-7 = 6,8 m
dB-8 = 7,5 m
= 55,1 m
Mencari ΔX Pada Titik Detail
Δx = d .sin α
XB – 1 = 7,6 . sin 13º00’50” = +1,711
XB – 2 = 6,0 . sin 44º52’25” = +4,233
XB – 3 = 5,7 . sin 72º24’50” = +5,434
XB – 4 = 6,9 . sin 91º19’30” = +6,898
XB – 5 = 7,1 . sin 117º51’20” = +6,277
XB – 6 = 7,5 . sin 137º43’30” = +5,045
XB – 7 = 6,8 . sin 174º28’30” = +0,655
XB – 8 = 7,5 . sin 227º35’50” = –5,538
ΣΔX = 24,715
Koreksi
Kesalahan (fx) = -Σd.sin = -24.715
Rumus : X’ = Δx ± fx .(d ∕ Σd)
X’B – 1 = 1,711 - 24,715 . (7,6 / 55,1) = −1.697
X’B – 2 = 4,233 - 24,715 . (6,0 / 55,1) = +1.542
X’B – 3 = 5,434 - 24,715 . (5,7 / 55,1) = +2.877
X’B – 4 = 6,898 - 24,715 . (6,9 / 55,1) = +3.803
X’B – 5 = 6,277 - 24,715 . (7,1 / 55,1) = +3.092
X’B – 6 = 5,045 - 24,715 . (7,5 / 55,1) = +1.681
X’B – 7 = 0,655 - 24,715 . (6,8 / 55,1) = −2.395
X’B – 8 = –5,538 - 24,715 . (7,5 / 55,1) = −8.902 +
= 0,000
– Ko’ordinat Titik Detail XB
XB = -4.085
XB– 1 = -4.085 − 1.697 = −5.782
XB– 2 = -4.085 + 1.542 = −2.543
XB– 3 = -4.085 + 2.877 = −1.208
XB– 4 = -4.085 + 3.803 = −0.282
XB– 5 = -4.085 + 3.092 = −0.993
XB– 6 = -4.085 + 1.681 = −2.404
XB– 7 = -4.085 – 2.395 = −6.480
XB– 8 = -4.085 – 8.902 = −12.987
− Mencari ΔY Pada Titik Detail
ΔY = d .cos α
YB – 1 = 7,6. cos 13º00’50” = 7,405
YB– 2 = 6,0. cos 44º52’25” = 4,252
YB – 3 = 5,7. Cos 72º24’50” = 1,722
YB – 4 = 6,9. cos 91º19’30” = -0,196
YB – 5 = 7,1. cos 117º51’20” = -3,317
YB – 6 = 7,5. cos 137º43’30” = -5,549
YB – 7 = 6,8. cos 174º28’30” = -6,768
YB – 8 = 7,5. cos 227º35’50” = -5,058
ΣΔY = -7,509
Koreksi
Kesalahan (fy) = -Σd.cos = +7.509
Rumus : Y’ = ΔY ± fy .(d ∕ Σd)
Y’B – 1 = -7,405 + 7,509. (7,6 / 55,1) = −6.369
Y’B – 2 = 4,252 + 7,509. (6,0 / 55,1) = +5.029
Y’B – 3 = -1,722 + 7,509. (5,7 / 55,1) = −0,945
Y’B – 4 = -0,196 + 7,509. (6,9 / 55,1) = +0,744
Y’B – 5 = -3,317 + 7,509. (7,1 / 55,1) = +2.349
Y’B – 6 = -5,549 + 7,509. (7,5 / 55,1) = −4.527
Y’B – 7 = -6,768 + 7,509. (6,8 / 55,1) = −5.841
Y’B – 8 = -5,058 + 7,509. (7,5 / 55,1) = −4.035
= 0,000
– Ko’ordinat Titik Detaill YB
YB = +15.225
YB– 1 = +15.225 − 6.369 = +8.856
YB – 2 = +15.225 + 5.029 = +20.254
YB – 3 = +15.225 – 0.945 = +14.280
YB – 4 = +15.225 + 0.744 = +15.969
YB – 5 = +15.225 + 2.349 = +17.574
YB – 6 = +15.225 – 4.527 = +10.698
YB – 7 = +15.225 − 5.841 = +9.384
YB– 8 = +15.225 − 4.035 = +11.190
− Titik C
dC-1 = 7,1 m
dC-2 = 5,8 m
dC-3 = 5,8 m
dC-4 = 6,2 m
dC-5 = 6,1 m
dC-6 = 5,4 m
dC-7 = 4,8 m
dC-8 = 4,8 m
= 46 m
− Mencari ΔX Pada Titik Detail
Δx = d .sin α
XC – 1 = 7,1 . sin 11831’10” = 6,238
XC – 2 = 5,8 . sin 15430’10” = 2,497
XC – 3 = 5,8 . sin 19142’50” = -1,178
XC – 4 = 6,2 . sin 21402’50” = -3,471
XC – 5 = 6,1 . sin 23212’30” = -4,820
XC – 6 = 5,4 . sin 25741’50” = -5,276
XC – 7 = 4,8 . sin 27635’50” = -4,768
XC – 8 = 4,8 . sin 34013’30” = -1,624
ΣΔX = -12,402
Koreksi
Kesalahan (fx) = -Σd.sin = +12.402
Rumus : Y’ = ΔY ± fy .(d ∕ Σd)
X’C – 1 = 6,238 + 12,402. (7,1 / 46) = +8.152
X’C – 2 = 2,497 + 12,402. (5,8 / 46) = +4.061
X’C – 3 = -1,178 + 12,402. (5,8 / 46) = +0.386
X’C – 4 = -3,471 + 12,402. (6,2 / 46) = −1.799
X’C – 5 = -4,820 + 12,402. (6,1 / 46) = −3.175
X’C – 6 = -5,276 + 12,402. (5,4 / 46) = −3.820
X’C – 7 = -4,768 + 12,402 .(4,8 / 46) = −3.474
X’C – 8 = -1,624 + 12,402. (4,8 / 46) = −0.329
= 0,000
– Ko’ordinat Titik Detail XC
XC = −5.412
XC– 1 = −5.412 + 8.152 = +2.740
XC– 2 = −5.412 + 4.061 = −1.351
XC– 3 = −5.412 + 0.386 = −5.026
XC– 4 = −5.412 − 1.799 = −7.211
XC– 5 = −5.412 − 3.175 = −8.587
XC– 6 = −5.412 – 3.820 = −9.232
XC– 7 = −5.412 − 3.474 = −8.886
XC– 8 = −5.412 − 0.329 = −5.741
− Mencari ΔY Pada Titik Detail
ΔY = d .cos α
YC – 1 = 7,1 . cos 11831’10” = -3,391
YC – 2 = 5,8 . cos 15430’10” = -5,235
YC – 3 = 5,8 . cos 19142’50” = -5,679
YC – 4 = 6,2 . cos 21402’50” = -5,137
YC – 5 = 6,1 . cos 23212’30” = -3,738
YC – 6 = 5,4 . cos 25741’50” = -1,151
YC – 7 = 4,8 . cos 27635’50” = 0,551
YC – 8 = 4,8 . cos 34013’30” = 4,517
ΣΔY = –19,263
Koreksi
Kesalahan (fy) = -Σd.cos = 19,263
Rumus : Y’ = ΔY ± fy .(d ∕ Σd)
Y’C – 1 = -3,391 + 19,263. (7,1 / 46) = −0.418
Y’C – 2 = -5,235 + 19,263. (5,8 / 46) = −2.806
Y’C – 3 = -5,679 + 19,263. (5,8 / 46) = −3.250
Y’C – 4 = -5,137 + 19,263. (6,2 / 46) = −2.541
Y’C – 5 = -3,738 + 19,263. (6,1 / 46) = −1.183
Y’C – 6 = -1,151 + 19,263. (5,4 / 46) = +1.110
Y’C – 7 = 0,551 + 19,263. (4,8 / 46) = +2.561
Y’C – 8 = 4,517 + 19,263. (4,8 / 46) = +6.527
= 0,000
– Ko’ordinat Titik Detaill YC
YC = +15.136
YC – 1 = +15.136 − 0.418 = +14.718
YC – 2 = +15.136 − 2.806 = +12.330
YC – 3 = +15.136 – 3.250 = +11.886
YC – 4 = +15.136 − 2.541 = +12.595
YC – 5 = +15.136 – 1.183 = +13.593
YC – 6 = +15.136 + 1.110 = +16.246
YC – 7 = +15.136 + 2.561 = +17.697
YC– 8 = +15.136 + 6.527 = +21.663
− Titik D
dD-1 = 5.4 m
dD-2 = 6.6 m
dD-3 = 6.8 m
dD-4 = 7.4 m
dD-5 = 6.8 m
dD-6 = 7.3 m
dD-7 = 5.2 m
dD-8 = 5.7 m
= 51,2 m
− Mencari ΔX Pada Titik Detail
Δx = d .sin α
XD – 1 = 5.4. sin 9658’10” = 5,360
XD – 2 = 6.6. sin 12822’30” = 5,174
XD – 3 = 6.8. sin 14728’50" = 3,656
XD – 4 = 7.4. sin 16553’50” = 1,803
XD – 5 = 6.8. sin 19017’10” = -1,214
XD – 6 = 7.3. sin 21222’30” = -3,909
XD – 7 = 5.2. sin 23448’10” = -4,249
XD – 8 = 5.7. sin 25605’30” = -5,533
ΣΔX = 1,088
Koreksi
Kesalahan (fx) = -Σd.sin = - 1.088
Rumus : X’ = Δx ± fx .(d ∕ Σd)
X’D – 1 = 5,360 – 1,088. (5.4/ 51,2) = 5.245
X’D – 2 = 5,174 – 1,088. (6.6/ 51,2) = 5.034
X’D – 3 = 3,656 – 1,088. (6.8/ 51,2) = 3.511
X’D – 4 = 1,803 – 1,088. (7.4/ 51,2) = 1.646
X’D – 5 = -1,214 – 1,088. (6.8/ 51,2) = -1.358
X’D – 6 = -3,909 – 1,088. (7.3/ 51,2) = -4.064
X’D – 7 = -4,249 – 1,088. (5.2/ 51,2) = -4.359
X’D – 8 = -5,533 – 1,088. (5.7/ 51,2) = -5.654
= 0,000
– Ko’ordinat Titik Detail XD
XD = +4.654
XD– 1 = +4.654 + 5.245 = +9.899
XD– 2 = +4.654 + 5.034 = +9.688
XD– 3 = +4.654 + 3.511 = +8.165
XD– 4 = +4.654 + 1.646 = +6.300
XD– 5 = +4.654 – 1.358 = +3.296
XD– 6 = +4.654 – 4.064 = +0.590
XD– 7 = +4.654 – 4.359 = +0.295
XD– 8 = +4.654 – 5.654 = +1.000
− Mencari ΔY Pada Titik Detail
ΔY = d .cos α
YD – 1 = 5.4. cos 9658’10” = -0,655
YD – 2 = 6.6. cos 12822’30” = -4,097
YD – 3 = 6.8. cos 14728’50" = -5,734
YD – 4 = 7.4. cos 16553’50” = -7,177
YD – 5 = 6.8. cos 19017’10” = -6,691
YD – 6 = 7.3. cos 21222’30” = -6,165
YD – 7 = 5.2. cos 23448’10” = -2,997
YD – 8 = 5.7. cos 25605’30” = -1,370
ΣΔY = -34,886
Koreksi
Kesalahan (fy) = -Σd.cos = +34.886
Rumus : Y’ = ΔY ± fy .(d ∕ Σd)
Y’D – 1 = -0,655 + 34,886. (5.4/ 51,2) = 4.334
Y’D – 2 = -4,097 + 34,886. (6.6/ 51,2) = 0.400
Y’D – 3 = -5,734 + 34,886. (6.8/ 51,2) = −1.101
Y’D – 4 = -7,177 + 34,886. (7.4/ 51,2) = −2.135
Y’D – 5 = -6,691 + 34,886. (6.8/ 51,2) = −2.058
Y’D – 6 = -6,165 + 34,886. (7.3/ 51,2) = −1.191
Y’D – 7 = -2,997 + 34,886. (5.2/ 51,2) = 0.546
Y’D – 8 = -1,370 + 34,886. (5.7/ 51,2) = 2.514
= 0,000
– Ko’ordinat Titik Detail YD
YD = +14.815
YD– 1 = +14.815 + 4.334 = +19.149
YD– 2 = +14.815 + 0.400 = +15.215
YD– 3 = +14.815 − 1.101 = +13.714
YD– 4 = +14.815 – 2.135 = +12.680
YD– 5 = +14.815 – 2.058 = +12.757
YD– 6 = +14.815 – 1.191 = +13.624
YD– 7 = +14.815 + 0.546 = +15.361
YD– 8 = +14.815 + 2.514 = +17.329
− Titik E
dE-1 = 9.0 m
dE-2 = 8.5 m
dE-3 = 10.7 m
dE-4 = 7.4 m
dE-5 = 8.3 m
dE-6 = 9.3 m
dE-7 = 8.4 m
dE-8 = 7.6 m
= 69.2 m
− Mencari ΔX Pada Titik Detail
Δx = d .sin α
XE – 1 = 9.0 . sin 340º59’30” = −2.931
XE – 2 = 8.5 . sin 359º53’10” = −0.017
XE – 3 = 10.7 . sin 154º15’10” = +4.648
XE – 4 = 7.4 . sin 34º22’10” = +4.177
XE – 5 = 8.3 . sin 49º16’10” = +6.289
XE – 6 = 9.3 . sin 63º36’10” = +8.330
XE – 7 = 8.4 . sin 76º32’10” = +8.169
XE – 8 = 7.6 . sin 90º09’10” = +7.600
ΣΔX = +36.265
Koreksi
Kesalahan (fx) = -Σd.sin = – 36.265
Rumus : X’ = Δx ± fx .(d ∕ Σd)
X’E – 1 = -2.931 – 36.265 . (9.0 / 69.2) = −7.647
X’E – 2 = -0.017 – 36.265 . (8.5 / 69.2) = −4.471
X’E – 3 = +4.648 – 36.265 . (10.7 / 69.2) = −0.959
X’E – 4 = +4.177 – 36.265 . (7.4 / 69.2) = +0.299
X’E – 5 = +6.289 – 36.265 . (8.3 / 69.2) = +1.939
X’E – 6 = +8.330 – 36.265 . (9.3 / 69.2) = +3.456
X’E – 7 = +8.169 – 36.265 . (8.4 / 69.2) = +3.767
X’E – 8 = +7.600 – 36.265 . ( 7.6 / 69.2) = +3.617
= 0,000
– Ko’ordinat Titik Detail XE
XE = +10.479
XE– 1 = +10.479 − 7.647 = +2.832
XE– 2 = +10.479 − 4.471 = +6.008
XE– 3 = +10.479 − 0.959 = +9.520
XE– 4 = +10.479 + 0.299 = +10.778
XE– 5 = +10.479 + 1.939 = +12.418
XE– 6 = +10.479 + 3.456 = +13.935
XE– 7 = +10.479 + 3.767 = +14.246
XE– 8 = +10.479 + 3.617 = +14.096
− Mencari Δy Pada Titik Detail
ΔY = d .cos α
YE – 1 = 9.0 . cos 340º59’30” = +8.509
YE – 2 = 8.5 . cos 359º53’10” = +8.500
YE – 3 = 10.7 . cos 154º15’10” = –9,638
YE – 4 = 7.4 . cos 34º22’10” = +6.108
YE – 5 = 8.3 . cos 49º16’10” = +5.416
YE – 6 = 9.3 . cos 63º36’10” = +4.134
YE – 7 = 8.4 . cos 76º32’10” = +1.956
YE – 8 = 7.6 . cos 90º09’10” = −0.020
ΣΔY = +24.965
Koreksi
Kesalahan (fy) = -Σd.cos = −24.965
Rumus : Y’ = ΔY ± fy .(d ∕ Σd)
Y’E – 1 = +8.509 – 24.965 . (9.0 / 69.2) = +5.262
Y’E – 2 = +8.500 – 24.965 . (8.5 / 69.2) = +5.433
Y’E – 3 = –9.638 – 24.965 . (10.7 / 69.2) = – 13.498
Y’E – 4 = +6.108 – 24.965 . (7.4 / 69.2) = +3.438
Y’E – 5 = +5.416 – 24.965 . (8.3 / 69.2) = +2.422
Y’E – 6 = +4.134 – 24.965 . (9.3 / 69.2) = +0.779
Y’E – 7 = +1.956 – 24.965 . (8.4 / 69.2) = −1.074
Y’E – 8 = −0.020 – 24.965 . (7.6 / 69.2) = −2.762
= 0,000
– Ko’ordinat Titik Detail YE
YE = +12.519
YE– 1 = +12.519 + 5.262 = +17.781
YE– 2 = +12.519 + 5.433 = +17.952
YE– 3 = +12.519 – 13.498 = –0.979
YE– 4 = +12.519 + 3.438 = +15.957
YE– 5 = +12.519 + 2.422 = +14.941
YE– 6 = +12.519 + 0.779 = +13.298
YE– 7 = +12.519 − 1.074 = +11.445
YE– 8 = +12.519 − 2.762 = +9.757
− Titik F
dF-1 = 7.7 m
dF-2 = 8.4 m
dF-3 = 11.9 m
dF-4 = 8.4 m
dF-5 = 7.4 m
dF-6 = 7.9 m
dF-7 = 7.4 m
dF-8 = 6.6 m
= 65.7 m
− Mencari ΔX Pada Titik Detail
Δx = d .sin α
XF – 1 = 7.7 . sin 136º26’30” = +5.306
XF – 2 = 8.4 . sin 32º09’30” = +4.471
XF – 3 = 11.9 . sin 69º06’30” = +11.118
XF – 4 = 8.4 . sin 96º17’10” = +8.349
XF – 5 = 7.4 . sin 120º51’10” = +6.353
XF – 6 = 7.9 . sin 141º46’30” = +4.888
XF – 7 = 7.4 . sin 159º18’50” = +2.614
XF – 8 = 6.6 . sin 174º48’50” = +0.596
ΣΔX = +43.695
Koreksi
Kesalahan (fx) = -Σd.sin = –43.695
Rumus : X’ = Δx ± fx .(d ∕ Σd)
X’F – 1 = +5.306 – 43.695 . (7.7 / 65.7) = +0.185
X’F – 2 = +4.471 – 43.695 . (8.4 / 65.7) = −1.115
X’F – 3 = +11.118 – 43.695 . (11.9/ 65.7) = +3.204
X’F – 4 = +8.349 – 43.695 . (8.4/ 65.7) = +2.762
X’F – 5 = +6.353 – 43.695 . (7.4/ 65.7) = +1.431
X’F – 6 = +4.888 – 43.695 . (7.9/ 65.7) = −0.366
X’F – 7 = +2.614 – 43.695 . (7.4/ 65.7) = −2.307
X’F – 8 = +0.596 – 43.695 . (6.6/ 65.7) = −3.793
= 0,000
– Ko’ordinat Titik Detail XF
XF = +2.977
XF– 1 = +2.977 + 0.185 = +2.792
XF– 2 = +2.977 − 1.115 = +1.862
XF– 3 = +2.977 + 3.204 = +6.181
XF– 4 = +2.977 + 2.762 = +5.739
XF– 5 = +2.977 + 1.431 = +4.408
XF– 6 = +2.977 – 0.366 = +2.611
XF– 7 = +2.977 – 2.307 = +0.670
XF– 8 = +2.977 – 3.793 = – 0,816
− Mencari ΔY Pada Titik Detail
ΔY = d .cos α
YF – 1 = 7.7 . cos 136º26’30” = −5.580
YF – 2 = 8.4 . cos 32º09’30” = +7,111
YF – 3 = 11.9 . cos 69º06’30” = +4.243
YF – 4 = 8.4 . cos 96º17’10” = –0.920
YF – 5 = 7.4 . cos 120º51’10” = –3.795
YF – 6 = 7.9 . cos 141º46’30” = –6.206
YF – 7 = 7.4 . cos 159º18’50” = −6.923
YF – 8 = 6.6 . cos 174º48’50” = −6.573
ΣΔX = –18.643
Koreksi
Kesalahan (fy) = -Σd. cos = 18.643
Rumus : Y’ = ΔY ± fy .(d ∕ Σd)
Y’F – 1 = −5.580 + 18.643 . (7.7 / 65.7) = −3.395
Y’F – 2 = +7.111 + 18.643 . (8.4 / 65.7) = +9.494
Y’F – 3 = +4.243 + 18.643 . (11.9 / 65.7) = +7.620
Y’F – 4 = –0.920 + 18.643 . (8.4 / 65.7) = +1.463
Y’F – 5 = –3.795 + 18.643 . (7.4 / 65.7) = –1.695
Y’F – 6 = –6.206 + 18.643 . (7.9 / 65.7) = –3.964
Y’F – 7 = −6.923 + 18.643 . (7.4 / 65.7) = −4.823
Y’F – 8 = –6.573 + 18.643 . (6.6 / 65.7) = −4.700
= 0,000
– Ko’ordinat Titik Detail YF
YF = +15.547
YF– 1 = +15.547 − 3.395 = +12.152
YF– 2 = +15.547 + 9.494 = +25.041
YF– 3 = +15.547 + 7.620 = +23.167
YF– 4 = +15.547 + 1.463 = +14.084
YF– 5 = +15.547 – 1.695 = +13.852
YF– 6 = +15.547 – 3.964 = +11.583
YF– 7 = +15.547 – 4.823 = +10.724
YF– 8 = +15.547 – 4.700 = +10.847
Polygon Detail X Y koordinat koordinat
X Y
A
1 +4,152 +13,010 +42,545 +28,864
2 +15,998 +17,649 +54,391 +33,503
3 +43,199 +9,347 +81,592 +25,201
4 +16,500 -24,512 +54,893 -8,658
5 -1,827 -29,275 +36,566 -13,421
6 -31,912 -9,435 +6,481 +6,419
7 -33,402 +14,95 +4,991 +30,759
8 -12,708 +8,3111 +25,685 +24,165
Polygon Detail X Y koordinat koordinat
X Y
B
1 +10,282 +34,369 +71,682 +28,864
2 +10,859 +22,695 +72,259 +33,503
3 +8,216 -12,105 +69,616 +25,201
4 +17,104 -45,606 +78,504 -8,658
5 -5,332 -25,289 +56,068 -13,421
6 -13,723 -18,488 +47,677 +6,419
7 -22,948 +11,012 +38,452 +30,759
8 -4,458 +33,412 +56,942 + 24,165
C
1 +1,096 +18,715 +64,482 -32,753
2 +11,753 +15,133 +75,139 -36,335
3 + 24,895 -2,787 +88,281 -54,255
4 +16,872 -15,297 +80258 -66,765
5 -0,974 -21,262 +62,412 -72,730
6 -18,012 -9,898 +45,374 -61,366
7 -17,625 +1,421 +45,761 -50,047
8 -18,005 +13,975 +45,381 -37,497
D
1 +10,339 +18,729 +58,66 -43,565
2 +17,159 +6,095 +65,483 -56,199
3 +18,855 -8,3223 +67,179 -70,617
4 +13,185 -24,492 +61,509 -86,786
5 -5,606 -19,716 +42,718 -82,012
6 -17,970 -10,557 +30,354 -72,851
7 -28,99 +20,409 +20,225 -41,885
8 -70863 +17,855 +40,461 -44,439
Polygon Detail X Y koordinat koordinat
X Y
E
1 +8,285 +20,351 +30,263 -39,007
2 +13,778 +10,809 +35,756 -48,349
3 +19,041 -11,055 +41,019 -70,413
4 +10,205 -16,066 +32,183 -75,424
5 -5,218 -25,139 +16,76 -84,497
6 -14,150 -12,119 +7,828 -71,477
7 -17,907 +7,337 +4,071 -52,021
8 -14,034 +25,882 +7,944 -33,476
F
1 +4,838 +16,391 +15,788 +1,712
2 +17,662 +7,321 +28,612 -7,308
3 +15,551 -6,198 +26,501 -20,827
4 +9,785 -13,656 +20,735 -28,285
5 -6,815 -19,247 +4,135 -33,876
6 -12,606 -14,229 -1,656 -28,858
7 -17,936 +8,028 -6,986 -6,601
8 -10,479 +21,640 -0,471 +7,011
4.2. PERHITUNGAN BEDA TINGGI DAN ELEVASI
a) Perhitungan Beda Tinggi
Titik Utama
X = (BA-BB).50 sin2 ( -270)+TP-BT
HA - B = (1,511 – 1,365).50.Sin2 (90° – 270°)+1.57-1.435
= +1,472
HB - A = (1.420 – 1.251).50.Sin2 (90° – 270°)+1.380-1.342
= +1.378
HB - C = (1.516 – 1.325).50.Sin2 (90° – 270°)+1.380-1.421
= +1,563
HC - B = (1.240 – 1.050).50.Sin2 (90° – 270°)+1.452-1.145
= +0.959
HC - D = (1.352 – 1.222).50.Sin2 (90° – 270°)+1.452-1.291
= +1.180
HD - C = (1.540 – 1.404).50.Sin2 (90° – 270°)+1.495-1.473
= +1.530
HD - E = (1.571 – 1.430).50.Sin2 (90° – 270°)+1.495-1.499
= +1.581
HE - D = (1.427 – 1.285).50.Sin2 (90° – 270°)+1.450-1.355
= +1.212
HE - F = (1.357 – 1.255).50.Sin2 (90° – 270°)+1.450-1.292
= + 1.184
HF - E = (1.480 – 1.290).50.Sin2 (90° – 270°)+1.465-1.415
= +1.424
HF - A = (1.311 – 1.083).50.Sin2 (90° – 270°)+1.465-1.195
= +0.801
HA - F = (1,481 – 1.307).50.Sin2 (90° – 270°)+1.487-1.396
= +1.377
− H rata-rata
HA-B = = 1.4250
HB-C = = 1.4705
HC-D = = 1.0695
HD-E = = 1.5555
HE-F = = 1.1980
HF-A = = 1.0890
H = 7.8075
− Kontrol H
H = 1.3012
− Beda Tinggi Terkoreksi
HA-BM = 1.587
HA-B = 1.4250 – 1.3012 = 0,1237
HB-C = 1.4705 – 1.3012 = 0,1693
HC-D = 1.0695 – 1.3012 = – 0,2317
HD-E = 1.5555 – 1.3012 = 0.2543
HE-F = 1.1980 – 1.3012 = −0.1032
HF-A = 1.0890 – 1.3012 = −0.2122 +
H = 0
Titik detail A
HA-1 = ( 1,512 – 1,439 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,468 - 1,475 = − 0,007
HA-2 = ( 1,463 – 1,410 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,468 - 1,437 = 0,031
HA-3 = ( 1,522 – 1.462 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,468 - 1,494 = − 0,026
HA-4 = ( 1.467 – 1.420 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,468 - 1.445 = 0,023
HA-5 = ( 1.431 – 1.345 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,468 - 1.388 = 0,080
HA-6 = ( 1.435 – 1.372 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,468 - 1.418 = 0,050
HA-7 = ( 1,534 – 1.464 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,468 - 1,499 = − 0,031
HA-8 = ( 1,602 – 1,536 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,468 - 1,570 = − 0,102
Titik detail B
HB-1 = ( 1,478 – 1,402 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,380 - 1,441 = − 0,061
HB-2 = ( 1,420 – 1,360 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,380 - 1,391 = − 0,011
HB-3 = ( 1,435 – 1,378 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,380 - 1,408 = − 0,028
HB-4 = ( 1,471 – 1,402 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,380 - 1,436 = − 0,056
HB-5 = ( 1,362 – 1,291 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,380 - 1,323 = 0,057
HB-6 = ( 1,340 – 1,265 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,380 - 1,300 = 0,080
HB-7 = ( 1,364 – 1,296 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,380 - 1,331 = 0,049
HB-8 = ( 1,204 – 1,129 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,380 - 1,168 = 0,212
Titik detail C
HC-1 = ( 1,413 – 1,342 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,452 - 1,379 = 0,073
HC-2 = ( 1,436 – 1,378 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,452 - 1,408 = 0,044
HC-3 = ( 1,432 – 1,374 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,452 - 1,402 = 0,047
HC-4 = ( 1,429 – 1,367 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,452 - 1,398 = 0,054
HC-5 = ( 1,409 – 1,348 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,452 - 1,379 = 0,073
HC-6 = ( 1,395 – 1,341 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,452 - 1,369 = 0,083
HC-7 = ( 1,417 – 1,369 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,452 - 1,392 = 0,060
HC-8 = ( 1,308 – 1,260 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,452 - 1,286 = 0,166
Titik detail D
HD-1 = ( 1,459 – 1,405 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,495 - 1,433 = 0,062
HD-2 = ( 1,445 – 1,379 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,495 - 1,413 = 0,082
HD-3 = ( 1,453 – 1,385 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,495 - 1,420 = 0,075
HD-4 = ( 1,499 – 1,425 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,495 - 1,464 = 0,031
HD-5 = ( 1,443 – 1,375 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,495 - 1,410 = 0,085
HD-6 = ( 1,525 – 1,452 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,495 - 1,488 = 0,007
HD-7 = ( 1,505 – 1,450 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,495 - 1,470 = 0,025
HD-8 = ( 1,532 – 1,443 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,495 - 1,475 = 0,020
Titik detail E
HE-1 = ( 1,358 – 1,268 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,450 - 1,312 = 0,138
HE-2 = ( 1,340 – 1,255 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,450 - 1,296 = 0,154
HE-3 = ( 1,335 – 1,248 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,450 - 1,290 = 0,160
HE-4 = ( 1,355 – 1,281 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,450 - 1,312 = 0,138
HE-5 = ( 1,353 – 1,270 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,450 - 1,311 = 0,139
HE-6 = ( 1,385 – 1,292 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,450 - 1,334 = 0,116
HE-7 = ( 1,367 – 1,283 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,450 - 1,325 = 0,125
HE-8 = ( 1,364 – 1,288 ) 50sin 2( 90º - 270º ) + 1,450 - 1,327 = 0,123
Titik detail F
HF-1 = ( 1,402 – 1,325 ) 50sin 2( 90º - 270º ) +1,465 - 1,365 = 0,100
HF-2 = ( 1,432 – 1,348 ) 50sin 2( 90º - 270º ) +1,465 - 1,389 = 0,076
HF-3 = ( 1,519 – 1,400 ) 50sin 2( 90º - 270º ) +1,465 - 1,475 = −0,010
HF-4 = ( 1,532 – 1,448 ) 50sin 2( 90º - 270º ) +1,465 - 1,485 = −0,020
HF-5 = ( 2,599 – 1,525 ) 50sin 2( 90º - 270º ) +1,465 – 1,562 = −0,097
HF-6 = ( 1,592 – 1,513 ) 50sin 2( 90º - 270º ) +1,465 - 1,554 = −0,089
HF-7 = ( 1,576 – 1,502 ) 50sin 2( 90º - 270º ) +1,465 - 1,539 = –0,074
HF-8 = ( 1,327 – 1,261 ) 50sin 2( 90º - 270º ) +1,465 - 1,294 = 0,171
TABEL HASIL PERHITUNGAN BEDA TINGGI TITIK DETAIL
Titik HA HB HC HD HE HF
1 − 0,007 − 0,061 + 0,073 + 0,062 + 0,138 + 0,100
2 + 0,031 − 0,011 + 0,044 + 0,082 + 0,154 + 0,076
3 − 0,026 − 0,028 + 0,047 + 0,075 + 0,160 − 0,010
4 + 0,023 − 0,056 + 0,054 + 0,031 + 0,138 − 0,020
5 + 0,080 + 0,057 + 0,073 + 0,085 + 0,139 − 0,097
6 + 0,050 + 0,080 + 0,083 + 0,007 + 0,116 − 0,089
7 − 0,031 + 0,049 + 0,060 + 0,025 + 0,125 – 0,074
8 − 0,102 + 0,212 + 0,166 + 0,020 + 0,123 + 0,171
b) Perhitungan Elevasi
Titik Utama
EBM = +10,000
EB = EA + H’A – B = +8,413 + (0,124) = +8,537
EC = EB + H’B – C = +8,537 + (0,169) = +8,706
ED = EC + H’C – D = +8,706 + (–0,232) = +8,474
EE = ED + H’D – E = +8,474 + (0.254) = +8,728
EF = EE + H’E – F = +8,728 + (−0.103) = +8,625
─ Check : EA = EF + H’F – A = +8,625+ (−0,212) = +8,413 (Cocok)
Titik detail A
8,413 + (− 0,007) = 8,406
8,413 + 0,031 = 8,444
8,413 + (− 0,026) = 8,387
8,413 + 0,023 = 8,436
8,413 + 0,080 = 8,493
8,413 + 0,050 = 8,463
8,413 + (− 0,031) = 8,382
8,413 + (− 0,102) = 8,311
Titik detail B
8,537 + (− 0,061) = 8,476
8,537 + (− 0,011) = 8,526
8,537 + (− 0,028) = 8,509
8,537 + ( − 0,056) = 8,481
8,537 + 0,057 = 8,594
8,537 + 0,080 = 8,617
8,537 + 0,049 = 8,586
8,537 + 0,212 = 8,749
Titik detail C
8,706 + 0,073 = 8,779
8,706 + 0,044 = 8,750
8,706 + 0,047 = 8,753
8,706 + 0,054 = 8,760
8,706 + 0,073 = 8,779
8,706 + 0,083 = 8,789
8,706 + 0,060 = 8,766
8,706 + 0,166 = 8,872
Titik detail D
8,474 + 0,062 = 8,536
8,474 + 0,082 = 8,556
8,474 + 0,075 = 8,549
8,474 + 0,031 = 8,505
8,474 + 0,085 = 8,559
8,474 + 0,007 = 8,481
8,474 + 0,025 = 8,499
8,474 + 0,020 = 8,494
Titik detail E
8,728 + 0,138 = 8,866
8,728 + 0,154 = 8,882
8,728 + 0,160 = 8,888
8,728 + 0,138 = 8,866
8,728 + 0,139 = 8,867
8,728 + 0,116 = 8,844
8,728 + 0,125 = 8,853
8,728 + 0,123 = 8,851
Titik detail F
8,625 + 0,100 = 8,725
8,625 + 0,076 = 8,701
8,625 + (− 0,010) = 8,615
8,625 + (− 0,020) = 8,605
8,625 + (− 0,097) = 8,528
8,625 + (− 0,089) = 8,536
8,625 + (– 0,074) = 8,551
8,625 + 0,171 = 8,796
Tabel Perhitungan Elevasi (H) Titik Detail
Titik HA HB HC HD HE HF
1 8,406 8,476 8,779 8,536 8,866 8,725
2 8,444 8,526 8,750 8,556 8,882 8,701
3 8,387 8,509 8,753 8,549 8,888 8,615
4 8,436 8,481 8,760 8,505 8,866 8,605
5 8,493 8,594 8,779 8,559 8,867 8,528
6 8,463 8,617 8,789 8,481 8,844 8,536
7 8,382 8,586 8,766 8,499 8,853 8,551
8 8,311 8,749 8,872 8,494 8,851 8,796
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Setelah kami melaksanakan praktikum pengukuran Ukur Tanah II ini, maka kami dapat simpulkan sebagai berikut :
1. Pada pengukuran di lapangan ternyata titik yang dibidik memiliki jarak terhadap sumbu X bervariasi dikarenakan jarak antara pesawat dengan titik tersebut berbeda-beda.
2. Dari hasil pengukuran dilokasi yang kami lakukan ternyata memiliki beda tinggi yang tidak terlalu tinggi, sehingga dapat dikatakan permukaan tanah datar.
5.2 SARAN
Dari ketiga jenis pengukuran diatas, kesalahan-kesalahan tersebut seluruhnya dapat dihindari dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Sudut Dalam
Untuk menghindari kesalahn dalam pengukuran sudut dalam sebaiknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Dalam menentukan arah utara, pada setiap titik utama harus benar-benar menunjukkan arah utara dengan melakukan hal tersebut berulang kali.
Rambu ukur harus diletakkan tegak lurus dan tepat pada titik utama yang dibidik.
Uning-unting harus diletakkan tegak lurus tepat pada titik utama.
Teliti dalam pembacaan sudut horisontal.
2. Pengukuran Jarak dan Beda Tinggi
Pada pengukuran jarak dan beda tinggi sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut ini :
Pada saat pengukura dilapangan sebaiknya memperhatikan cuaca, suhu kondisi dan situasi lapangan.
Diusahakan jarak antara titik-titik utama tidak terlalu berbeda jauh.
BAB VI
P E N U T U P
Alat ukur Theodolite sangat penting digunakan dalam bidang pengukuran yaitu untuk menentukan ketinggian permukaan tanah dititik-titik tertentu pada permukaan bumi. Pengukuran Theodolite dilakukan untuk pengukuran memanjang dan melintang. Alat-alat yang melengkapi dalam pengukuran selain Theodolite adalah rambu ukur atau baak ukur, statip, meteran dan payung untuk melindungi Theodolite dari sinar matahari langsung. Prinsip kerja dalam menggunakan alat waterpass ini adalah membuat garis sumbu teropong horizontal. Bagian yang membuat berkedudukan horizontal adalah nivo yang berbentuk sebagai tabung yang berisi cairan dengan gelembung udara didalamnya. Sehingga dengan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam terselesaikannya laporan ini dan semoga laporan ini dapat berguna bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
1. Foote, David dan Kelley,1990 Surveying,Theory and Practice, McGraw Hill Book Company, Amerika.
2. Rais Jacob, 1980, Ilmu Ukur Tanah, Jilid I, Cipta Sari Grafika, Semarang.
3. Rais Jacob, 1980, Ilmu Ukur Tanah, Jilid II, Cipta Sari Grafika, Semarang.
4. Soetoma Wongsotjiro, 1995, Ilmu Ukur Tanah, Swada, Jakarta.
5. Wali Jatun, Djoko dan Wolf, Brinker, 1996, Dasar – dasar Pengukuran Edisi Ketujuh, Erlangga, Jakarta.
Langganan:
Postingan (Atom)